Are you over 18 and want to see adult content?
More Annotations
A complete backup of buytelescopes.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of oneyearbibleonline.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of everythingwolf.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of bicomsystems.com
Are you over 18 and want to see adult content?
Favourite Annotations
A complete backup of banglaislamicboi.blogspot.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of c2-shade.tumblr.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of szabadmagyarszo.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of prismbrainmapping.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of playstationtrophies.org
Are you over 18 and want to see adult content?
Text
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-31 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen STSD-28 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-28 halaman 78-79. Demikianlah setelah Pangeran Mandurareja mengundurkan diri, Kanjeng Ratu pun kembali ke dalam biliknya untuk beristirahat di malam yang tersisa. Dalam pada itu Kanjeng Sunan dan Ki Patih Mandaraka yang memburu orang yang melarikan diri dari istana Ratu Lungayu itu menjadi terheran heran. STSD-29 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-28 | Lanjut ke STSD-30 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untukterus berkarya Bagi
STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-22 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Matur Nuwun mas. Satpam, ki ismoyo,sw 22 sampun berhasil.kagem kadang GS, monggo dipun download.. PEDANG SAKTI TUNGGUL WULUNG Rontal ini sumbangan dari Ki Truno Prenjak. Judul: Pedang Sakti Tunggul Wulung Karya : Herman Pratikto Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 PSTW-Jilid 1 , PSTW-Jilid 2, PSTW-Jilid 3, PSTW-Jilid 4, PSTW-Jilid 5 STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 STSD Jilid 23. Bagian 1. KI GEDE yang melihat putrinya dalam kesulitan segera melangkah mendekat. Namun prajurit berwajah kasar itu telah membentak, “Diam di tempatmu atau aku pluntir kepalamu sampai patah!”. Bergetar dada Ki Gede mendapat perlakuan seperti itu. Namun ketika dia sempat berpaling ke arah Ki Rangga, tampak Ki Ranggamemberi
SAWER WULUNG _1
Alhamdulillah akhirnya bisa Download Juga..saya sudah coba convert ke dalam PDF dengan program DJVU to PDF EBOOK sayang ukurannya menjadi lebih besar,sekitar 23MB..Matur Nuwun Sampun Di Upload,ini adalah salah satu serial Cersil yang paling saya tunggu TADBM-415 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 15 (Jilid 415) Bagian 1 TANPA sadar Ki Demang menatap tajam ke arahnya sehingga dengan cepat orang itu menundukkan wajahnya. “Baiklah,” akhirnya Ki Demang tidak dapat mengelak lagi walaupun dengan NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-22 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Matur Nuwun mas. Satpam, ki ismoyo,sw 22 sampun berhasil.kagem kadang GS, monggo dipun download.. PEDANG SAKTI TUNGGUL WULUNG Rontal ini sumbangan dari Ki Truno Prenjak. Judul: Pedang Sakti Tunggul Wulung Karya : Herman Pratikto Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 PSTW-Jilid 1 , PSTW-Jilid 2, PSTW-Jilid 3, PSTW-Jilid 4, PSTW-Jilid 5 STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 STSD Jilid 23. Bagian 1. KI GEDE yang melihat putrinya dalam kesulitan segera melangkah mendekat. Namun prajurit berwajah kasar itu telah membentak, “Diam di tempatmu atau aku pluntir kepalamu sampai patah!”. Bergetar dada Ki Gede mendapat perlakuan seperti itu. Namun ketika dia sempat berpaling ke arah Ki Rangga, tampak Ki Ranggamemberi
SAWER WULUNG _1
Alhamdulillah akhirnya bisa Download Juga..saya sudah coba convert ke dalam PDF dengan program DJVU to PDF EBOOK sayang ukurannya menjadi lebih besar,sekitar 23MB..Matur Nuwun Sampun Di Upload,ini adalah salah satu serial Cersil yang paling saya tunggu TADBM-415 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 15 (Jilid 415) Bagian 1 TANPA sadar Ki Demang menatap tajam ke arahnya sehingga dengan cepat orang itu menundukkan wajahnya. “Baiklah,” akhirnya Ki Demang tidak dapat mengelak lagi walaupun dengan NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIASTSD-18
Kembali ke STSD-17
| Lanjut ke STSD-19 JIKA PARA CANMEN BERKENAN MEMBERIKAN TALI ASIH SUKA RELA, SILAHKAN MENGIRIMKAN DONASINYA KE REKENING MBAH PUTRI: BANK MANDIRI AN SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 MBAH MAN SANGAT BERTERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI PARA CANMEN, MERUPAKAN BENTUK KEPEDULIAN PARA CANMEN DALAM MENDUKUNG MBAH MAN UNTUK TERUS BERKARYA BAGI CANMEN YANG BERKENAN BISA INFO KE EMAIL:S_SUDJATMIKO@YAHOO.COM.AU MATUR SUWUNSHARE THIS:
*
MENYUKAI INI:
Suka Memuat...
Laman: 1 2 3
4
Telah Terbit on 24/01/2020 at 23:00 Comments (256) The URI to TrackBack this entry is: _https://cersilindonesia.wordpress.com/stsd-18/trackback/_ RSS feed for comments on this post. 256 KOMENTARTINGGALKAN KOMENTAR*
On 27/02/2020 at 05:54 Ki Banguntopo said: Nyuwun pangapunten. FBalas
*
On 27/02/2020 at 13:37 soeparno said: isinya sangat menarik banget ,perlu dilestarikanBalas
*
On 28/02/2020 at 13:42 Abdulwachid Hadi Warsito said: Dah 4 hari kok gak ada gerbong lewat, po bannya gembos yaBalas
*
On 28/02/2020 at 18:54 Mulyono said: Ngaputen Jakarta banjir dados radi terhambat perjalananipun heheheBalas
*
On 29/02/2020 at 14:15 Putut Risangsaid:
60
“Nanti Ki Gede pasti akan memberitahukan kepada kita,” sahut seorang laki laki paro baya yang berdiri tidak jauh dari kakek tua itu, “Tapi menurut dugaanku, yang meninggal itu pasti bukan warga perdikan Matesih.” “Ya, aku juga menduga demikian,” sahut kakek tua itu sambilmendesak ke depan.
Tiba tiba terlintas dalam benak kakek tua itu sesuatu dugaan. Maka katanya kemudian, “Jangan–jangan salah satu tamu Ki Gede yang tinggal di banjar ini yang meninggal dunia. Aku dengar selepas penyerbuan ke padepokan Sapta Dhahana, ada salah satu dari mereka yang terluka dan jatuh sakit.” Orang-orang di sekitarnya yang mendengar kata kata kakek tua itu telah berpaling sambil mengerutkan kening. Tanpa sadar mereka kembali melayangkan pandangan ke pendapa. Walaupun mereka kebanyakan tidak mengenal Ki Rangga dan kawan kawannya orang perorang. Namun mereka segera mengenali dari wajah wajah asing yang berdiri di sekitar KiGede.
“He! Mereka katanya ada berlima?!” seru salah seorang yang berjanggut dan berkumis lebat, “Tapi mengapa yang aku lihat di pendapa itu hanya bertiga? Ke mana yang dua lagi? Ataukah aku yangsalah hitung?”
Beberapa orang yang mendengar ucapan orang itu telah menjadi berdebar debar. Tanpa sadar mereka segera mengamat amati wajah wajah yang tampak asing bagi mereka. Wajah wajah yang belum pernah terlihat selama ini di perdikan Matesih. Berbagai dugaan pun telah memenuhibenak mereka.
Namun agaknya kakek tua itu segera menyadari bahwa dugaannya akan dapat membawa ke perdebatan yang tak berujung pangkal. Maka katanya kemudian, “Sudahlah. Aku juga tidak begitu paham dengan kelima tamu Ki Gede itu. Lebih baik kita tunggu penjelasan Ki Gedesaja.”
Balas
*
On 29/02/2020 at 14:20 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 62-64 Agaknya orang-orang yang berada di sekitar kakek tua itu pun akhirnya menyadari. Tidak ada gunanya mereka menduga duga peristiwa yang mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Lebih baik menunggu saja keterangan resmi dari pemimpin tanah perdikan Matesih itu. Dalam pada itu di pendapa Ki Gede telah maju selangkah. Setelah mengucapkan salam terlebih dahulu, barulah Ki Gede memulai sesorahnya. “Siang hari ini kita akan mengantarkan jenasah menuju ke tanah pekuburan, “ berkata Ki Gede kemudian memulai sesorahnya, “Jenasah ini adalah jenasah seseorang yang menyebut dirinya Pertapa dari goaLangse.”
Segera saja terdengar kerumunan orang di halaman banjar itu saling bergeremang antara satu dengan lainnya. Beberapa orang yang mempunyai dugaan yang keliru pun telah menarik nafas dalam dalam. “Pertapa dari goa Langse?” desis kakek yang sebelumnya menduga jika salah satu kawan Ki Rangga yang meninggal. “Siapa itu?” lanjutnya kemudian dengan nada penuh tanya. “Aku juga tidak tahu, kek,” sela orang yang berdiri di sebelahnya, “Akan tetapi dari julukannya, dia pasti berasal dari tempat yangjauh.”
“Ya, ya. Engkau benar,” sahut kakek itu dengar serta merta. Kemudian dengan kerut merut di dahi, kakek itu mencoba mengumpulkan ingatannya. Lanjutnya kemudian, “Goa Langse itu kalau aku tidak salah berada di pantai laut selatan.” “Memangnya kakek pernah ke sana?” tiba tiba seseorang menyela. Kakek itu berpaling ke arahnya sambil tersenyum mengejek. Jawabnya jemudian, “Jelek jelek begini, di masa muda hampir seluruh tempat di tanah Jawa ini telah aku jelajahi. Dari ujung kulon sampai ujunwetan.”
“Tapi, seumur-umur aku belum pernah melihat kakek meninggalkan Matesih,” tiba tiba terdengar suara seseorang menyeluthuk dari arahbelakangnya.
Ketika kakek tua itu kemudian berpaling ke belakang, terlihat seseorang yang setua dirinya sedang tersenyum ke arahnya. Wajah kakek itu pun menjadi merah padam seperti udang direbus. Sementara di sekeliling kakek itu pun kemudian terdengar suara tawa yang tertahan-tahan. Kakek itu pun hanya dapat menggeram sambil memelototkan sepasang matanya ke arah mereka. “Jadi, kewajiban kita sebagai sesama insan hamba Tuhan, adalah memberikan penghormatan terakhir dan menyelenggarakan pemakamannya, apapun peran yang telah dilakukan oleh orang yang menyebut dirinya Pertapa dari goa Langse ini kepada tanah perdikan Matesih,” terdengar kembali suara Ki Gede meneruskan sesorahnya. “Nah, marilah kita bersama sama memanjatkan doa kepada yang Maha Pemurah agar peristiwa yang terjadi di perdikan Matesih selama ini dan khususnya peristiwa di banjar padukan induk pagi tadi, tidak akan terulang kembali. Semoga perdikan Matesih selalu jaya dan dalam lindungan serta bimbingan Yang Maha Kuasa,” _Namun alangkah terkejutnya Ki Rangga begitu pandangan matanya menangkap sesosok tubuh tua renta….. ___Balas
*
On 29/02/2020 at 14:22 Putut Risangsaid:
Ngapunten, ada bagian kalimat yang tertinggal. Kalimat sebelum gambar mestinya ada tambahan: _berkata Ki Gede kemudian mengakhiri sesorahnya.___Balas
*
On 29/02/2020 at 14:23 Putut Risangsaid:
kepala mereka.
“Baiklah Ki Gede, mari kita antar jenasah itu sampai ke liang lahat,” jawab Ki Rangga kemudian sambil mengikuti langkah Ki Gede menuruni tlundak pendapa. Demikianlah Ki Gede dan Ki Rangga beserta Ki Waskita segera bergabung dengan arus orang-orang yang berjalan ke tempat pekuburan. Sedangkan Ki Wiyaga dan Ki Bango Lamatan tampak berjalan di belakang sambil asyik bercakap cakap. “Ki Bango Lamatan,” bertanya Ki Wiyaga kemudian sambil melangkahkan kakinya, “Bagaimana keadaan Glagah Putih yang sebenarnya? Mengapa aku tadi tidak diijinkan untuk menengok ke dalambiliknya?”
“Bukan begitu, Ki Wiyaga,” sahut Ki Bango Lamatan sambil mengikuti langkah kepala pengawal perdikan Matesih itu, “Luka Glagah Putih memang sangat parah. Bukan dalam arti luka yang terbuka terkena senjata tajam. Namun luka Glagah Putih adalah luka di dalam tubuhnya. Tenaga cadangannya bagaikan terperas habis dari dalam tubuhnya. Bahkan darahnya pun telah ikut merembes keluar dari pori pori sekujurtubuhnya.”
“Gila!” geram Ki Wiyaga tanpa sadar sambil mengepalkan kedua tangannya, “Ilmu apakah yang dimiliki oleh lawan Glagah Putih itu sehingga Glagah Putih telah mengalami cidera seperti itu?” Ki Bango Lamatan menarik nafas dalam-dalam. Angannya sejenak melayang ke peristiwa tadi pagi. Seandainya Ki Rangga mengetahui Pertapa goa Langse itu memiliki sebuah ilmu yang nggegirisi seperti itu dan akibat yang dapat ditimbulkannya, tentu Ki Rangga tidak akan mengijinkan Glagah Putih untuk menghadapinya. Ki Wiyaga yang melihat Ki Bango Lamatan justru telah termenung menjadi heran. Tanyanya kemudian, “Apakah sebenarnya yang telah terjadi, KiBango Lamatan?”
Ki Bango Lamatan bagaikan terjaga dari tidurnya mendapat pertanyaan dari Ki Wiyaga. Setelah menarik nafas panjang, barulah dia menjawab, “Lawan Glagah Putih itu memiliki sejenis ilmu yang mampu menyedot kekuatan lawan, khususnya tenaga cadangannya. Dengan demikian apabila kedua tangan lawan Glagah Putih itu telah menempel di tubuh bagian mana saja, ilmu itu akan bekerja. Jika tenaga cadangan lawannya masih dibawah kekuatannya, dengan cepat dia akan mampu membuat lawannya mati lemas dengan sekujur tubuh bersimbah darah.”Balas
*
On 29/02/2020 at 16:30 Munirul Hadi said: Matur nuwun mbah Man dan ki Putut barokallohBalas
*
On 29/02/2020 at 17:51 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 29/02/2020 at 14:25 Putut Risangsaid:
Minggu ini, kegiatan sedemikian padatnya, sehingga tidak memungkinkan mampir gandok untuk memberangkatkan kereta. Ngapunteeeennn…………….Balas
*
On 29/02/2020 at 17:41 Mulyono said: Alhamdulillah geh Ki Putut, nanging niki pun, sampun saget damel nglipur ati hehehe lan mugi2 segat sedanten Aamiin Yaa RobbBalas
*
On 29/02/2020 at 16:35 Abdulwachid Hadi Warsito said: Makasih ki, disore yang hujan dan dingin ini telah diberangkatkan gerbong2nya, semoga sehat2 selalu tuk semuanyaBalas
*
On 29/02/2020 at 20:54 widiaxa said: Matur nuwun mBahMan,MasPutut Risang,atas wedarannyaBalas
*
On 29/02/2020 at 21:39 Halim said: Terimakasih Mbah Man dan Mas Putut Risang di tengah2 kesibukannya masih sempat berbagi, semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat,aamiin….
Balas
*
On 02/03/2020 at 04:38 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 67-68 “Sekujur tubuh bersimbah darah?” ulang Ki Wiyaga dengan nada keheranan, “Bukankah dia sama sekali tidak bersenjata?” “Ki Wiyaga benar,” sahut Ki Bango Lamatan kemudian cepat, “Namun ilmu menyedot tenaga cadangan lawan itu akan membuat darah di dalam tubuh lawan mengalir keluar melalui pori pori di sekujur tubuhnya.” Ki Wiyaga diam diam bergidik ngeri. Betapa dahsyatnya ilmu itu dan kelihatannya dapat digunakan untuk menghabisi lawan tanpa belaskasihan.
“Lawan akan mati dalam keadaan mengenaskan,” membatin Ki Wiyaga sambil terus menjajari langkah Ki Bango Lamatan, “Tubuhnya akan kering karena darah di dalam tubuhnya seakan akan telah terperas keluar. Benar benar sebuah ilmu yang nggegirisi dan mengerikan.” Tanpa terasa langkah kedua orang itu sudah sampai di gerbang pekuburan. Tampak jenasah Pertapa goa Langse itu sudah diturunkan ke liang lahat. Beberapa orang pun sudah mulai menimbuni kembali liang lahat itu dengan tanah bekas galiannya. “Apakah kita terlambat?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian Ki Wiyaga menggelengkan kepalanya. Jawabnya kemudian, “Belum, Ki. Setelah selesai mengubur jenasah itu, masih ada doa yang akan dipanjatkan. Setelah itu barulah kita bubar kembali ke tempat masingmasing.”
Ki Bango Lamatan mengangguk anggukkan kepalanya. Ketika dia kemudian melemparkan pandangan matanya ke depan, tampak Ki Gede sedang berbisik bisik dengan Ki Rangga. Sementara beberapa langkah di samping mereka Ki Waskita dan Ki Kamituwa tampak sedang asyik membicarakan sesuatu. Ada keinginan Ki Bango Lamatan untuk mendekat. Namun niat itu segera diurungkannya ketika melihat Ki Wiyaga justru telah bergeser ke bawah sebatang pohon untuk berteduh dari teriknya sinar Matahari . Ki Bango Lamatan pun kemudian mengikutinya. Dalam pada itu, orang orang yang menimbuni liang lahat itu ternyata telah selesai dan sepasang nisan pun telah terpasang. “Pertapa goa Langse,” desis Ki Rangga tanpa sadar membaca sekilas tulisan yang terpasang pada nisan tersebut. Ki Gede hanya tersenyum mendengar desis Ki Rangga. Kemudian Ki Gede pun mempersilahkan Ki Waskita untuk kembali memimpin doa. Demikian lah akhirnya penyelenggaraan jenasah Pertapa dari goa Langse itu telah selesai. Orang-orang yang hadir di dalam pekuburan itu pun berangsur angsur telah keluar dari area pekuburan. Ki Rangga dan yang lainnya pun telah melangkahkan kaki mereka meninggalkan tempat itu. Ketika langkah Ki Rangga dan kawan kawan itu hampir mencapai pintu gerbang pekuburan, tanpa sadar Ki Rangga telah berpaling ke belakang, memandang ke tempat Pertapa goa Langse itu dimakamkan. Namun alangkah terkejutnya Ki Rangga begitu pandangan matanya menangkap sesosok tubuh tua renta berpakaian kumal sedang duduk menghadap ke kuburan yang tanahnya masih basah. Orang itu tidak tampak wajahnya karena membelakangi Ki Rangga. Namun dari ujudnya, orang itu terlihat sudah sangat tua renta dan kurus kering tinggal tulang belaka. Rambutnya yang panjang dan berwarna putih bagaikan kapas itu digelung keatas tanpa selembar ikat kepala, hanya diikat dengan secarik kain yang berwarna hitam kelam.Balas
*
On 02/03/2020 at 04:40 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 69-70 Berdesir tajam jantung Ki Rangga. Segera saja dia berpaling ke arah Ki Waskita yang berjalan di samping kirinya sambil berbisik, “Ki Waskita, ada seseorang yang tampaknya sedang meratapi kubur Pertapa dari goa Langse itu.” Ki Waskita pun terkejut bukan alang kepalang. Secepat kilat dia segera berpaling ke belakang. Namun ayah Rudita itu hanya melihat gundukan tanah yang masih basah. Ki Rangga yang ikut kembali berpaling itu darahnya bagaikan tersirap. Sesosok bayangan orang tua renta dengan tubuh kurus kering serta pakaian kumal itu sudah tidak dilihatnya lagi. “Aneh,” desis Ki Rangga kemudian. Hampir saja dia menghentikan langkahnya. Namun karena khawatir akan membuat yang lain gelisah dan bertanya-tanya, Ki Rangga pun memutuskan untuk tetap melangkahkankakinya.
“Jika apa yang dilihat angger tadi memang benar benar ada, aku jadi teringat cerita Ki Jayaraga,” desis Ki Waskita perlahan lahan sambil tetap menjajari langkah Ki Rangga. Langkah kedua orang itu sengaja dibuat perlahan agar mereka berdua agak terpisah dari rombongan para pelayat yang sedang kembali ke banjar. “Mungkinkah yang aku lihat sekilas tadi adalah Pertapa goa Langse yang sebenarnya?” bertanya Ki Rangga kemudian setelah sejenak merekaberdua terdiam.
“Aku rasa memang demikian, ngger,” jawab Ki Waskita sambil menarik nafas panjang, “Jika memang orang yang mengaku Pertapa dari goa Langse itu benar benar murid dan sekaligus anak dari Pertapa goa Langse yang sebenarnya, Glagah Putih benar benar dalambahaya.”
Mendengar penjelasan Ki Waskita itu, tiba tiba saja hati Ki Rangga menjadi gelisah. Seolah olah Ki Rangga sedang meninggalkan seorang anak kecil bermain main di pinggir sungai. “Akan tetapi ada Ki Jayaraga,” membatin Ki Rangga mencoba menghibur dirinya, “Seandainya Pertapa tua itu mendatangi banjar, semoga dia masih mengenal Ki Jayaraga.” Namun hati Ki Rangga masih belum tenang. Maka katanya kemudian, “Ki Waskita, sebaiknya kita segera kembali ke banjar. Aku mengkhawatirkan segala sesuatunya dapat berkembang ke arah yang tidak terduga.” “Baiklah ngger,” jawab Ki Waskita sambil ikut mempercepat langkahnya mengikuti Ki Rangga. Orang orang yang sedang berjalan di sekitar mereka berdua pun menjadi heran. Pada awalnya kedua orang itu tampak berjalan perlahan lahan. Namun tiba tiba saja sekarang kedua orang itu berjalan seperti sedang dikejar hantu. Begitu tergesa gesanya sehingga seolah olah mereka berdua sedang berlomba jalan cepat. Ketika kedua orang itu kemudian melewati Ki Gede dan Ki Kamituwa, Ki Rangga pun menyapa keduanya sambil berkata, “Maaf Ki Gede, kami mendahului. Ada sesuatu yang harus kami kerjakan.” Ki Gede yang melihat kedua orang itu berjalan dengan bergegas telah mengerutkan keningnya. Tanyanya kemudian, “Apakah Ki Rangga perlubantuan?”
Balas
*
On 02/03/2020 at 06:07 Karsam said: Ah teringat waktu membaca ADBM kembali, terima kasih embah Man lan putut Risang salam pa SatpamBalas
*
On 02/03/2020 at 06:29 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 02/03/2020 at 11:28 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Mas Putut Risang … tetap semangat !Balas
*
On 02/03/2020 at 15:15 Halim said: Terimakasih mbah Man dan mas Putut Risang, moga sehat dan suksesselalu, aamiin…
Balas
*
On 02/03/2020 at 16:39 Mulyono said: Alhamdulillah matur nuwun ki putut risang, mbah man lan ki satpam atas wedaran ipun, mugi2 pinaringan sehat2 sedoyo kemawon, AamiinBalas
*
On 02/03/2020 at 19:13 Putut Risangsaid:
STSD-18 ALAMAN 71-72 “O, tidak…tidak Ki Gede,” sahut Ki Rangga sambil berpaling sekilas dan tersenyum. Tanpa mengurangi laju langkahnya Ki Rangga menjawab singkat, “Kami berdua ada keperluan yang sangat pribadi.” Ki Gede dan Ki Kamituwa pun saling berpandangan sejenak. Namun akhirnya kedua orang itu pun telah tersenyum maklum. Demikianlah langkah kedua orang itu benar benar bagaikan sedang dikejar hantu. Ketika keduanya melewati Ki Bango Lamatan dan Ki Wiyaga, Ki Rangga pun berbisik perlahan, “Maaf Ki Wiyaga, aku perlu bantuan Ki Bango Lamatan. Ijinkan Ki Bango Lamatan berjalan mendahuluibersama kami.”
“O, silahkan…silahkan,” jawab Ki Wiyaga kemudian. Ki Bango Lamatan yang telah digamit oleh Ki Rangga segera mengangguk ke arah Ki Wiyaga terlebih dahulu sebelum mempercepat langkahnya menyusul Ki Rangga dan Ki Waskita. Ketika regol banjar padukuhan induk itu sudah terlihat, ketiga orang itu hampir saja tidak mampu menahan diri untuk berlari. Namun Ki Rangga segera berkata, “Jangan membuat para pengawal yang sedang berjaga menjadi cemas. Kita pertahankan langkah kita agar tidak menimbulkan kesan yang berlebihan dan kegelisahan.” Kedua kawannya itu hanya mengangguk dan tetap berjalan cepat disamping Ki Rangga.
Sebenarnyalah para pengawal penjaga regol itu menjadi heran melihat ketiga orang itu. Mereka terlihat sangat tergesa gesa memasuki banjar padukuhan induk. Namun tidak ada satupun dari pengawal jaga itu yangberani bertanya.
Barulah ketika ketiga orang itu telah hilang di balik pintu pringgitan, pemimpin pengawal jaga hari itu telah menarik nafas panjang sambil berkata, “Ada ada saja Ki Rangga dan kawan kawannya itu. Aku kira tadi ada serangan lagi di banjar padukuhan ini. Ternyata tidak. Mungkin mereka hanya ingin pergi ke pakiwan saja.” “Mungkin , Ki,” sahut pengawal di sebelahnya, “Namun agak aneh juga jika ketiga-tiganya ingin pergi ke pakiwan semua.” “Bukankah di banjar ini pakiwannya ada lebih dari satu?” seorang pengawal yang duduk bersandaran dinding gardu menyela. Serentak para pengawal yang sedang berbincang itu menengok ke arahnya. Namun kemudian tampak kepala mereka terangguk angguk. Dalam pada itu Ki Rangga dan Ki Waskita serta Ki Bango Lamatan segera memasuki bilik yang digunakan untuk merawat Glagah Putih. Agar tidak mengejutkan Ki Jayaraga, Ki Rangga memerlukan mengetuk pintu bilik itu sebelum masuk. “Masuklah!” terdengar suara Ki Jayaraga yang berat dan dalammempersilahkan.
Sejenak kemudian mereka bertiga pun berturut turut telah memasukibilik.
Ki Rangga segera mengambil sebuah dingklik kayu dan kemudian duduk di dekat amben. Sedang Ki Waskita dan Ki Bango Lamatan segera menyesuaikan diri mencari dingklik kayu yang lain dan kemudian bergabung di sekitar amben.Balas
*
On 02/03/2020 at 19:14 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 73-74 “Bagaimana keadaannya, Ki?” bertanya Ki Rangga kemudian kepada Ki Jayaraga sambil meraba kening Glagah Putih. “Tadi sudah sempat siuman dari pingsannya,” jawab Ki Jayaraga kemudian, “Aku sudah meminumkan obat cair yang telah Ki Rangga siapkan. Syukurlah cairan obat itu bisa dihabiskan Glagah Putih dan agaknya dia sekarang ini sedang tidur lelap.” Ki Rangga menarik nafas dalam dalam. Sejenak murid tertua perguruan orang bercambuk itu merenungi tubuh Glagah Putih yang terbujur diam. Hanya dadanya saja yang terlihat naik turun dalam irama yang ajeg. “Luka dalam Glagah Putih ini sangat parah,” desis Ki Rangga kemudian sambil memutar tubuhnya menghadap kawan kawannya, “Aku akan meramu sejenis makanan khusus untuk luka dalam yang cukup parah. Untuk sementara Glagah Putih tidak diperbolehkan makan makanan padat terlebih dahulu sampai lambungnya siap.” Tampak orang orang yang berkumpul dalam bilik itu mengangguk anggukkankepala mereka.
“Ki Rangga benar benar telah menjelma menjadi gurunya sendiri, Kiai Gringsing. Baik dalam ilmu olah kanuragan jaya kawijayan maupun dalam ilmu pengobatan,” berkata Ki Jayaraga dalam hati dengan penuhkekaguman.
“Ki Jayaraga,” tiba-tiba Ki Rangga berkata membuyarkan lamunan Ki Jayaraga, “Apakah selama kami mengantar jenasah ke pekuburan tadi Ki Jayaraga menerima tamu?” Orang orang yang hadir di dalam bilik itu terkejut mendengar pertanyaan Ki Rangga, kecuali Ki Waskita. Ki Jayaraga segera menggeser dingkliknya sejengkal ke depan. Jawabnya kemudian, “Dari mana Ki Rangga mengetahui kalau tadi aku menerima tamu di dalam bilik ini?” Tanpa sadar Ki Rangga berpaling ke arah Ki Waskita. Ki Waskita pun tampak mengangguk anggukkan kepalanya. Sedangkan Ki Bango Lamatan yang belum mengetahui duduk permasalahannya tampak mengerutkan keningnyadalam dalam.
“Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga selanjutnya, “Tadi sebelum meninggalkan tanah pekuburan, secara tidak sengaja aku telah melihat sesuatu yang sangat mendebarkan?” “Apakah itu Ki Rangga?” Ki Bango Lamatan lah yang justru mendahului bertanya dengan nada yang tidak sabar. Ki Rangga tersenyum. Jawabnya kemudian, “Selepas kami meninggalkan makan Pertapa goa Langse itu, ketika mendekati pintu gerbang pekuburan, aku telah menyempatkan diri untuk menengok kebelakang,” Ki Rangga berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Namun aku menjadi sangat tekejut ketika melihat sebuah pemandangan yang sangat ganjil. Di depan makam Pertapa goa Langse itu aku melihat seorang kakek tua renta dengan tubuh yang kurus kering tinggal tulang belulang saja dan berpakaian kumal tampak sedang meratapi makam itu.” Ki Jayaraga segera menarik nafas panjang sambil berdesis perlahan lahan, “Dia lah Pertapa goa Langse yang sesungguhnya.” Ki Rangga dan Ki Waskita yang sudah mempunyai dugaan sebelumnya masih tampak terkejut. Apalagi Ki Bango Lamatan. Orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu bahkan telah menggeser duduknya lebih mendekat.Balas
*
On 02/03/2020 at 20:25 Munirul Hadi said: Matur suwun ki Putut ugi mbah Man mugiyo pinaringan rahayu barokahBalas
*
On 03/03/2020 at 17:54 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 03/03/2020 at 18:08 Bidadari Kecilsaid:
Semakin mendebarkan,sungguh luar biasaBalas
*
On 03/03/2020 at 08:34 Mulyono said: Alhamdulillah ki Putut Risang, matur nuwun lan mugi2 pinaringan kesehatan lan salam kangen kagem Ki Satpam sekalian Mbah Man.Balas
*
On 03/03/2020 at 11:24 Hendra Permana said: Untuk seluruh pengasuh gandok ini semoga selalu diberikan kesehatan agar selalu menciptakan karya terbaik dan segenap canmen salam kenal salm persaudaraan dari JAMBI…Terima kasih untuk karya yg luarrrrbiasaaa.
Balas
*
On 03/03/2020 at 13:53 Djoko_thole said: Alhamdulillah, setelah beberapa hari tdk absen di gandok , ternyata banyak rontal yang sudah wedar , dan ceritanya tambah mendebarkan , akankah ada peristiwa setelah Pertapa goa Langse KW ini..? Maturnuwun Mbah_Man & Mas Putut Risang , salam sehat dan suksesselalu.
Balas
*
On 03/03/2020 at 18:23 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 75-77 “Pertapa goa Langse yang sesungguhnya? Apa maksud Ki Jayaraga?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian. Kembali Ki Jayaraga menarik nafas panjang. Pandangan matanya terlempar ke langit langit yang sedikit kotor terkena jelaga lampu dlupak. Tampaknya Ki Jayaraga sedang mengingat-ingat masa lalunya. “Bagaimana Ki Jayaraga?” Ki Rangga mencoba membangunkan guru Glagah Putih itu dari mimpi masa lalunya. Ki Jayaraga tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Jawabnya kemudian, ”Aku sama sekali tidak menyangka jika Pertapa tua itu ternyata mempunyai anak angkat yang dipungutnya dari pinggir jalan,” Ki Jayaraga berhentui sejenak. Lanjutnya kemudian, “Pertapa tua itu begitu menyayanginya seperti menyayangi anak sendiri. Pertapa tua itu tidak mempunyai keluarga sehingga seluruh perhatian dan kasih sayangnya semua tercurah kepada Anggara.” “Anggara? Jadi namanya Anggara?” sela Ki Rangga kemudian. “Ya, nama sebenarnya lawan Glagah Putih itu adalah Anggara,” jawab Ki Jayaraga kemudian. Sejenak suasana menjadi sunyi. Masing masing sedang mencoba untuk menilai apa yang telah diceritakan oleh Ki Jayaraga itu. “Jadi, Pertapa tua itu telah menyempatkan diri untuk datang ke bilik ini, Ki Jayaraga?” pertanyaan Ki Rangga itu telah membangunkan semua orang dari lamunan mereka. “Ya, Ki Rangga,” jawab Ki Jayaraga sambil menarik nafas dalam-dalam. Orang orang yang hadir di dalam bilik itu pun menjadi tegang. Lanjut Ki Jayaraga kemudian, “Untunglah dia masih mengenaliaku.”
Ki Rangga dan yang lainnya pun sejenak saling pandang. Bertanya Ki Waskita kemudian, “Apakah dia datang untuk mencari pembunuh anakangkatnya?”
Untuk sejenak Ki Jayaraga termenung. Namun jawabnya kemudian, “Sebenarnya dia tidak mengetahui jika anak angkatnya itu sudah meninggal. Dia dapat meraba di mana keberadaan anaknya itu untuk terakhir kalinya. Dan dia mendapat isyarat bahwa terakhir kali Anggara berada di banjar ini.” Wajah-wajah di dalam bilik itu pun menjadi semakin tegang. Agaknya Pertapa tua itu memiliki sejenis ilmu untuk memantau keberadaan seseorang yang dikehendakinya. “Itu tidak aneh menurutku, Ki Jayaraga,” sahut Ki Rangga kemudian. Sambil berpaling ke arah Ki Waskita, dia melanjutkan, “Ki Waskita juga mendapat anugrah dari Yang Maha Agung kemampuan seperti itu.” Kini semua pandangan beralih ke arah Ki Waskita. Orang tua ayah Rudita itu pun tersenyum maklum sambil menjawab, “Apa yang aku terima hanyalah berupa sebuah isyarat yang kemudian harus aku urai dan aku terjemahkan menurut kemampuan pemahamanku. Kadang karena pengetahuan dan kepahamanku yang terlalu dangkallah, yang membuat aku bisa saja salah dalam membaca isyarat itu.” Yang hadir di dalam bilik itu pun menarik nafas panjang. Berkata Ki Jayaraga kemudian, “Memang ilmu seperti itu benar adanya. Bahkan hubungan seorang ibu dengan anak kandungnya secara alamiah mempunyai ikatan yang erat tanpa harus menekuni ataupun mempelajari ilmu seperti itu. Demikian hal itu kadang juga berlaku terhadap saudara kembar.” Tampak kepala orang orang yang hadir di dalam bilik itu pun teranggukangguk.
“Nah, Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga kemudian, “Kami semua ingin mengetahui apa saja yang dilakukan Pertapa tua itu di banjarini.”
Kembali untuk ke sekian kalinya Ki Jayaraga menarik nafas panjang. Dipandanginya wajah Glagah Putih yang terlihat tidur pulas. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Bahkan nafasnya pun sudah lancar dan teratur sebagaimana orang yang sedang tidur biasa. Agaknya Ki Rangga mengikuti arah pandangan Ki Jayaraga. Maka katanya kemudian, “Aneh. Menurut kitab pengobatan yang aku pelajari, diperlukan sehari dua hari untuk mengembalikan tata letak urat nadi dan syaraf di dalam tubuh Glagah Putih sehingga aliran darahnya menjadi lancar. Demikian juga aliran pernafasannya.” Ki Jayaraga mengangguk angguk. Katanya kemudian, “Aku juga merasa heran Ki Rangga. Ketika Pertapa tua itu tiba tiba saja sudah berada di sampingku, aku sudah pasrah dengan apa yang akan dilakukannya kemudian. Untung dia masih mengenalku sebagai Jayaraga.” “Apa yang dilakukanya kemudian, Ki?” sahut Ki Bango Lamatan. Orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu agaknya menjadi tidak sabar untuk menahan diri. Ki Jayaraga tersenyum. Sambil berpaling ke arah Ki Bango Lamatan dia menjawab, “Dia hanya duduk di bibir amben itu.Balas
*
On 03/03/2020 at 18:26 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 78-80 Kemudian dia meraba dada Glagah Putih beberapa saat. Ketika Pertapa tua itu kemudian melepaskan tangannya dari dada Glagah Putih, aku melihat Glagah Putih yang sebelumnya bernafas dengan sedikit berat, tiba tiba saja sudah bisa bernafas dengan longgar sebagaimanabiasanya.”
“Syukurlah,” hampir berbareng orang orang itu berdesis perlahan. Ki Rangga pun kemudian melanjutkan, “Aku yakin Pertapa tua itu sebenarnya berhati sangat mulia. Akan tetapi aku tidak habis pikir, mengapa Anggara sebagai murid dan sekaligus anak angkatnya kemudian mempunyai sikap seperti itu?” “Mungkin lingkungan yang telah mengubah cara bepikir serta pandangan hidupnya,” sahut Ki Waskita dengan serta merta, “Atau ada seseorang yang telah mempengaruhinya.” “Ki Waskita benar,” sela Ki Jayaraga kemudian, “Pertapa tua itu memang sekilas mengeluhkan murid sekaligus anak angkatnya. Memang Anggara dipelihara sejak dia masih belum mengetahui jati dirinya dan Pertapa tua itu selalu mengaku sebagai ayah kandungnya.” “Perhatian serta kasih sayang yang berlebihan kadang dapat menjerumuskan seseorang,” berkata Ki Waskita kemudian menanggapi, “Apalagi Anggara tidak pernah mengenal dunia luar sebelumnya. Sehingga ketika dia diberi kesempatan untuk melihat dunia luar, mungkin dia menjadi silau dan keseimbangan penalarannya punterganggu.”
Kembali terlihat setiap kepala terangguk angguk. Berkata Ki Rangga selanjutnya kemudian, “Kita wajib berterima kasih kepada Pertapa tua itu atas pertolongannya kepada Glagah Putih.” “Ki Rangga benar,” sahut Ki Jayaraga cepat, “Namun ada satu hal yang membuat aku gelisah, bahkan aku takut untuk mengatakannya.” Wajah wajah yang telah tenang itu pun menegang kembali. Pandangan mata semua orang pun kini tertuju kepada Ki Jayaraga dengan kening yangberkerut merut.
“Maksud Ki Jayaraga?” sela Ki Rangga cepat. Kembali sebuah tarikan nafas yang panjang dan dalam terdengar sebelum Ki Jayaraga menjawab. Namun bagaimana pun keadaannya, senang atau tidak senang pesan itu harus disampaikan. “Ki Rangga” berkata Ki Jayaraga kemudian dengan nada yang setenang mungkin, “Sebelum meninggalkan bilik ini, Pertapa tua itu telah menitipkan sebuah pesan untuk Ki Rangga.” “Pesan?” hampir bersamaan mereka yang hadir di dalam bilik itumengulang.
“Ya, sebuah pesan,” sahut Ki Jayaraga kemudian. Sekarang suaranya terdengar sedikit bergetar. Dada Ki Rangga pun terasa berdesir tajam. Namun sebagai kakak sepupu dan sekaligus sebagai salah satu guru Glagah Putih, dia memang telah siap mengambil alih semua tanggung jawab atas terjadinya peristiwaitu.”
“Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga kemudian, “Seperti yang telah aku sampaikan sebelumnya. Apa yang telah terjadi ini menjadi tanggung jawabku. Tanggung jawab sebagai kakak dan sekaligus guru dari Glagah Putih,” Ki Rangga berhenti sejenak sekedar untuk menarik nafas. Lanjutnya kemudian, “Namun lebih dari itu, semua adalah tanggung jawabku sebagai kepala rombongan kecil ini atas perintah dari penguasa Mataram melalui Ki Patih Mandaraka.” Tanpa terasa, dada orang orang yang hadir di dalam bilik itu telah bergetar. Ki Rangga benar benar seorang pemimpin yang dapat dicontoh dan diteladani. Jika telah ditunjuk menjadi seorang pemimpin, kesalahan apapun yang diperbuat anak buahnya akan menjadi tanggung jawabnya juga, tanpa melepaskan tanggung jawab yang harus dipikul oleh anak buah yang melakukan kesalahan itu. Seorang pemimpin memang pantang untuk tinggal glanggang colong playu. “Nah, sampaikan saja pesan itu, Ki Jayaraga,” berkata Ki Ranggakemudian.
Sejenak suasana menjadi sunyi. Semua menunggu Ki Jayaraga untuk menyampaikan pesan dari Pertapa tua itu. “Ki Rangga,” berkata Ki Jayaraga pada akhirnya, “Pertapa tua itu hanya berpesan bahwa, urusan seorang murid biarlah menjadi urusan sesama murid, sedangkan urusan seorang guru, tentu saja menjadi urusan dengan sesama guru.” Tergetar semua jantung mereka yang hadir. Untuk beberapa saat suasana menjadi sangat sunyi sekali. Yang terdengar hanyalah suara desah nafas Glagah Putih yang terdengar dalam irama yang teratur. —————–oOo————— _Bersambung ke jilid 19___Balas
*
On 03/03/2020 at 19:07 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Mas Putut Risang … tetap semangat, lanjut STSD19 !
Balas
*
On 03/03/2020 at 18:28 Putut Risangsaid:
Alhamdulillah…
Dua gerbong panjang terakhir rontal STSD 18 sudah bisa diberangkatkan. Monggo…., teman sambil ngopi saat hujan gerimis menggericik sepanjang siang-sampai sore ini. Gandok selanjutnya akan segera dibangun.Balas
*
On 03/03/2020 at 18:46 Munirul Hadi said: Alhamdulillah Ki Putut dan mbah Man semoga pinaringan sehat saget nglanjutaken wedaran STSD 19 amienBalas
*
On 03/03/2020 at 19:19 Halim said: Alhamdulillah jilid 18 sdh khatam, terimakasih atas kesediaannya berbagi dan semoga Mbah Man dan Mas Putut Risang selalu dalam keadaan sehat wal afiat, aamiin…Balas
*
On 03/03/2020 at 21:40 Karsam said:Amin, Amin YRA
Balas
*
On 03/03/2020 at 21:34 Mulyono said: Alhamdulillah… ki Putut R, mugi2 tansah pinaringan keseger warasan, rejeki ingkang cukup, lan umur panjang Aamiin…Aamiin…. Aamiin YaaRobbal Aallamiin
Balas
*
On 04/03/2020 at 06:58 Dwi said: Alhamdulillah jilid 18 udah selesai semakin menegangkan dan siap2 pindah gandok… Matur nuwun mbah Man dan Ki Putut Risang..Balas
*
On 04/03/2020 at 14:31 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan KiPutut Risang atas wedarannya,Balas
*
On 04/03/2020 at 14:31 Sunartedjo said: Alhamdulillah, matur nuwun Sambil menebak gambar sampul, apakah perjalanan ke Perdikan Menoreh?Balas
*
On 04/03/2020 at 15:25 Bidadari Kecilsaid:
Hari demi hari semakin mendebarkanBalas
*
On 07/03/2020 at 20:44 Agus Supriyadi said: Untuk stsd jilid 19 halaman 13 dst dimana mbah?Balas
*
On 28/03/2020 at 05:15 Mulyono said: Alhamdulillah, geh suwun ki Arema, ngaputen saget kulo namung dongo mugi2 ki Areman kalian mbah Mbah dipun paringi seger kawaras lan katah rejekine Aamiin…Aamiin…Aamiin Yaa Robbal Aallamiin.Balas
Komentar Lebih Lama TINGGALKAN BALASAN BATALKAN BALASAN Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:*
*
*
*
*
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)Nama (wajib)
Situs Web
You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout /Ubah )
You are commenting using your Google account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Twitter account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Facebook account. ( Logout /Ubah )
Batal
Connecting to %s
Beri tahu saya komentar baru melalui email. Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.*
NGINGUK GANDHOK
*
TOTAL KUNJUNGAN
* 8.034.098 kali
*
TAUTAN BLOG LAIN
Pelangi di Langit Singasari Api di Bukit Menoreh*
KOMENTAR
prasetyoroem pada STSD-32 Mulyono pada STSD-32Santo pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Prajurit Sandi padaSTSD-32
Rahardjo pada STSD-32 widiaxa pada STSD-32 prasetyoroem pada STSD-32 Angon raos pada STSD-32 Edy gambas pada STSD-32 Ki Subas pada STSD-32sisol pada STSD-32
*
DAFTAR ISI
Pedang Sakti Tunggul Wulung Naga Siluman Sawer WulungSumpah Palapa
Manggala Majapahit Gajah KencanaDendam Empu Bharada
Halaman Unduh
Arya Manggada
Tembang Tantangan
Matahari Esok Pagi
Bende Mataram
Mencari Bende MataramBunga Ceplok Ungu
Mata Air di Bayangan Bukit Bunga di Batu karang 01-15 Bunga di Batu karang 16-28mbah_man
dongeng punakawan
Sawer Wulung
Cinta dan Tipu MuslihatDendam Kesumat
Menebus Dosa
Terbentur Nasib
Ki Ageng Ringin Putih RSS 2.0 Comments RSS 2.0| Tema:
Quentin.
Surel (Wajib) Nama (Wajib) Situs webMemuat Komentar...
Komentar
×
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie %d blogger menyukai ini:* IkutiMengikuti
* Gagakseta-2
*
Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.*
* Gagakseta-2
* Sesuaikan
* IkutiMengikuti
* Daftar
* Masuk
* Salin shortlink
* Laporkan isi ini
* Kelola langganan
* Ciutkan bilah ini
Details
Copyright © 2024 ArchiveBay.com. All rights reserved. Terms of Use | Privacy Policy | DMCA | 2021 | Feedback | Advertising | RSS 2.0