Are you over 18 and want to see adult content?
More Annotations
A complete backup of https://balkanje.com/latino-serije/dama-2008/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/latino-serije/amazonke-2016/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/latino-serije/barka-2013/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/latino-serije/sveta-djavolica/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/turske-serije/gorki-zivot/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/turske-serije/maral-2015/
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://balkanje.com/latino-serije/velvet-2016/
Are you over 18 and want to see adult content?
Favourite Annotations
A complete backup of https://ratingruneta.ru
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://thefamilyhomestead.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://rosannecash.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://vaonis.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://homeklondike.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://whywithaquestionmark.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://france-examen.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://profellow.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://almalinux.org
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://bluemail.me
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://grobfilm.ru
Are you over 18 and want to see adult content?
Text
mereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as. STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-29 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 29. Bagian 1. “Tidak mungkin!” geram bayangan semu itu kemudian sambil mundur lagi selangkah, “Seseorang pasti sedang mempermainkan pikiranku!”. Berkali kali dicobanya menggeleng gelengkan kepala untuk mengusir ketiga ujud yang telah mencengkeram benaknya itu. Dua orang perempuan dengan mengenakan pakaian khusus danseorang
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-28 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-28 halaman 78-79. Demikianlah setelah Pangeran Mandurareja mengundurkan diri, Kanjeng Ratu pun kembali ke dalam biliknya untuk beristirahat di malam yang tersisa. Dalam pada itu Kanjeng Sunan dan Ki Patih Mandaraka yang memburu orang yang melarikan diri dari istana Ratu Lungayu itu menjadi terheran heran. STSD-31 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup. STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as. STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-29 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 29. Bagian 1. “Tidak mungkin!” geram bayangan semu itu kemudian sambil mundur lagi selangkah, “Seseorang pasti sedang mempermainkan pikiranku!”. Berkali kali dicobanya menggeleng gelengkan kepala untuk mengusir ketiga ujud yang telah mencengkeram benaknya itu. Dua orang perempuan dengan mengenakan pakaian khusus danseorang
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-28 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-28 halaman 78-79. Demikianlah setelah Pangeran Mandurareja mengundurkan diri, Kanjeng Ratu pun kembali ke dalam biliknya untuk beristirahat di malam yang tersisa. Dalam pada itu Kanjeng Sunan dan Ki Patih Mandaraka yang memburu orang yang melarikan diri dari istana Ratu Lungayu itu menjadi terheran heran. STSD-31 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 44-45 “Memang sudah menjadi sifat Ki Rangga yang tidak mau menonjolkan diri,” membatin Kiai Sabda Dadi sambil menarik nafas dalam-dalam, “Jika itu terjadi pada diri orang lain, tentu dengan dada tengadah sambil menepuk dada dia akan berkata, inilah aku! STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang STSD-30 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-29 | Lanjut ke STSD-31 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 44-45 “Memang sudah menjadi sifat Ki Rangga yang tidak mau menonjolkan diri,” membatin Kiai Sabda Dadi sambil menarik nafas dalam-dalam, “Jika itu terjadi pada diri orang lain, tentu dengan dada tengadah sambil menepuk dada dia akan berkata, inilah aku! STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang STSD-30 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-29 | Lanjut ke STSD-31 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-31 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-30 | Lanjut ke STSD-32 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman. STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangSAWER WULUNG_9
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2 balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang)BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2
Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2 balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang)BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2
Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2 balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiSW-22 | GAGAKSETA-2
Matur Nuwun mas. Satpam, ki ismoyo,sw 22 sampun berhasil.kagem kadang GS, monggo dipun download.. PEDANG SAKTI TUNGGUL WULUNG Rontal ini sumbangan dari Ki Truno Prenjak. Judul: Pedang Sakti Tunggul Wulung Karya : Herman Pratikto Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 PSTW-Jilid 1 , PSTW-Jilid 2, PSTW-Jilid 3, PSTW-Jilid 4, PSTW-Jilid 5SAWER WULUNG _1
Alhamdulillah akhirnya bisa Download Juga..saya sudah coba convert ke dalam PDF dengan program DJVU to PDF EBOOK sayang ukurannya menjadi lebih besar,sekitar 23MB..Matur Nuwun Sampun Di Upload,ini adalah salah satu serial Cersil yang paling saya tunggu TADBM-415 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 15 (Jilid 415) Bagian 1 TANPA sadar Ki Demang menatap tajam ke arahnya sehingga dengan cepat orang itu menundukkan wajahnya. “Baiklah,” akhirnya Ki Demang tidak dapat mengelak lagi walaupun dengan NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takutSAWER WULUNG_9
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIASTSD-14
Kembali ke STSD-13
| Lanjut ke STSD-15SHARE THIS:
*
MENYUKAI INI:
Suka Memuat...
Laman: 1 2 3
4
Telah Terbit on 05/06/2019 at 00:01 Comments (268) The URI to TrackBack this entry is: _https://cersilindonesia.wordpress.com/stsd-14/trackback/_ RSS feed for comments on this post. 268 KOMENTARTINGGALKAN KOMENTAR*
On 16/07/2019 at 13:13 Mbah Segoro said: Matur nuwun Mbah_Man & Ki P.Satpam , salam sehat selalu..Balas
*
On 16/07/2019 at 19:10 P. Satpamsaid:
STSD 14 halaman 20-21 Tampak kepala orang-orang yang hadir di tempat itu kembali terangguk-angguk. Hanya Ki Gede Matesih yang tampak mengerutkan keningnya dalam-dalam. Melihat raut wajah Ki Gede yang menyimpan kekhawatiran itu, Ki Rangga pun segera berkata, “Jangan khawatir Ki Gede, persoalan di perdikan Matesih ini kita selesaikan terlebih dahulu sebelum kita berangkat ke gunung Kendalisada mencari Rara Anjani.” Kini tampak wajah Ki Gede menjadi cerah kembali. Katanya kemudian sambil tertawa pendek, “Ah, aku mewakili seluruh kawula Matesih hanya dapat mengucapkan ribuan terima kasih atas bantuan dari Ki Rangga dan kawan-kawan dan juga perhatian Mataram terhadap keselamatanperdikan ini.”
“Sudah menjadi tugas Mataram untuk memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap seluruh kawula bawahan Mataram,” sela prajurit sandi itu, “Para prajurit sandi telah lama disebar di sekitar perdikan Matesih ini untuk mengamati kegiatan padepokan Sapta Dhahana yang mulai terlihat mencurigakan.” “Syukurlah,” sahut Ki Gede kemudian, “Aku Sekarang ini merasa tidak sendirian lagi. Ternyata yang telah membantu perdikan Matesih selama ini adalah prajurit-prajurit Mataram yang sedang dalampenyamaran.”
“Tapi sebagian dari kami memang bukan prajurit Ki Gede,” potong Ki Jayaraga dengan serta-merta, “Aku dan Ki Waskita adalah orang-orang tua yang kurang kerjaan di hari-hari tua kami sehingga kami menyediakan diri untuk membantu Ki Rangga.” “Aku juga bukan prajurit yang sesungguhnya Ki Gede,” Ki Bango Lamatan ikut menyela, “Aku adalah orang kleyang kabur kanginan yang ditampung oleh Pangeran Pati di ndalem Kapangeranan sekedar untuk menjadi juru dang atau juru taman.” “Ah,” yang hadir di tempat itu pun tidak mampu menahan tawamereka.
Ki Jayaraga lah yang kemudian menyelethuk, “Ki Bango Lamatan memang pantas menjadi juru dang. Itu bisa dilihat dari badannya yang tumbuh dengan cepat melebihi orang kebanyakan karena selalu mendapat jatah nasi yang berlebih.” Kembali orang-orang di dalam pringgitan itu tidak mampu menahan tawamereka.
“Ki Rangga,” berkata prajurit sandi itu kemudian setelah suara tawa itu mereda, “Selebihnya aku juga membawa titah lagi dari Ki Patih Mandaraka untuk Ki Rangga.” Kembali dada orang-orang yang hadir di tempat itu berdesir tajam. Jika titah itu dari Ki Patih Mandaraka lagi, tentu ada hubungannya dengan tugas mereka menghancurkan perguruan Sapta Dhahana. Tampak kepala Ki Rangga terangguk-angguk. Katanya kemudian, “Silahkan, kami semua sudah siap menerima titah Ki PatihMandaraka.”
Prajurit sandi itu menganggukkan kepalanya. Katanya kemudian, “Ki Patih Mandaraka telah mendapat laporan dari para telik sandi yang di tugaskan untuk mengamat-amati Kademangan Cepaga di lereng gunung Merapi. Tempat tinggal orang yang menyebut dirinya PangeranRanapati.”
“Pangeran Ranapati,” hampir setiap dada terguncang mendengar nama itu kembali disebut, nama yang sudah lama menghilang sejak peristiwa pertempuran di lemah Cengkar beberapa saat yang lalu. “Ada apakah dengan Pangeran Ranapati?” bertanya Ki Rangga kemudian dengan kening yang berkerut merut. Prajurit sandi itu menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Ki Rangga. Jawabnya kemudian, “Menurut para telik sandi yang disebar di sekitar kademangan Cepaga, Pangeran Ranapati ternyata telah sembuh dari luka-lukanya. Bersama gurunya, dia telah turun dari lereng Merapi dan berangkat menuju ke arah timur.”Balas
*
On 17/07/2019 at 11:38 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki P.SatpamBalas
*
On 17/07/2019 at 16:57 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, PSatpam Pelangi ,atas wedarannya. Sehatselalu.
Balas
*
On 17/07/2019 at 17:35 Coco Rico said: Matur nuwun banget Pak Satpam & Mbah Man, mohon dilanjut saja.Balas
*
On 17/07/2019 at 17:43 EDI HENDRARDI said:Ada apakah?
Ada di jilid selanjutnya Kepriben Kabare sedulur? Mugi sami slamet, sihat, sugihBalas
*
On 19/07/2019 at 08:29 Djoko_thole said: Matur nuwun Mbah_Man dan Ki P. Satpam , salam sehat selaluBalas
*
On 20/07/2019 at 09:14 Adiwaswa said:Semangat pagi!!!!
Matur nuwun sanget Mbah Man ugi Ki P Satpam….. Ah ternyata Bayu Swandana tidak menunggang kuda sendiri malah masih dipangku melihat gambar ilustrasinya, tak pikir nunggang kuda sendiri karena sesumbarnya ingin mengajak berkuda kakeknya ..mudah-mudahan tidak ada salam paham dalam membayangkan suatu gambaran……heheheBalas
*
On 20/07/2019 at 12:35 ahmadzaini38said:
Sungguh jeli penglihatan Ki Adiwa. Hal yang orang lain tidak perhatikan, Ki Adiwa dapat melihatnya. Sungguh pangraita Ki Adiwa semangkin bertambah tambah tajam setelah mengamalkan kitab KiWaskita…..
Balas
*
On 20/07/2019 at 13:03 Adiwaswa said: Ki Waskita sudah diabdosi oleh BUMN Ki Zaini, menjadi PT. Waskita Karya dan Agung Sedayu mendirikan perusahaan swasta PT.Agung Sedayu Grup, silahkan Ki Zaini kalau bisnisnya mau lancar ambil nama dari tokoh2 ADBM contoh PT.Grinsing bergerak dibidang perbatikan, PT.Tanu Metir bergerak dibidang obat2an dan PT.Swandaru nama ini bagus tapi hokinya kurang…hehehe.Balas
*
On 21/07/2019 at 06:45 Karsam said:cocok itu
Balas
*
On 21/07/2019 at 07:30 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 22-23 Kembali desir tajam menggores setiap dada yang hadir di tempat itu, terutama Ki Rangga Agung Sedayu. Sejenak suasana menjadi sunyi. Kawan-kawan Ki Rangga menyadari sepenuhnya bahwa tugas menangkap hidup atau mati orang yang menyebut dirinya Pangeran Ranapati itu memang masih tetap berada di pundak Ki Rangga Agung Sedayu. “Apakah titah Ki Patih Mandaraka?” bertanya Ki Rangga kemudian setelah sejenak mereka terdiam. “Titah Ki Patih adalah, setelah perguruan Sapta Dhahana dapat dihancurkan dan perdikan Matesih dapat dikatakan aman dari gangguan sisa-sisa pengikut Trah Sekar Seda Lepen, Ki Rangga dan kawan-kawan diperintahkan melanjutkan tugas melacak keberadaan Pangeran Ranapati,” jawab prajurit sandi itu tegas dan lugas. Berdebar setiap jantung orang yang hadir di pringgitan itu. Tugas yang dibebankan kepada Ki Rangga memang terlihat berlebihan. Namun mereka percaya Ki Rangga akan dapat memilah dan memilih, tugas manakah yangakan didahulukan.
“Melindungi Matesih adalah tugas yang sedang berada di depan mata,” berkata Glagah Putih dalam hati, “Kakang Agung Sedayu pasti akan menyelesaikan tugas ini terlebih dahulu. Dugaan keterlibatan Trah Sekar Seda Lepen dalam peristiwa di hutan Krapyak harus diungkap dan dibuktikan sejalan dengan penghancuran padepokan Sapta Dhahana. Kemudian tugas selanjutnya baru dapat dilaksanakan.” Tiba-tiba sebuah desir tajam menyentuh jantung Glagah Putih. Tidak menutup kemungkinan jika dia beserta yang lainnya akan ikut terlibat dengan tugas selanjutnya yang telah dibebankan kepada Ki Rangga. “Apakah Ki Patih mengijinkan aku untuk membawa kawan-kawan ini melacak keberadaan Pangeran Ranapati?” tiba-tiba sebuah pertanyaan dari kakak sepupunya telah membangunkan Glagah Putih dari lamunannya. Prajurit sandi itu tersenyum sambil mengangguk. Jawabnya kemudian, “Ki Rangga diperkenankan membawa rombongan yang telah ada ini untuk meneruskan tugas Ki Rangga selanjutnya.” Tampak Ki Rangga menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya tidak ada keberatan sama sekali di sudut hatinya untuk melaksanakan baik titah dari Pangeran Pati maupun Ki Patih Mandaraka. Namun yang menjadi persoalan adalah Glagah Putih beserta orang-orang tua itu. Agaknya Ki Jayaraga dapat menyelami jalan pikiran Ki Rangga. Maka katanya kemudian dengan serta merta, “Ki Rangga, sebagaimana yang telah aku sampaikan kepada Ki Gede Matesih, aku adalah orang tua pengangguran yang kurang kerjaan. Jika Ki Rangga berkenan membawa aku sekedar sebagai juru dang, aku tidak keberatan.” “He! Ki Jayaraga jangan mengambil alih tugasku,” sergah Ki Bango Lamatan cepat, “Akulah juru dang yang sebenarnya, dan aku sudah siap mengikuti kemana saja Ki Rangga pergi.” “Jangan khawatir, Ki Bango Lamatan,” sahut Ki Jayaraga sambil tertawa pendek, “Walaupun yang menjadi juru dang sekarang adalah aku, jatah nasi Ki Bango Lamatan tetap aku beri berlebih, agar pertumbuhan badan Ki Bango Lamatan tidak terhambat.” “Ah, sudahlah,” Ki Rangga mencoba menengahi kedua orang tua yang berebut ingin menjadi juru dang itu, walaupun sebenarnya itu hanyalah sebuah gurauan, “Aku telah ditunjuk Ki Patih menjadi pemimpin rombongan kecil ini sejak berangkat dari Mataram. Jika memang Ki Patih telah mengijinkan untuk kembali membawa rombongan kecil ini melacak keberadaan Pangeran Ranapati, aku tidak berkeberatan,” Ki Rangga berhenti sejenak. Sambil mengedarkan pandangan matanya ke arah kawan- kawannya, Ki Rangga pun melanjutkan ucapannya, “Nah, apakah ada di antara kalian yang berkeberatan karena ada suatu urusan lain yang perlu diselesaikan?” Tampak kawan-kawan Ki Rangga itu saling berpandangan sejenak. Ki Waskita lah yang menjawab, “Ngger, kita berangkat berlima, kita akan menuntaskan permasalahan apapun yang menjadi tugas kita juga berlima. Semoga Tuhan Yang Maha Agung memberikan pertolongan kepada kita semua sehingga kelak setelah semua tugas ini selesai, kita akan menghadap dan melaporkan hasil tugas kita kepada Ki Patih Mandaraka jugaberlima.”
Balas
*
On 21/07/2019 at 07:31 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 24-25 Tampak kepala orang-orang yang berkumpul di ruang pringgitan itu terangguk-angguk. Hanya Ki Gede Matesih yang terlihat mengerutkan keningnya dalam-dalam. “Ki Rangga,” tiba-tiba Ki Gede Matesih mengajukan sebuah pertanyaan, “Apakah Ki Rangga masih menerima tenaga yang tidak berarti ini untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang menimpa Mataram? Jika memang diperkenankan, aku yang tidak berarti ini siap untuk membantu Ki Rangga.” Segera saja pandangan mata orang-orang yang berada di pringgitan itu tertuju kepada Ki Gede Matesih. “Ki Gede,” jawab Ki Rangga dengan suara tenang, “Tugas ini sudah sejak awal dibebankan kepada kami berlima. Ki Gede Matesih mempunyai tugas yang lebih besar di perdikan ini. Bangun kembali kepercayaan kawula Matesih untuk bersetia kepada Mataram setelah beberapa saat yang lalu terbuai oleh janji -janji orang yang menyebut dirinya Trah Sekar Seda Lepen itu.” Ki Gede menarik nafas dalam sejenak mendengar jawaban dari Ki Rangga. Namun dia segera menyadari kedudukannya sebagai kepala sebuah perdikan. Maka katanya kemudian, “Terima kasih Ki Rangga. Aku terpancing untuk mengenang masa-masa muda dahulu. Ingin rasanya berkelana kembali mendaki bukit dan menuruni lembah dan ngarai serta mengunjungi tempat-tempat yang hampir tidak pernah dikunjungi oleh manusia,” Ki Gede berhenti sejenak untuk sekedar mengambil nafas. Lanjutnya kemudian, “Namun apa yang disampaikan Ki Rangga telah mengingatkan aku kembali tentang tugas yang dibebankan kepadaku selaku kepala sebuah tanah perdikan.” “Ki Gede ada benarnya,” sahut Ki Jayaraga sambil tersenyum, “Sebenarnya kami yang tua-tua ini pun hanya rindu petualangan semasa masih muda dahulu. Bahkan jika tidak disibukkan oleh urusan di Kota Raja, Ki Patih Mandaraka pun pada awalnya menyatakan keinginannya untuk ikut dalam rombongan ini.” “Ah!” Ki Gede Matesih tertawa pendek. Ternyata tidak hanya dirinya saja yang telah rindu akan petualangan di masa-masa muda dahulu. “Nah,” berkata Ki Rangga selanjutnya kepada prajurit sandi itu, “Aku masih menunggu jika memang ada perintah selanjutnya.” “Tidak ada Ki Rangga,” sahut prajurit sandi itu, “Aku akan segera mohon diri. Aku harus kembali ke tempat tugasku. Jika sewaktu-waktu ada berita yang dikirim, baik melalui seorang caraka maupun isyarat-isyarat yang telah disepakati, aku sudah berada di tempat tugasku kembali.” “Bukankah biasanya kalian tidak sendirian?” bertanya Glagah Putih menyela. Sebagai prajurit sandi bersama Rara Wulan, Glagah Putih sangat paham dengan seluk beluk tugas prajurit sandi yudha. “Engkau benar Glagah Putih,” jawab prajurit sandi itu sambil berpaling ke arah adik sepupu Ki Rangga itu, “Kami selalu berdua bahkan kadang bertiga menunggu di tempat yang telah disepakati. Jika memungkinkan salah satu dari kami akan nganglang mencari berita dan menyadap keterangan dari tempat-tempat yang memang sedang kita pantau. Sedangkan yang lainnya menunggu berita di tempat persembunyiankita.”
Sedangkan Ki Gede Matesih yang tidak begitu paham akan seluk beluk tugas prajurit sandi yudha itu pun bertanya, “Jadi Ki Sanak ini tidak berasal dari prajurit yang berada di Kota Raja Mataram?” Prajurit sandi itu tersenyum sambil menggeleng. Jawabnya kemudian, “Tidak Ki Gede. Sudah berbulan-bulan aku bertugas di sekitar perdikan Matesih ini. Kawan-kawanku sebagian ada yang di tempatkan di dukuh Salam, kemudian di seberang Kali Krasak. Demikian itu sampai ke Kota Raja. Jika ada berita yang sangat penting, berita itu akan disampaikan secara berantai sehingga sampai kepada petugas sandi yangterdekat.”
“Bagaimana caranya berita itu bisa disampaikan?” bertanya Ki Gede kemudian dengan nada sedikit penasaran.Balas
*
On 21/07/2019 at 09:11 Adiwaswa said:Semangat pagj!!!
Matur nuwun sanget Mbah Man ugi Ki P Satpam semoga tidak bosan dengankata2 ini….
Ki Gede cara mengirim berita saat ini sangat mudah karena kami diajari Aji pameling whatsApp grup @teliksandimatraman…heheheBalas
*
On 21/07/2019 at 11:42 haryo penangsang XXIV said: Mantabz matur nuwun Mbah Man dan Ki P.SatpamBalas
*
On 22/07/2019 at 10:32 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, PSatpam atas wedarannya. Geng injang, sehatselalu.
Balas
*
On 22/07/2019 at 16:11 Djoko_thole said: Matur nuwun sanget Mbah Man ugi Ki P Satpam ,salam sehat selaluBalas
*
On 23/07/2019 at 12:56 ahmadzaini38said:
hampir sampai stasiun 15. Semoga tidak ada aral melintang. Matur nuwun Mbah_Man juga Ki Satpam.Balas
*
On 24/07/2019 at 22:22 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 26-27 Kembali prajurit sandi itu tersenyum. Jawabnya kemudian, “Dengan banyak cara Ki Gede. Dengan isyarat panah sendaren, panah berapi, burung merpati yang telah terlatih dan tentu saja juga dengan seorang caraka yang bertugas membawa sebuah nawala.” Kali ini tampak Ki Gede mengangguk-anggukkan kepalanya. Walaupun di dalam hatinya masih tersisa sebuah pertanyaan, namun Ki Gede merasa sudah terlalu banyak bertanya. “Baiklah aku segera mohon diri,” berkata prajurit sandi itu kemudian, “Jika ingin menghubungi kawan-kawan, Ki Rangga tentu sudah tahu harus pergi ke mana.” “Terima kasih,” berkata Ki Rangga kemudian sambil bangkit berdiri ketika dilihatnya prajurit sandi itu bangkit berdiri. “Maafkan kami,” sahut Ki Gede Matesih mengikuti Ki Rangga berdiri, “Begitu tegangnya kami mengikuti berita yang Ki Sanak bawa, sehingga aku telah lupa memerintahkan orang-orang di dapur banjar untuk menghidangkan minuman dan makanan sekedarnya.” “Ah sudahlah Ki Gede,” jawab prajurit sandi itu sambil tertawa pendek, “Kami yang bertugas di lapangan sudah terbiasa dengan keadaan ini. Kami dapat makan di mana saja dan juga seadanya saja. Memang kami kadang harus menjauhi keramaian untuk mengurangikecurigaan.”
“Sesekali bergabunglah dengan kami,” sahut Ki Jayaraga dengan serta merta sambil bangkit dan mengikuti langkah mereka yang keluar pringgitan, “Setiap hari orang-orang dapur itu menyembelih ayam dan memasak sayur lodeh keluwih.” “Dengan nasi putih yang masih hangat dan sambal tomat yang pedas,” timpal Ki Bango Lamatan yang segera disambut dengan gelak tawa. Demikianlah akhirnya, prajurit sandi itu pun segera minta diri untuk kembali ke tempat tugasnya. Setelah prajurit sandi itu hilang di balik pintu gerbang banjar padukuhan induk yang segera ditutup rapat-rapat, Ki Gede Matesih pun juga segera minta diri untuk mempersiapkan para pengawal Matesih. “Ki Rangga,” berkata Ki Gede kemudian sambil menghentikan langkah tepat di bawah tlundak pendapa, “Lebih baik sekarang juga aku mohon diri, selagi hari masih terang. Aku akan mampir ke rumah terlebihdahulu.”
“Silahkan Ki Gede. Usahakan pengerahan pasukan pengawal itu tidak terlalu mencolok,” pesan Ki Rangga sambil menaiki tlundak pendapa, “Ki Bango Lamatan akan membantu Ki Gede.” “Terima kasih,” berkata Ki Gede kemudian sambil mengangguk dalam-dalam, “Aku mohon diri.” Ki Rangga mengangguk. Kemudian katanya kepada Ki Bango Lamatan, “Ikutlah Ki Gede, Ki Bango Lamatan. Bantu Ki Gede mengatur pertahanan para pengawal di tempat-tempat yang sekiranya akan dijadikan pintu masuk bagi pasukan lawan.” “Baik Ki Rangga,” jawab Ki Bango Lamatan kemudian sambil bergeser mendekat kepada Ki Gede Matesih. Setelah mengucapkan salam perpisahan, kedua orang itu pun segera meninggalkan banjar padukuhan induk. Sepeninggal Ki Gede dan Ki Bango Lamatan, Ki Rangga segera memberi pesan-pesan kepada Ki Jayaraga dan muridnya, Glagah Putih. “Untuk Ki Jayaraga dan Glagah Putih, aku mohon untuk mengadakan hubungan dengan pasukan pengawal yang berada di padepokan gunung Tidar. Jika memungkinkan pasukan pengawal itu ditarik saja ke perdikan Matesih untuk menambah kekuatan kita,” berkata Ki Ranggaselanjutnya.
“Baiklah kakang,” Glagah Putih lah yang menyahut, “Namun kami akan berangkat selepas Matahari terbenam agar memudahkan kami dalam melakukan pergerakan.”Balas
*
On 28/07/2019 at 18:34 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki P.Satpam..Balas
*
On 25/07/2019 at 09:52 Djoko_thole said: Matur nuwun Mbah_Man & Ki P.Satpam , salam sehat selaluBalas
*
On 25/07/2019 at 16:59 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, PSatpam atas wedarannya,sehat selalu.Balas
*
On 26/07/2019 at 14:29 ahmadzaini38said:
Jum’at penuh Barokah. Alhamdulillah masih bisa hadir di STSD 14…… Semoga semua sehat wabilkhusus Mbah_Man.Balas
*
On 26/07/2019 at 20:11 Lare Dusun said: Sugeng dalu poro sanak kadang padepokan, nderek mampir ngiyup sekedap,mtr nwn
Balas
*
On 28/07/2019 at 18:54 pelangisingosarisaid:
STSD 14 halaman 28-29 “Silahkan,” berkata Ki Rangga. Kemudian sambil berpaling ke arah Ki Jayaraga Ki Rangga pun melanjutkan ucapannya, “Namun jika Ki Jayaraga sebenarnya belum terlalu sehat, sebaiknya jangan terlalumemaksakan diri.”
Ki Jayaraga tersenyum. Jawabnya kemudian, “Masih ada waktu sedikit sebelum Matahari benar-benar terbenam. Aku terpaksa mengetrapkan aji _sulih raga kembul bojana_ agar kekuatan dan kesehatanku benar-benar malam ini pulih dalam sekejap seperti sedia kala.” Glagah Putih yang mendengar menjadi berdebar- debar. Sebagai murid Ki Jayaraga, rasa-rasanya dia belum pernah mendengar aji sejenis itu, sebuah aji untuk memulihkan kekuatan dan kesehatan dalam sekejap. Namun Ki Rangga justru tertawa sambil bertanya, “Apakah untuk mengetrapkan aji itu diperlukan sebuah persyaratan khusus? Nasi putih yang hangat, ayam bakar dan sayur lodeh keluwih serta sambal tomatyang pedas?”
Segera saja gelak tawa terdengar kembali. Ki Jayaraga pun ikut tertawa walaupun terdengar hambar. “Agaknya Kiai Gringsing guru Ki Rangga juga telah mengajarkan aji itu kepada murid-muridnya,” menyela Ki Jayaraga kemudian di antara tawa yang berderai-derai. Demikianlah akhirnya, Ki Jayaraga dan Glagah Putih ternyata telah kembali ke bilik. Waktu yang sedikit itu akan digunakan oleh Ki Jayaraga untuk benar-benar memulihkan kekuatannya sebelum berangkat untuk mengadakan hubungan dengan pasukan pengawal Matesih yang bertahan di gunung Tidar selepas Matahari terbenam nanti. Sedangkan Ki Rangga dan Ki Waskita ternyata telah memilih kembali ke pringgitan untuk membicarakan hal-hal yang dirasa sangat penting untuk peningkatan ilmu Ki Rangga. “Ngger, aji pengangen-angen yang telah engkau kuasai itu memerlukan pendalaman,” berkata Ki Waskita begitu kedua orang itu duduk kembali di pringgitan, “Kedua bentuk semu itu sebenarnya adalah ujud dari pancaran ilmumu. Jarak akan sangat menentukan kekuatan dari bentuk semu itu sejalan dengan kekuatan pancaran ilmumu.” Tampak kepala Ki Rangga terangguk-angguk. Setelah menarik nafas dalam-dalam, Ki Rangga pun kemudian bertanya, “Ki Waskita, bagaimanakah caranya untuk menghindari benturan ilmu secara langsung dengan lawan? Pada saat aku mengetrapkan pancaran ilmuku melalui kedua bayangan semu itu, benturan secara langsung dengan ilmu lawan akan berpengaruh terhadap wadagku yang sedang dalam puncak samadi. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah, dengan benturan ilmu itu, lawan akan dapat melacak keberadaan wadagku yang sedang dalam puncak samadi. Jika itu terjadi, lawan akan dengan mudah menghancurkan wadagku sebelum aku terbangun dari samadi.” “Ya, Ngger,” jawab Ki Waskita sambil tersenyum maklum, “Angger hampir saja lumat menjadi debu pada saat Kiai Damar Sasangka menemukan persembunyian wadagmu. Kuat dugaanku, ayah anak muda yang mengaku bernama Mas Santri itulah yang telah membangunkanmu dari alamsonyaruri.”
“Ki Waskita benar,” jawab Ki Rangga kemudian, “Ayah anak muda yang bernama Mas Santri itu adalah Kanjeng Sunan. Aku sangat bersyukur bahwa Yang Maha Agung masih berkenan menyelamatkan aku melalui pertolongan Kanjeng Sunan.” Untuk sejenak keduanya terdiam. Terbawa arus kenangan beberapa saat yang lalu ketika terjadi pertempuran dahsyat antara Ki Rangga Agung Sedayu melawan pemimpin perguruan Sapta Dhahana itu. “Ki Waskita,” tiba-tiba Ki Rangga teringat akan sesuatu yang selama ini masih membingungkannya, “Pada saat Kiai Damar Sasangka menyerangku dengan seluruh kekuatannya, aku benar-benar tidak mempunyai pilihan lain selain mengangkat tanganku dengan sepenuh kekuatan agar tubuhku tidak hancur menjadi debu. Yang kemudian mengherankan bagiku adalah, seolah-olah semua ilmu _jaya kawijayan guna kasantikan_ yang aku pelajari selama ini secara langsung bergerak sendiri dan bergabung menjadi satu membentengi diriku tanpa aku harus memilih ilmu dari aliran Ki Sadewa, atau Windujati, bahkan ilmu dari kitab Ki Waskita. Semuanya menjadi satu tanpa perlu digerakkan dandiperintahkan.”
Balas
*
On 28/07/2019 at 23:12 Wachid hasbollah said: Matur nuwun sanget Ki p satpam lan mbah man..mugi2 selalu sehat walafiat..aamiin.
Balas
*
On 28/07/2019 at 23:22 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Ki Ajar Sengkaling (atau jangan2 Mas Putut Risang yang pinjam baju) … tetap semangat !Balas
*
On 30/07/2019 at 09:13 Karsam said:semangat terus
Balas
*
On 29/07/2019 at 07:45 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Pelangisingosari..Balas
*
On 28/07/2019 at 23:03 Ekaputra Adnyana said:Maturnuwun Mbah Man
Maturnuwun Ki PS
Mogi Rahayu
Balas
*
On 29/07/2019 at 10:14 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, kiSatpam . Atas wedarannya. Mas Risang sekarang ada di mana nggih…? Jangan jangan dah menikah…Balas
*
On 29/07/2019 at 12:22 pelangisingosarisaid:
STSD 14 HALAMAN 30-32 Ki Waskita menarik nafas dalam-dalam mendapat pertanyaan itu. Jawabnya kemudian sambil membenahi tempat duduknya, “Ngger, pada dasarnya ilmu yang kita pelajari semuanya itu untuk membetengi diri kita apabila mendapat ancaman. Kebanyakan orang masih mengkotak-kotakkan ilmu itu dalam sekat-sekat yang terpisah. Jika ingin menggunakan salah satu ilmu, maka kita harus memilih kotak yang mana yang akan kita pakai. Padahal ilmu itu tidak seperti itu. Jika semua ilmu yang kita pelajari telah lebur menjadi satu tanpa terpisahkan oleh sekat-sekat itu, maka setiap gerak, setiap langkah dan setiap ayunan tangan kita adalah pancaran dari semua ilmu yang telah kita pelajari.” Sejenak Ki Rangga mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dengan segenap perhatian dia berusaha mencerna keterangan ayah Rudita itu. Berkata Ki Rangga kemudian, “Maafkan aku, Ki Waskita. Sejauh pengetahuanku, belum ada orang yang mampu melebur sekat-sekat pada ilmu yang berbeda itu, karena setiap ilmu pasti mempunyai sifat yang berbeda dengan laku yang berbeda sehingga perlakuan dan penggunaannyapun berbeda.”
“Engkau benar, Ngger,” sahut Ki Waskita cepat, “Namun jika tingkatan itu sudah dapat kita capai, kita tidak usah bersusah payah mengingat atau mengetrapkan sebuah ilmu jika kita menghendakinya. Ilmu yang kita perlukan dalam keadaan yang khusus akan muncul dengan sendirinya dan akan melindungi kita selama diperlukan.” Kembali Ki Rangga termenung. Namun kemudian tanpa sadar dia berdesis perlahan, “Pada saat serangan pamungkas pemimpin Sapta Dhahana itu menerjang, aku memang tidak ada waktu untuk berpikir menggunakan ilmu kebalku, atau ilmu yang lain untuk melindungi diriku. Yang ada hanyalah kepasrahan kepada _Agaknya prajurit sandi itu dapat membaca wajah-wajah yang keheranan di sekitarnya. Maka katanya kemudian, “Ratu Tulungayu telah menuntut hak atas tahta bagi putranya Raden Mas Wuryah.”_ Yang Maha Memberi Hidup agar mendapatkan perlindungan-Nya.” “Itulah Ngger, pada saat keadaan sangat terdesak, segala ilmu yang kita pelajari akan terungkap dengan sendirinya. Kuncinya adalah kepasrahan diri kita sepenuhnya kepada Yang Memberi Hidup,” sahut KiWaskita kemudian.
“Alangkah dahsyatnya jika seseorang dalam keadaan sadar mampu mengetrapkan ilmu seperti itu,” berkata Ki Rangga kemudian perlahan seolah-olah ditujukan kepada dirinya sendiri, “Ilmunya benar-benar menjadi sempurna.” Untuk beberapa saat Ki Waskita termenung mendengar kata-kata Ki Rangga. Tampak kerut merut di dahi ayah Rudita itu semakin dalam. Jawabnya kemudian setelah menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu, “Ngger, ketahuilah tidak ada ilmu yang sempurna di dunia ini. Hanya ilmu Yang Maha Perkasa yang sempurna. Setiap ilmu yang kita kuasai pasti mempunyai kelemahan. Namun dengan mengetahui dan mempelajari kelemahan itulah sebenarnya ilmu kita akan semakin mendekati sempurna. Aku katakan sekali lagi, hanya mendekati sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna.” Kembali kepala Ki Rangga terangguk-angguk. Bagaimanapun juga terbersit perasaan syukur yang tak terhingga sehingga dia telah dikaruniai segala ilmu yang sekarang tertimbun dalam dirinya. “Khusus untuk aji pengangen-angen,” berkata Ki Waskita selanjutnya, “Hindarilah benturan secara langsung dengan ilmu lawan. Aku sarankan sebaiknya engkau selalu menggunakan cambuk dalam mengetrapkan ilmu semu itu, sehingga lawan akan kesulitan mendekati ujud bayangan semu itu dan akan tertahan oleh ujung cambukmu.” “Maaf Ki Waskita,” sela Ki Rangga kemudian, “Bagaimana jika lawan menggunakan ilmu jarak jauh untuk menyerang ujud semu itu? Apakah benturan itu akan tetap berpengaruh sebagaimana jika lawan membenturkan ilmunya secara langsung kepada ujud semu itu?”Balas
*
On 29/07/2019 at 22:20 Wachid hasbollah said: Matur nuwun sanget mbah man ugi Ki P satpam ..salam sehatselalu..aamiin.
Balas
*
On 30/07/2019 at 09:24 Karsam said:Amin, Amin…..yra
Balas
*
On 29/07/2019 at 12:59 Djoko_thole said: Alhamdulillah…Matur nuwun Mbah-Man & Ki P.Satpam ,salm sehat selaluBalas
*
On 30/07/2019 at 10:51 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, PSatpam. Atas wedarannya.Balas
*
On 30/07/2019 at 12:47 ahmadzaini38said:
Alhamdulillah, barokah ini. Yang sedikit demi sedikit tetapi semakin menggoda, membuat klepek-klepek para pembaca. Kangen juga dg Ki Widura dan Ki Untara. Matur nuwun Mbah_Man.Balas
*
On 30/07/2019 at 15:14 Adiwaswa said: Keterangan gambar dari kiri kekanan, Ki Gede Matesih yang membelakingi foto, Ki Jayaraga,Ki Bango Lamatan, Agung Sedayu yang berhadapan dengan telik sandi, Ki Waskita yang duduknya dibelakang antara Agung Sedayu dan Glagah Putih ….demikian lebih jelasnya. Matur nuwun sanget Mbah Man ugi Kj Pelangsing, topmarkotop
Balas
*
On 30/07/2019 at 17:11 ahmadzaini38said:
Hehehe…. Benar seperti itu, Ki Adiwa?Balas
*
On 31/07/2019 at 02:01 Willy said: Glagah putih kok ora gede2 yoBalas
*
On 31/07/2019 at 05:11 Coco Rico said: Matur nuwun sanget mbah man ugi Ki P satpam ..salam sehatselalu..aamiin.
Balas
*
On 31/07/2019 at 11:05 Mbah Segoro said: Matur nuwun sanget mbah man ugi Ki P satpam ..salam sehatselalu..aamiin.
Balas
*
On 01/08/2019 at 12:11 P. Satpamsaid:
STSD 13 HALAMAN 33-34 “Ya, Ngger. Itulah yang aku maksud dengan kelemahan aji pengangen-angen ini,” jawab Ki Waskita perlahan sambil tersenyum sareh, “Namun sekali lagi aku katakan, dengan mengetahui kelemahan aji pengangen-angen ini, engkau akan dapat semakin menyempurnakan ilmuitu.”
Sejenak Ki Rangga mengerutkan keningnya. Namun Ki Rangga pada dasarnya adalah seseorang yang dikaruniai kelebihan dalam olah pikir dan daya ingat yang luar biasa. Maka katanya kemudian, “Aku harus menghindari setiap usaha serangan jarak jauh atau sekalian meniadakan pancaran ilmuku pada ujud semu itu sehingga serangan sedahsyat apapun tidak akan berpengaruh.” “Benar, Ngger,” sahut Ki Waskita dengan serta merta, “Agaknya angger sudah mulai mengenal sifat dari aji pengangen-angen. Berusahalah bertempur dengan mengambil jarak yang cukup, cukup untuk mengenali serangan jarak jauh lawan, ataupun menghindari benturan langsung pada ujud semu itu sendiri. Angger dapat menggunakan bayangan semu itu sebagai pancaran ilmu atau hanya bayangan semu belaka. Itu tergantung dari keinginan angger. Namun ingatlah, seorang lawan yang sangat tajam mata batinnya akan mampu dengan cepat mengenali bayangan semu itu sebagai bentuk pancaran ilmu ataukah hanya sebuah bayangankosong saja.”
Kali ini Ki Rangga tampak menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk- angguk. Sejenak suasana menjadi sepi. Angin sore yang lembut bertiup menggoyangkan dedaunan pohon-pohon yang tumbuh di halaman banjar padukuhan induk. Seekor induk ayam bersama beberapa anak-anaknya tampak melintas di dekat tlundak pendapa sebelah kanan. Sinar Matahari yang mulai melemah menggapai pucuk-pucuk dedaunan menimbulkan warna keemasan yang mempesona. “Bagaimana dengan ilmu yang lain, Ki?” bertanya Ki Rangga kemudian setelah sejenak keduanya terdiam, “Ilmu kebal misalnya. Apakah juga akan berpengaruh terhadap ujud semu itu jika ditrapkan?” “Tentu saja, Ngger,” jawab Ki Waskita dengan serta merta, “Ujud semu itu adalah pancaran ilmumu secara utuh. Ilmu apapun yang engkau kuasai, dapat engkau trapkan pada ujud semu itu. Dengan demikian untuk menahan gempuran ilmu lawan, engkau dapat menggunakan ilmu kebalitu.”
Kembali kepala Ki Rangga terangguk-angguk. Perasaan syukur dan bangga bercampur aduk dalam dada Ki Rangga. Dengan demikian dia dapat tampil secara utuh sebagaimana dirinya sendiri dalam ujud semu itu. Demikianlah kedua orang yang mempunyai hubungan khusus bagaikan guru dan murid itu masih meneruskan perbincangan mereka sampai Mataharihampir terbenam.
Dalam pada itu, di tengah hutan sebelah barat lereng gunung Tidar, tampak Raden Wirasena sedang menerima para telik sandi yang dikirim untuk mengadakan penyelidikan. “Bagaimana keadaan padepokan Sapta Dhahana? Apakah pasukan pengawal Matesih masih bertahan di sana?” bertanya Raden Wirasena kemudian kepada dua orang telik sandi yang dikirim ke perguruan Sapta Dhahana. “Hamba Raden,” jawab salah satu telik sandi itu sambil menyembah dan menundukkan kepalanya dalam-dalam, “Kami berdua berhasil mendekati padepokan dari arah depan. Masih tampak beberapa pengawal Matesih yang berjaga-jaga. Kemudian kami memutar ke belakang padepokan. Dengan memanjat pohon nangka yang ada di dekat dinding padepokan, kami sempat mengintip ke dalam padepokan dan ternyata memang masih banyak pengawal Matesih yang bertahan di sana.” Tampak kepala Raden Wirasena terangguk-angguk. Kemudian sambil berpaling ke arah telik sandi yang bertugas menyelidiki perdikan Matesih dia bertanya, “Bagaimana dengan perdikan Matesih?”Balas
*
On 01/08/2019 at 15:04 langlang buana said: Makin penaasaaran???Balas
*
On 02/08/2019 at 08:12 Karsam said:iya
Balas
*
On 02/08/2019 at 09:55 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki P.Satpam,nuwun..Balas
*
On 02/08/2019 at 16:32 Mbah Segoro said: Makin seru jalan ceritanya … Matur nuwun Mbah Man dan Ki P.Satpam…Balas
*
On 02/08/2019 at 19:29 Coco Rico said: Detik2 perang besar2an sudah mulai dipersiapkan dari kedua belah pihak, betapa seakan-akan kita ikut serta didalamnya…….! Matur nuwun Mbah Man juga Pak Satpam, harapan para can dan ment seluruhnya ikut berdoa, semoga dalam menurunkan wedaran2 berikutnya nanti, beliau Mbah Man & Pak Satpan selalu sehat walafiat dan selalu tetap dalam lindunganNYA. Amiiiiiiiiiiinnn….!!Balas
*
On 04/08/2019 at 05:51 Karsam said:Amin, Amin YRA
Balas
*
On 03/08/2019 at 22:21 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 35-36 Untuk sejenak kedua telik sandi itu saling berpandangan. Namun telik sandi yang berbadan tegap itu segera menjawab, “Ampun Raden, kami membawa berita yang mungkin kurang menguntungkan bagi pasukan kita.” “He?!” bentak Raden Wirasena dengan muka memerah darah, “Katakan saja apa yang engkau lihat! Tidak usah berbelit-belit!” Bergetar dada kedua telik sandi itu. Dengan cepat mereka segera menghaturkan sembah. Sedangkan telik sandi yang berbadan tegap itu segera melanjutkan laporannya. “Ampun Raden, menurut berita yang berhasil kami sadap, Ki Rangga Agung Sedayu dan saudara sepupunya yang bernama Glagah Putih itu telah hadir di banjar padukuhan induk Matesih.” “He?!” hampir bersamaan orang-orang yang ada di sekitar Raden Wirasena itu terperanjat. Kehadiran Ki Rangga Agung Sedayu bagi mereka adalah kedatangan maut itu sendiri. Raden Surengpati yang duduk di sebelah kanan Raden Wirasena hampir saja bangkit berdiri jika saja kakandanya tidak mencegahnya. “Ada apa adimas?” bertanya Raden Wirasena kemudian sambil berpaling ke arah adindanya. Betapa wajah Raden Surengpati memendam dendam setinggi gunung sedalam lautan. Jawabnya kemudian sambil menggeretakkan giginya, “Kakangmas, anak muda yang bernama Glagah Putih itulah yang telah mencederaiaku.”
“He?!” kembali terdengar seruan terkejut dari beberapa orang yangada di tempat itu.
Eyang Guru yang duduk agak jauh segera bergeser merapat. Katanya kemudian, “Jika Glagah Putih mampu mengalahkan Raden Surengpati, berarti tingkat ilmu kanuragannya tidak dapat diremehkan.” Sedangkan Kiai Dandang Mangore yang sedari tadi sudah duduk di sebelah kiri Raden Wirasena segera berdehem keras-keras untuk menarikperhatian mereka.
Ketika seruan-seruan itu telah mereda, Kiai Dandang Mangore pun segera berkata, “Raden, aku tidak bermaksud meremehkan atau merendahkan tingkat ilmu kanuragan Ki Rangga, namun aku menyayangkan berita kesaktian Ki Rangga yang terlalu dilebih lebihkan sehingga telah mengecilkan kekuatan kita sendiri.” Untuk sejenak Raden Wirasena tampak mengerutkan keningnya dalam-dalam. Sedangkan Eyang Guru yang telah duduk di sebelahnya segera menyahut, “Engkau benar Balebang. Kedahsyatan Ki Rangga memang masih perlu dibuktikan. Memang aku telah mengalami sendiri. Namun saat itu aku menemui kesulitan untuk mendekati tempat samadinya. Tapi aku yakin, jika aku mendapat kesempatan lagi, nama besar Ki Rangga aku jamin akan hilang sebagaimana hilangnya jasad Ki Rangga yang akan terkuburdalam-dalam.”
Kiai Dandang Mangore tertawa mendengar sesumbar Eyang Guru. Katanya kemudian, “Kesempatanmu untuk bertempur dengan Ki Rangga sudah tertutup, Gandhuru. Biarlah kali ini aku akan membuktikan, siapa di antara kita yang terbaik.” “He? Engkau masih saja mengajakku berlomba, Balebang?” sahut Eyang Guru sambil tertawa, “Baiklah kali ini kesempatan itu aku berikan kepadamu. Nanti malam lewat sepi uwong, kita berdua membuktikan berita yang dibawa telik sandi itu.” “Aku setuju!” seru Kiai Dandang Mangore bersemangat, “Kalau perlu Ki Rangga akan aku tantang untuk berperang tanding sampai salah satu diantara kita menjadi mayat.” “Tunggu dulu, Balebang!” sergah Eyang Guru, “Engkau belum tahu sifat agul-agulnya Mataram itu. Menantang perang tanding kepada Ki Rangga tanpa alasan yang jelas tidak mungkin akan dilayani. Ki Rangga hanya mau bertempur untuk suatu alasan yang diyakininya.” “Kalau begitu aku akan membunuhnya, dengan atau pun tanpa alasan,” potong pemimpin perguruan Setra Gandamayit itu.Balas
*
On 04/08/2019 at 06:46 Karsam said: Surengpati kalau berani tantang Glagah Putih perang tanding, jangan ngomong dibelakang aja, terina kading embah Man & P.Satpam, salamsedulur kabeh.
Balas
*
On 06/08/2019 at 22:49 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Mas Putut Risang … tetap semangat !Balas
*
On 05/08/2019 at 14:27 haryo penangsang XXIV said: Mbah Man dan Ki P.Satpam, matur nuwun sanget…Balas
*
On 05/08/2019 at 11:11 Djoko_thole said: Maturnuwun Mbah_Mana & Ki P.Satpam…makin tambah seru nih , salamsehat selalu
Balas
*
On 06/08/2019 at 17:18 Djoko_thole said: Tak inguk…kok sepi , ya balik lagiBalas
*
On 07/08/2019 at 04:31 pelangisingosarisaid:
STSD 14 halaman 37-38 “Dan kita berdua akan menjadi pengewan-ewan seluruh pengawal Matesih dibantu oleh orang-orang tua yang ada di banjar itu,” sahut EyangGuru cepat.
“Sudahlah!” akhirnya Raden Wirasena yang sedari tadi hanya mendengarkan kedua sahabat lama itu berdebat segera menengahi, “Aku setuju dengan Eyang Gurun. Kalian berdua malam ini selepas sepi uwong dapat mengadakan penyelidikan ke Matesih, tepatnya banjar padukuhan Matesih. Apakah benar berita yang didapat telik sandi itu. Ingat, hanya mengadakan penyelidikan dan tidak bertindak sebagai dutapamungkas.”
Kedua orang tua itu tampak terdiam mendengar ucapan orang yang mengaku sebagai Trah Sekar Seda Lepen itu. Dalam hati sebenarnya Kiai Dandang Mangore kurang setuju dengan perintah itu. Seharusnya mereka berdua diijinkan sebagai duta pamungkas, duta ngrampungi yang sekaligus akan mengurangi kekuatan perdikan Matesih. “Jika aku mampu membunuh Ki Rangga, apa salahnya? Kekuatan Matesih akan susut dan menghancurkan perdikan itu hanya _suwe mijet wohing ranti_,” berkata Kiai Dandang Mangore dalam hati. Namun kepala orang tua itu tampak tetap terangguk-angguk walaupun hatinya tidak setuju. “Baiklah Raden,” Eyang Guru lah yang akhirnya memberikan tanggapan ketika dilihat sahabatnya itu hanya mengangguk-angguk saja, “Malam nanti selepas sepi uwong kami akan turun ke perdikan Matesih. Memang banyak kemungkinan yang dapat terjadi di sana nantinya. Namun kami akan tetap berusaha agar keberadaan pasukan kita di sini tetap terjagakerahasiaannya.”
Orang-orang yang berada di tempat itu pun tampak mengangguk-anggukkan kepala mereka. Pada dasarnya mereka yakin akan kemampuan kedua orang tua itu. Jika salah satu dari keduanya sudah menyediakan diri untuk langsung berhadapan dengan Ki Rangga, tentu akhir perjuangan Trah Sekar Seda Lepen sudah mendekati kenyataan. “Baiklah Eyang Guru,” berkata Raden Wirasena selanjutnya, “Apapun hasil penyelidikan itu nantinya, pasukan akan tetap bersiaga untuk digerakkan sewaktu-waktu. Kami disini menunggu isyarat dari Eyang Guru berdua.” “Baik Raden,” jawab Eyang Guru kemudian, “Aku harap pasukan jangan bergerak dulu sebelum ada isyarat dari kami.” Demikianlah pertemuan itu akhirnya selesai. Matahari masih tampak bersinar di langit barat, namun sinarnya telah menjadi semakin lemah seiring bergesernya Matahari turun mendekati cakrawala langit sebelahbarat.
Dalam pada itu, menjelang Matahari terbenam tampak dua bayangan sedang bergerak dengan sangat hati-hati di antara lebatnya gerumbul dan pepatnya pohon-pohon yang tumbuh berjajar-jajar di dalam hutan. Kawasan hutan itu masih termasuk lereng gunung Tidar sebelah barat. Kedua bayangan itu tampak dengan sangat hati-hati menuruni lereng sambil berlindung dari pohon satu ke pohon yang lain. “Ki Wiyaga,” bisik salah satu bayangan itu perlahan, “Apakah keterangan orang aneh tadi dapat dipercaya?” Ki Wiyaga berpaling sekilas. Namun dengan cepat pandangan matanya tertuju ke depan kembali. Jawabnya kemudian tak kalah lirihnya, “Aku percaya walaupun aku belum mengenal orang itu. Namun menilik dari sorot matanya aku yakin orang itu berkata jujur.” Kawan Ki Wiyaga itu terdiam sejenak. Dengan perlahan keduanya pun kembali bergerak menuruni lereng gunung Tidar sebelah barat. Sesekali kedua orang itu harus berhenti sejenak untuk meyakinkan bahwa di sekitar mereka berdua tidak ada orang yang sedang mengawasi. Keduanya menyadari betapa berbahayanya tugas yang sedang mereka emban. “Menurut keterangan orang aneh yang datang di padepokan menjelang tunggang gunung tadi, sisa-sisa murid Sapta Dhahana telah berkumpul dan bergabung dengan murid-murid dari padepokan Setra Gandamayit,” tiba-tiba kawan Ki Wiyaga itu kembali berdesis perlahan.Balas
*
On 07/08/2019 at 04:59 GunarwanBaroto said: Matur nuwun …monggo dilanjut malèhBalas
*
On 07/08/2019 at 16:42 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Pelangisingosari…..Balas
*
On 07/08/2019 at 08:44 Djoko_thole said: Alhamdulillah…Matur nuwun mbah_Man & Ki P.Satpam , salam sehatselalu
Balas
*
On 07/08/2019 at 09:13 Coco Rico said: “Sudahlah!” akhirnya Raden Wirasena yang sedari tadi hanya mendengarkan kedua sahabat lama itu berdebat segera menengahi, “Aku setuju dengan Eyang Gurun. Trimakasih Mbah Man dan pak Satpam. Sedikit koreksi : “Eyang Gurun” mungkin yang dimaksud “Eyang Guru”Balas
*
On 07/08/2019 at 11:13 Karsam said: ki Wiyaga siapa lagi ini?Balas
*
On 07/08/2019 at 12:21 Bidadari Kecilsaid:
Wong Matesih
Balas
*
On 07/08/2019 at 13:10 ahmadzaini38said:
Telik sandi Matesih?Balas
*
On 07/08/2019 at 21:01 Karsam said:makasih
Balas
*
On 08/08/2019 at 10:01 Wachid hasbollah said:Makasih jg…
*
On 12/08/2019 at 00:40 EDI HENDRARDI said: Coco Rico itu temennya Mr. SarmentoBalas
*
On 07/08/2019 at 17:47 zae said: keterangan orang aneh… salah satu guru RAS kah ?Balas
*
On 07/08/2019 at 23:37 Bidadari Kecilsaid:
Rupanya beneran belum tahu Ki Wiyaga ya, silahkan simak STSD jilid 9 https://cersilindonesia.wordpress.com/stsd-09/2/Balas
*
On 08/08/2019 at 10:06 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan, Ki Arema pelangisingosari. Sehat selalu.Balas
*
On 09/08/2019 at 08:36 Djoko_thole said: Jum’at Barokah….Semoga semuanya selalu dalam keadaan sehat dan Allah SWTmelimpahkan keberkahan untuk kita semua…AamiinBalas
*
On 09/08/2019 at 19:02 Karsam said:Amin…. yra
Balas
*
On 12/08/2019 at 00:43 EDI HENDRARDI said: Selamat Hari Raya IDUL ADHA Bagi yg mengimaninyaBalas
*
On 12/08/2019 at 06:30 Coco Rico said:Ngungak gandok.
It it it, hurung tambah!!Balas
*
On 14/08/2019 at 07:53 Ki Lugu said: Senin, 12 Agustus 2019woro2 lagi
Assalamu ‘alaikum
@ cantrik mentrik ingkang dahat kinurmatan Jika masih ada Cantrik Mentrik yang masih berkenan mendapatkan STSD 15, silahkan email ke s_sudjatmiko@yahoo.com.au tidak ada persyaratan yang mengikat. Jika berkenan donasi, sangat disyukuri. Jika berkenan mendoakan untuk kebaikan dan kesehatan juga sangat disyukuri. Yang penting terjalin tali silahturahmi. Terus terang mbah man kesulitan untuk mencari alamat email masing2 CanMen, karena alamat email bercampur dengan yang lain2. maklum sudahtua dan GapTek.
semoga dimaklumi dan berkenan matur suwun sebelumnya Wassalamu ‘alaikum Padepokan Sekar Keluwih Sidoarjombah man
Diposting oleh taman bacaan mbah man di 09.50Balas
*
On 14/08/2019 at 17:33 Karsam said:ngintip ya boskuuuu
Balas
*
On 14/08/2019 at 21:06 Wachid hasbollah said: Sebentar lagi yg ditunggu2 akhirnya muncul jg..hihihi..Balas
*
On 15/08/2019 at 04:25 GunarwanBaroto said: Sabar menanti…sampun langkung setunggal minggu kok dèrèng wonten khabar² kangmasRangga lan kangmasGlagah putihBalas
*
On 16/08/2019 at 05:31 Basuki said: Sami, kulo nggih nenggoBalas
*
On 16/08/2019 at 05:57 P. Satpamsaid:
Ngapunten para sanak kadang Gagakseta. Karena kesibukan pribadi, sehingga wedaran STSD terlupakan.Balas
*
On 16/08/2019 at 06:00 P. Satpamsaid:
Monggo…. dua kali halaman panjang (4 halaman)Balas
*
On 16/08/2019 at 05:57 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 39-42 Ki Wiyaga menganggukkan kepalanya. Katanya kemudian menimpali, “Aku pernah mendengar nama padepokan itu. Namun menurut berita yang aku pernah dengar, padepokan itu sangat tertutup dan hampir tidak pernah bersinggungan dengan penghuni padukuhan di sekitarnya. Untuk itulah aku sendiri menyempatkan untuk mengamati keberadaan mereka di hutan ini. Jika memang demikian adanya, kita benar-benar sedang dalam bahaya, baik yang sedang berada di padepokan maupun perdikan Matesihsendiri.”
Kawannya menarik nafas dalam-dalam. Rasa-rasanya jantungnya semakin cepat berdetak. Keterangan orang aneh yang memaksa minta bertemu dengan Ki Wiyaga sore tadi benar-benar telah mendebarkan jantung. “Sisa-sisa cantrik Sapta Dhahana aku rasa masih cukup banyak,” berkata kawan Ki Wiyaga itu dalam hati sambil terus bergerak ke depan dengan sangat hati-hati, “Apalagi jika keterangan orang aneh itu benar bahwa mereka telah bergabung dengan cantrik-cantrik dari perguruan Setra Gandamayit, tentu kekuatan mereka sekarang telah menjadi semakin besar.” Ketika kedua orang itu kemudian sudah sampai di kaki gunung Tidar, mereka pun menjadi semakin hati-hati dan tidak pernah sekejap mata pun meninggalkan kewaspadaan. “Ki Wiyaga,” kembali kawannya berdesis perlahan, “Mengapa Ki Wiyaga memilih waktu menjelang Matahari terbenam untuk mengadakan penyelidikan? Bukankah malam hari akan lebih baik karena kemungkinan untuk terlihat oleh mereka sangat kecil.” “Itu menurut perhitunganmu,” sahut Ki Wiyaga dengan serta merta, “Namun menurut perhitunganku tidak. Menjelang sore kita masih dapat melihat keadaan hutan dengan cukup baik walaupun sedikit remang. Di malam hari, kita akan kesulitan untuk bergerak walaupun kemungkinan untuk diketahui oleh lawan juga sangat kecil.” Kawannya mengerutkan keningnya. Bertanya kawannya itu kembali, “Tetapi bukankah di siang hari kita akan dapat dikenali denganmudah?”
“Belum tentu,” jawab Ki Wiyaga sambil bergeser maju beberapa langkah lagi menyelinap di antara pepohonan, “Untuk itulah aku sengaja mengambil waktu menjelang Matahari terbenam. Sebagaimana kebiasaan manusia pada umumnya, mereka cenderung lengah di saat-saat seperti ini. Para pengawas yang sengaja dipasang untuk mengawasi keadaan tentu sudah sedemikian lelahnya sepanjang hari dan menunggu giliran digantikan oleh yang lain. Di saat inilah aku yakin merekasedang lengah.”
Kawannya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanpa terasa mereka telah bergeser semakin jauh dari kaki gunung Tidar dan menerobos hutan sebelah barat yang cukup lebat. Sementara Matahari di langit barat sudah sedemikian rendahnya namun masih menyisakan sinarnya untuk sekedar menerangi bumi. Tiba-tiba kedua orang itu dikejutkan oleh suara sorak sorai yang terdengar sayup-sayup dari tempat mereka bersembunyi, namun suara itu terdengar sangat jelas. “Kita berhenti di sini,” desis Ki Wiyaga sambil memberi isyarat kawannya untuk berhenti dan berlindung di balik sebatang pohon yang besar, “Itulah mereka. Tentu mereka sedang mendengarkan sesorah pemimpin mereka untuk membakar semangat perjuangan agar tidak sampaipadam.”
“Ya,” sahut kawannya sambil berusaha mempertajam pendengarannya, namun suara sorak sorai itu telah berhenti. “Suara itu sudah tidak terdengar lagi, Ki,” berkata kawan Ki Wiyaga itu kemudian sambil menarik nafas dalam-dalam untuk mengendorkan ketegangan yang menghimpit dadanya. Ki Wiyaga tidak menjawab, hanya tampak kepalanya saja yang terangguk-angguk. Sejenak kemudian suasana hutan itu kembali sunyi seiring dengan kegelapan yang mulai meliputi tempat itu. “Kita kembali,” desis Ki Wiyaga kemudian. “Kembali?” bertanya kawannya dengan wajah penuh keheranan.“Ya, kembali.”
“Tapi kita belum melihat pasukan lawan itu?” “Tidak perlu,” sahut Ki Wiyaga cepat, “Adalah sangat berbahaya mendekati tempat mereka menjelang gelap. Kita tidak tahu di mana mereka menempatkan para pengawas. Bagiku sudah cukup bukti dengan mendengar suara sorak sorai mereka.” Kawannya hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa berkata sepatah kata pun. Diikuti saja langkah-langkah Ki Wiyaga yang tergesa-gesa meninggalkan tempat itu. Sepanjang jalan kembali ke padepokan, keduanya tampak tidak banyak bicara. Masing-masing sedang tenggelam dalam angan-angan tentang kekuatan lawan yang harus dihadapi. “Aku harus mengambil keputusan yang tepat,” berkata Ki Wiyaga dalam hati sambil terus mengayunkan langkahnya, “Jika malam ini mereka berencana mengambil alih padepokan kembali, tentu pasukan pengawal yang ada di padepokan tidak akan mampu untuk melawan. Ibarat _timun mungsuh duren_. Pasukan pengawal yang ada di padepokan akan di _tumpes tapis warata bumi_.” Berpikir sampai disitu Ki Wiyaga menjadi gelisah. Sesekali dia mencuri pandang ke arah kawannya yang berjalan di sebelahnya. Tampak kawannya itu berjalan menunduk sambil mengerutkan keningnya dalam-dalam. “Mungkin dia mempunyai pemikiran yang sama seperti aku,” kembali Ki Wiyaga berangan-angan, “Bagaimana pun caranya, aku harus menyelamatkan pasukan pengawal Matesih, jangan sampai jatuh korban yang sia-sia. Padepokan tidak perlu di pertahankan jika memang lawan terlalu kuat. Lebih baik menyingkir dan kembali ke Matesih.” Namun keragu-raguan tampak di wajah pemimpin pengawal perdikan Matesih itu. Membawa pasukan pengawal yang cukup besar kembali ke Matesih tentu bukan pekerjaan mudah. Jika pergerakan pasukannya telah terpantau oleh lawan, tidak menutup kemungkinan justru mereka akan dicegat di perjalanan dan sekaligus dihancurkan. “Para pengawal dapat bergerak dalam kelompok-kelompok kecil,” tiba-tiba sebuah gagasan muncul begitu saja dalam benaknya, “Dengan membagi pasukan pengawal dalam kelompok-kelompok kecil, tentu pergerakan kita tidak akan mudah terpantau oleh lawan.” Namun kembali Ki Wiyaga dihinggapi keragu-raguan. Tidak menutup kemungkinan sepanjang jalan dari padepokan sampai kaki gunung Tidar sebelah selatan telah dipenuhi oleh telik sandi lawan. Dalam keadaan yang tidak menentu untuk mengambil langkah bagi keselamatan pasukannya, kewaspadaan Ki Wiyaga pun menjadi berkurang. Dia tidak menyadari jika beberapa tombak di depan, dalam keremangan senja tampak seseorang dalam balutan pakaian yang aneh sedang berdiri di tengah jalan setapak menunggu mereka berdua. Kawan Ki Wiyaga itu harus menggamit pemimpin pengawal perdikan Matesih itu untuk membangunkannya dari lamunan. Ki Wiyaga benar-benar terkejut ketika mendapati orang yang pernah menemuinya di padepokan itu kini hanya beberapa langkah saja berdiri dihadapannya. “Selamat sore Ki Wiyaga,” sapa orang aneh itu dengan suara renyah bersahabat, “Apakah kalian berdua sudah membuktikan ucapanku?” “Selamat sore Kiai,” balas Ki Wiyaga dengan cepat sambil berusaha menguasai jantungnya yang melonjak-lonjak karena kemunculan orang anehitu.
“Bagaimana? Apakah yang aku katakan benar adanya?” orang aneh itu mengulangi pertanyaannya. “Benar, Kiai. Apa yang Kiai katakan memang benar,” jawab Ki Wiyaga cepat sambil menganggukkan kepalanya. “Nah, engkau harus segera mengatur orang-orangmu,” berkata orang itu kemudian, “Masih cukup waktu sebelum orang-orang yang berada di hutan itu memutuskan untuk bergerak. Entah bergerak ke perdikan Matesih atau merebut kembali padepokan mereka.”Balas
*
On 16/08/2019 at 05:59 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 43-46 Terasa sebuah desir tajam menggores dada Ki Wiyaga. Ada keinginan mengirim salah satu pengawal untuk memberitahukan hal ini kepada Ki Gede Matesih, namun akibat yang harus dihadapi sangatlah berat, dan juga waktunya sudah sangat mendesak. Agaknya orang tua yang berpakaian aneh itu dapat meraba pikiran Ki Wiyaga, maka katanya kemudian, “Ki Wiyaga tidak usah mengirim petugas sandi ke Matesih. Sepanjang jalan dari Tidar ke Matesih sudah diawasi oleh mereka. Sekarang yang paling penting adalah bagaimana menyelamatkan pasukanmu. Jika mereka lebih memilih mengambil alih padepokan Sapta Dhahana kembali, kalian akan benar-benar dalamkesulitan.”
Untuk sejenak kepala pengawal perdikan Matesih itu termenung. Berbagai pertimbangan sedang bergolak dalam dadanya. “Mereka menyerang padepokan ataupun tidak, sebaiknya Ki Wiyaga dan pasukan pengawal Matesih segera meninggalkan padepokan,” berkata orang tua itu tiba-tiba membuyarkan lamunan Ki Wiyaga, “Aku khawatir kalian akan menjadi ajang balas dendam cantrik-cantrik yang merasa terusir dari padepokannya.” “Kiai benar,” sahut Ki Wiyaga tanpa pikir panjang, “Jumlah kita benar-benar tidak seimbang walaupun aku tadi hanya mendengar suara sorak sorai mereka tanpa melihat jumlah yang ada. Namun menilik suara yang membahana itu, aku yakin jumlah mereka berlipat ganda dari jumlah pasukan pengawal Matesih yang berada di padepokan.” “Itulah sebabnya aku menyarankan kalian segera menyingkir,” sahut orang tua aneh itu dengan serta merta, “Kalian tidak harus kembali ke perdikan Matesih, cukup menyingkir ke tempat yang tidak mereka ketahui sambil mengamati keadaaan. Jika keadaan sudah memungkinkan, kalian segera bergabung kembali di perdikan Matesih.” _“Pesan yang manakah, Mirah?” Pandan Wangi pun kemudian justru balik bertanya sambil menundukkan wajahnya dalam-dalam._ Ki Wiyaga dan kawannya tampak mengangguk- anggukkan kepala. Namun masih ada satu sisa pertanyaan yang memenuhi benak mereka. Kemanakah sebaiknya pasukan pengawal Matesih itu menyingkir? Melihat Ki Wiyaga dan kawannya itu tampak termangu-mangu, orang tua berpakaian aneh itu pun tertawa pendek. Katanya kemudian, “Sebaiknya kalian berpencar menjadi beberapa kelompok dan kemudian bersembunyi di hutan sebelah utara gunung Tidar. Tidak jauh dari padepokan, di sana ada makam seorang suci yang dipercaya telah menaklukkan makhluk penunggu gunung Tidar di jaman dahulu kala. Di sanalah kalian dapat bersembunyi. Aku yakin mereka akan menghindari tempat itu jika memang ingin menguasai kembali padepokan Sapta Dhahana.” Hampir bersamaan Ki Wiyaga dan kawannya saling berpandangan sejenak. Mereka mengerti tempat yang disebutkan oleh orang tua aneh itu. Namun berbagai pertimbangan segera hilir mudik dalam benak mereka. Makam itu sangat dikeramatkan dan jarang ada orang yang berani pergi ke sana. Melihat keragu-raguan yang terpancar dari kedua orang itu, orang tua aneh itu pun segera tersenyum sambil berkata, “Tidak ada kekuasaan yang melebihi kuasa Yang Maha Agung. Di mana pun kalian berada, serahkan keselamatan kalian kepadaNya. Semoga kalian akan baik-baiksaja.”
Mendengar perkataan orang tua aneh itu, hati Ki Wiyaga dan kawannya agak sedikit terhibur. Apalagi ketika orang tua itu kemudian melanjutkan, “Sedahsyat dan sesakti apapun seseorang, jika sudah mati tidak akan mempunyai pengaruh apapun terhadap kita yang masih hidup. Kekerdilan jiwa kita lah yang membuat seakan-akan mereka yang sudah mati itu dapat menguasai dan menentukan nasib kita.” Tampak kepala Ki Wiyaga dan kawannya terangguk-angguk. “Nah, aku mohon diri,” berkata orang tua itu kemudian, “Masih cukup waktu bagi kalian untuk berkemas. Semoga Yang Maha Agung senantiasa melindungi hambaNya yang selalu berjalan dalam paugeran danpetunjukNya.”
“Akan kemanakah Kiai?” tiba-tiba saja Ki Wiyaga bertanya begitu melihat orang tua itu sudah melangkahkan kakinya. Sejenak langkah orang tua itu terhenti. Jawabnya kemudian, “Aku akan pergi menuruti _krentege ati lampahe suku_.” “Apakah Kiai tidak ada niat untuk pergi ke perdikan Matesih?” bertanya Ki Wiyaga selanjutnya. Tampak orang tua itu mengerutkan kening. Namun hanya sekejap dan segera saja orang tua itu tertawa pendek. Jawabnya kemudian, “Agaknya Ki Wiyaga akan meminta aku untuk memberitahu keadaan ini kepada Ki Gede Matesih,” orang tua itu berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Aku yakin perdikan Matesih tidak perlu diberi tahu. Di sana sudah berkumpul orang-orang linuwih yang akan membuat orang-orang yang berkumpul di hutan sebelah barat gunung Tidar itu berpikir seribu kali untuk menyerbu Matesih.” Berdebar jantung Ki Wiyaga dan kawannya. Namun mereka belum mengerti siapa saja kah yang dimaksud dengan orang-orang linuwih itu. Maka bertanya Ki Wiyaga kemudian, “Maafkan aku Kiai. Siapakah yang Kiai maksud dengan orang-orang linuwih itu?” “Ah, sudahlah,” jawab orang tua itu sambil tersenyum dan kembali melangkah, “Tugasmu adalah menyingkir dari kemungkinan kehancuran yang lebih besar. Biarlah Matesih diurus oleh orang-orang linuwihitu.”
Kemudian tanpa berpaling lagi, orang tua itu pun segera menghilang di balik semak belukar dan pepohonan yang banyak tumbuh di sepanjangjalan setapak itu.
Balas
*
On 16/08/2019 at 07:36 GunarwanBaroto said: Suwon …pSatpam lan mbManBalas
*
On 16/08/2019 at 14:58 Wachid hasbollah said: Trima kasih mbah man dan p satpam..semoga tetap sehat selalu..ditengah kesibukannya msh bisa memberikan wedarannya..untuk gbr SM dan PW diatas kapan kira2 diwedarkan..mhn maaf terlalu banyak permintaan..hihihihi..Balas
*
On 17/08/2019 at 05:19 EDI HENDRARDI said: Matursuwun Mbah Mandrake & para teliksandi, akhirnya menemukan petilasan Syaikh SubakirLanjut…..
Balas
*
On 17/08/2019 at 05:26 EDI HENDRARDI said:MERDEKA
Apakah negara kita sdh Merdeka? Jawabnya jelas SUDAH Lha wong jelas ada Proklamasi Buat berlindung seolah kita sudah ikut merdeka dari nafsu nafsu kita Apakah Partai itu mash ada? Jawabnya jelas TIDAK Lha wong jelas ada TAP MPRS yg blm dicabut Buat berlindung seolah tidak ada bahaya latenMERDEKA
Balas
*
On 18/08/2019 at 22:56 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 47-48 Kawannya tidak menyahut, namun dia segera melangkah mengikuti langkah pemimpinnya kembali ke padepokan. Dalam pada itu, Matahari telah benar-benar terbenam di langit sebelah barat. Perlahan tapi pasti kegelapan segera melingkupi langit di atas tanah perdikan Menoreh. Kedatangan rombongan berkuda dari Sangkal Putung itu memang sangat mengejutkan penghuni tanah perdikan Menoreh. Pengawal yang menjaga regol kediaman Ki Gede ternyata tidak mampu menahan diri sehingga telah berteriak sekeras-kerasnya. “Nyi Pandan Wangi, puteri Ki Gede Menoreh datang berkunjung…!” seru seorang pengawal dengan nada kegembiraan yang luar biasa. “Nyi Pandan Wangi dan putranya telah datang di Menoreh…!” yang lain ikut berteriak. Beberapa pembantu laki-laki Ki Gede yang sedang memasang lampu dlupak di pendapa dan halaman pun telah mendengar teriakan itu dan akhirnyaikut berteriak.
“Nyi Pandan Wangi pulang…!” “Ya, Nyi Pandan Wangi pulang…!” “Pulang dengan putranya…!” Teriakan itu ternyata telah terdengar sampai di dalam rumah Ki Gede. Para perempuan pembantu Ki Gede yang sedang bekerja di dapur pun telah berhamburan menuju ke halaman depan. Demikian juga Sekar Mirah dan Damarpati yang berada di gandhok kanan telah terkejut mendengar teriakan bersahut sahutan dari para pengawalitu.
“Mbokayu Pandan Wangi pulang…?” desis Sekar Mirah dengan wajah sedikit tegang bercampur gembira. Damarpati yang sedang menggendong Bagus Sadewa pun ikut melongokkan kepalanya keluar gandhok. Tampak dalam keremangan cahaya obor yang dipasang di halaman dan lampu dlupak di pendapa, beberapa ekor kuda memasuki halaman rumah Ki Gede Menoreh. “Kita ke pendapa,” berkata Sekar Mirah kemudian sambil membenahi baju dan rambutnya. Dengan bergegas keduanya pun kemudian melangkah keluar gandhok menuju ke pendapa. Dalam pada itu Pandan Wangi dan Bayu Swandana yang telah turun dari kuda segera menaiki pendapa. Beberapa orang yang sudah berapa di pendapa tampak menyambutnya dengan suka cita. Sementara dari arah samping kanan pendapa tampak Sekar Mirah dan Damarpati yang menggendong Bagus Sadewa melangkah cepat menaiki tlundak pendapa. Di antara orang-orang yang telah berada di pendapa itu tampak Ki Argapati. Walaupun tampak kelelahan di wajahnya, namun orang tua itu terlihat sangat gembira menyambut anak dan cucu laki-lakisatu-satunya.
“O, alangkah bahagianya orang tua ini!” seru Ki Argapati sambil mengembangkan kedua tangannya menyambut cucunya yang baru saja menaiki tlundak pendapa, “Aku ternyata telah mempunyai seorang cucu sebesarini!”
Bayu Swandana yang sedang menaiki tlundak pendapa dengan langkah satu-satu tampak sedikit ragu-ragu. Dipandanginya saja Ki Argapati yang setengah berlari mendapatkannya sambil mengembangkan keduatangannya.
Pandan Wangi segera mendekati anak laki-laki satunya. Sambil membimbing Bayu Swandana, Pandan Wangi pun segera berbisik di telinganya, “Inilah kakek Argapati yang sering aku ceritakan itu. Ketika terakhir kali kakek Argapati berkunjung ke Sangkal Putung, engkau masih baru belajar berjalan.” Mendengar bisikan ibunya, Bayu Swandana segera melepaskan diri dari pegangan ibunya dan menghambur ke pelukan Ki Argapati. “Syukurlah, syukurlah. Engkau telah sebesar ini. Terakhir aku mengunjungi Sangkal Putung ketika engkau baru belajar berjalan. Memang sudah sangat lama sekali,” berkata Ki Argapati kemudian sambil memeluk cucunya erat-erat. Tak terasa di sudut kedua mata pemimpin tanah perdikan Menoreh itu menyembul air bening, sebening hatinya yang sangat merindukan kejayaan kembali perdikan Menoreh.Balas
*
On 19/08/2019 at 09:33 Karsam said:Mengharukan
Balas
*
On 19/08/2019 at 09:53 Arif Usman said: Menunggu sejak jillid pertama STSD, akhirnya kisah tokoh-tokoh lama di Menoreh turun lagi. alhamdulillah….., Eh…Rara Wulan mana ya…..khabarnya sedang mengandung dan tinggal diMenoreh…..
hehehehe……
Trima kasih atas wedarannya…..Balas
*
On 19/08/2019 at 19:03 Wachid hasbollah said: Sabar sabar…semuanya akan indah pada waktunya..matur nuwun mbah mandan p satpam…
Balas
*
On 20/08/2019 at 21:08 Bidadari Kecilsaid:
Anak Swandaru sdh bisa berkuda sementara anak Agung Sedayu msh digendong. Nanti pada waktunya akan gelut. . .menang siapa ya?Balas
*
On 21/08/2019 at 10:38 Karsam said: memang seharusnya begitukah, menyedihkan, salamBalas
*
On 20/08/2019 at 22:36 P. Satpamsaid:
STSD 14 halaman 49-50 “Sungkem dan baktiku untuk ayah,” berkata Pandan Wangi kemudian sesampainya dia di hadapan Ki Argapati sambil merangkapkan kedua tangannya di depan dada. “O, engkau sehat-sehat saja, Wangi?” bertanya Ki Argapati sambil meraih pundak anak perempuan satu-satunya itu. “Kami baik-baik saja, ayah,” jawab Pandan Wangi sambil berusaha sekuat tenaga menahan agar tidak ada air mata yang terjatuh. “Dan kalian para pengawal Sangkal Putung yang telah mengantar anak dan cucuku, aku ucapkan terima kasih yang tiada terhingga,” berkata Ki Gede kemudian sambil menganggukkan kepala kepada keempat pengawal yang berdiri termangu-mangu di ujung tlundak, “Bukankah dalam perjalanan kalian tadi tidak ada satu pun aral yang melintang?” “Terima kasih, Ki Gede,” serentak keempat pengawal itu menjawab sambil membungkuk dalam-dalam. Salah seorang pengawal melanjutkan, “Atas doa restu dari Ki Gede kami semua selamat sampai tujuan.” “Syukurlah,” sahut Ki Gede sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Selamat datang mbokayu Pandan Wangi,” tiba-tiba terdengar suara lembut menyapa Pandan Wangi dari sisi kirinya. Ketika Pandan Wangi kemudian menoleh ke kiri, tampak adik perempuan suaminya itu bersama Damarpati yang sedang menggendong Bagus Sadewa sedang berjalan ke arahnya. “O, engkau Mirah,” sahut Pandan Wangi. Kedua perempuan itu pun segera berpelukan dengan eratnya. “Engkau baik-baik saja Mirah?” bisik Pandan Wangi kemudian dengan suara yang seolah tersangkut di kerongkongan menahan isak tangis, “Aku baik-baik saja mbokayu,” bisik Sekar Mirah sambil mempererat pelukannya, “Mbokayu sendiri bagaimana? Dan ayah Demang bagaimanakeadaannya?”
Untuk beberapa saat Pandan Wangi tidak mampu menjawab. Hanya pelukannya yang bertambah erat serta sebuah isak yang tertahan-tahan keluar dari bibirnya. “Aku tidak apa-apa, Mirah,” akhirnya keluar juga jawaban dari bibir Pandan Wangi, “Ayah Demang juga sehat-sehat saja. Hanya pandangan mata beliau yang mulai kabur karena usia.” Mendengar keadaan terakhir ayahnya, tanpa dapat dibendung lagi, tangis Sekar Mirah pun pecah. Kedua perempuan yang sangat ditakuti lawan di segala medan perang itu sekarang tak ubahnya perempuan kebanyakan, berpelukan sambil menangis sesenggukan. Beberapa perempuan pembantu Ki Gede yang telah hadir di pendapa itu pun tak kuasa menahan isak tangis mereka. Segera saja mbok Gumbrek dan kawan -kawannya menghambur dan ikut memeluk kedua perempuan itu. “Wangi, Mirah, sudahlah,” tiba-tiba terdengar suara lembut dan sareh di dekat telinga kedua perempuan yang sedang meluapkan perasaan mereka itu, “Kita wajib bersyukur kepada Yang Maha Agung atas karunia yang diberikan kepada kita semua. Sudah lama aku memendam kerinduan ini, dan ternyata hari ini telah dikabulkan.” Mendengar suara ayahnya, Pandan Wangi segera melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya, demikian juga Sekar Mirah. Sementara para perempuan pembantu Ki Gede segera menyibak. “He? Kenapa biyung menangis?” tiba-tiba mereka yang berada di pendapa itu dikejutkan oleh sebuah pertanyaan melengking dari Bayu Swandana. Anak itu sedari tadi hanya berdiri terheran-heran di samping kakeknya melihat tingkah polah para perempuan itu.Balas
*
On 20/08/2019 at 22:37 P. Satpamsaid:
STSD 14 HALAMAN 51-52 “Biyungmu sangat bahagia bisa bertemu dengan keluarga di Menoreh,” sahut Sekar Mirah sambil tersenyum dan sedikit membungkuk di hadapan Bayu Swandana. Dicubitnya pipi anak laki-laki kakaknya itu dengangemas.
Bayu Swandana tampak terkejut mendapat perlakuan seperti itu. Tanpa sadar dia segera bergeser menghindar dan bersembunyi di belakangkakeknya.
Semua orang tertawa melihat tingkahnya. Namun Pandan Wangi segera maju sambil meraih tangan kecilnya dan membimbing ke depan Sekar Mirah. Berkata Pandan Wangi kemudian, “Ini bibi Sekar Mirah! Apakah engkaumasih ingat?”
Dengan ragu-ragu kepala kecil itu menggeleng. Sepasang matanya yang tampak kecil dan lucu itu tak berkedip menatap Sekar Mirah. Jawabnya kemudian sambil menunjuk ke arah Sekar Mirah, “Aku tidak punya bibi yang jahat seperti itu. Sukanya mencubit!” “Ah!” kembali orang-orang yang berada di pendapa itu tertawa. “Itu siapa?” tiba -tiba kembali terdengar suara Bayu Swandana yang melengking sambil menunjuk ke arah Bagus Sadewa dalam gendonganDamarpati.
“O, ini Bagus Sadewa, adikmu, cah gendut!” seru Sekar Mirah dengan gemas sambil tangannya sekali lagi mencoba mencubit pipi yang gembil itu. Namun kali ini usahanya tidak berhasil. Dengan cepat Bayu Swandana menghindar. “Nah, benarkan biyung!” seru Bayu Swandana kemudian sambil kembali bersembunyi di belakang kakeknya, “Bibi ini sangat jahat!” Kembali terdengar tawa orang-orang di pendapa itu. “Sudahlah, marilah,” berkata Ki Argapati kemudian sambil tersenyum gembira dan membimbing anak dan cucunya berjalan menuju ke pintu pringgitan yang terbuka lebar diikuti Sekar Mirah dan Damarpati, “Kalian baru saja melakukan perjalanan jauh. Sebaiknya segeraberistirahat.”
Kemudian kepada salah seorang pembantu laki-laki yang berdiri beberapa langkah di dekat pintu pringgitan, Ki Argapati berkata, “Siapkan gandok kiri untuk para pengawal dari Sangkal Putung.” “Siap Ki Gede,” jawab pembantu laki-laki itu sambil melangkah pergi. Sementara mbok Gumbrek dan kawan-kawannya tidak berani mengikuti langkah Ki Gede. Mereka saling dorong dan tarik untuk berjalan kembali ke dapur lewat longkangan. “Aku tidur di mana kek?” tiba-tba terdengar Bayu Swandana menyelethuk yang membuat Ki Argapati tersenyum. “Engkau dapat tidur dengan kakek,” jawab Ki Argapati sambil mengelus kepala cucunya dan terus berjalan memasuki pringgitan, “Nanti kakek akan bercerita tentang pewayangan. Lakon apa saja yang engkau sukai akan kakek ceritakan.” “Baratayuda, kek,” sahut Bayu Swandana dengan suara riang gembira, “Aku senang mendengar cerita Abimanyu gugur. Anak Arjuna yang tidak bisa memegang kejujuran. Sudah punya istri tetapi bilang masih perjaka hanya untuk mendapatkan cinta Dewi Utari. Biarlah dia mati diranjam sesuai dengan sumpahnya.” Berdesir tajam jantung Pandan Wangi. Terasa seperti sebilah sembilu yang mengiris jantungnya, pedih tak terperikan. Sedangkan Ki Argapati terkejut sehingga telah menghentikan langkahnya. Tanyanya kemudian, “Dari mana engkau mendengar cerita itu, Ngger?” “Dari kakek Demang,” jawab Bayu Swandana dengan polosnya, “Kakek Demang selalu mengulang-ulang cerita itu dan aku selalu senang mendengarkannya. Walaupun sudah berulang kali, namun aku tetap senangmendengarkannya.”
Hampir bersamaan Ki Argapati dan Pandang Wangi saling pandang sambil menarik nafas dalam -dalam. Agaknya Ki Demang ingin menanamkan suatu keyakinan di dalam dada cucunya itu tentang arti sebuah kejujuran.Balas
Komentar Lebih Lama Komentar Lebih Baru » TINGGALKAN BALASAN BATALKAN BALASAN Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:*
*
*
*
*
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)Nama (wajib)
Situs Web
You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout /Ubah )
You are commenting using your Google account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Twitter account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Facebook account. ( Logout /Ubah )
Batal
Connecting to %s
Beri tahu saya komentar baru melalui email. Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.*
NGINGUK GANDHOK
*
TOTAL KUNJUNGAN
* 8.034.459 kali
*
TAUTAN BLOG LAIN
Pelangi di Langit Singasari Api di Bukit Menoreh*
KOMENTAR
Pak breng Ronggolawe… pada STSD-32 Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 prasetyoroem pada STSD-32 Mulyono pada STSD-32Santo pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Prajurit Sandi padaSTSD-32
Rahardjo pada STSD-32 widiaxa pada STSD-32 prasetyoroem pada STSD-32 Angon raos pada STSD-32 Edy gambas pada STSD-32*
DAFTAR ISI
Pedang Sakti Tunggul Wulung Naga Siluman Sawer WulungSumpah Palapa
Manggala Majapahit Gajah KencanaDendam Empu Bharada
Halaman Unduh
Arya Manggada
Tembang Tantangan
Matahari Esok Pagi
Bende Mataram
Mencari Bende MataramBunga Ceplok Ungu
Mata Air di Bayangan Bukit Bunga di Batu karang 01-15 Bunga di Batu karang 16-28mbah_man
dongeng punakawan
Sawer Wulung
Cinta dan Tipu MuslihatDendam Kesumat
Menebus Dosa
Terbentur Nasib
Ki Ageng Ringin Putih RSS 2.0 Comments RSS 2.0| Tema:
Quentin.
Surel (Wajib) Nama (Wajib) Situs webMemuat Komentar...
Komentar
×
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie %d blogger menyukai ini:* IkutiMengikuti
* Gagakseta-2
*
Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.*
* Gagakseta-2
* Sesuaikan
* IkutiMengikuti
* Daftar
* Masuk
* Salin shortlink
* Laporkan isi ini
* Kelola langganan
* Ciutkan bilah ini
Details
Copyright © 2024 ArchiveBay.com. All rights reserved. Terms of Use | Privacy Policy | DMCA | 2021 | Feedback | Advertising | RSS 2.0