Are you over 18 and want to see adult content?
More Annotations
A complete backup of https://anthonycalzadilla.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://whiteriverstatepark.org
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://foodtv.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://geojsonlint.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://gs1ca.org
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://experiencegr.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://abrasifsea.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://webdental.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://portercable.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://pacojet.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of https://siilo.com
Are you over 18 and want to see adult content?
Favourite Annotations
A complete backup of www.nudistfun.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of www.www.quartier-rouge.be
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of www.myhardarchive.tv
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of www.www.momshere.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of ugotitflauntit.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of www.gloryholeswallow.com
Are you over 18 and want to see adult content?
A complete backup of www.amateuralbum.net
Are you over 18 and want to see adult content?
Text
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3 balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-31 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup. STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-31 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-31 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannyaBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-31 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-33 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE STSD-33 halaman 01-02. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
STSD-32 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-33 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2TRANSLATE THIS PAGE STSD Jilid 3 3. Sejenak keempat orang itu tertegun diam. Ki Ageng Selagilang yang mempunyai kelebihan dari ketiga orang itu segera menyilangkan tangannya di depan dada. Dengan mata terpejam dan kepala tertunduk, sekejap saja Ki Ageng segera mengetahui seseorang sedang berdiri melekat pada sebatang pohon beberapa langkah di hadapanmereka.
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE On 26/08/2015 at 22:48 pelangisingosari said: Judeg aku, lha wong saya bisa download kok. Coba masuk halaman 2. Klik SW-23-PDF masuk ke halaman sawer Wulung 23 lalu klik sawer Wulung 23 atau jika gunakan komputer klau) klik kanan) dan sate link as.GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II STSD-01 | GAGAKSETA-2 Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda DadiARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yangSAWER WULUNG_9
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan CookieGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-23 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
STSD-32 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-31 | Lanjut ke STSD-33 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam. NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-IIBENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi STSD-30 | GAGAKSETA-2 STSD-30 halaman 73-74. Sesekali Maharsi menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk angguk. Katanya dalam hati kemudian, “Agaknya ada beberapa orang yang masih terjaga. Aku akan memantau mereka terlebih dahulu sebelum masuk.”. Kemudian dengan tetap berdiri di atas kedua kakinya yang renggang, Maharsi pun segera menyilangkan kedua tangannya STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
STSD-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 Kembali ke STSD-05 | Lanjut ke STSD-07 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 6 Bagian 1 “GILA!” teriak Ki Brukut sambil meloncat mundur. Dengan segera diperiksanya kulit lengannya yang tersentuh sisi telapak tangan Ki Jayaraga. Ternyata sebagian kulitnya telah melepuh dan berwarna merah kehitaman.ARYA MANGGADA
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie STSD-23 | GAGAKSETA-2 Kembali ke STSD-22 | Lanjut ke STSD-24 Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut STSD-26 | GAGAKSETA-2 STSD-26 halaman 11-12. Kembali Rara Wulan menarik nafas panjang beberapa kali untuk mengendurkan getar-getar di dalam dadanya. Ketika dia sudah mulai agak tenang kembali, Rara Wulan pun menjawab, “Aku yang didorongnya ke atas tebing hanya dapat berteriak teriak memintatolong.
GAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahuGAGAKSETA-2
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi Mintardja atau lazim dengan STSD-32 | GAGAKSETA-2 STSD-32. Jika para CanMen berkenan memberikan tali asih suka rela, silahkan mengirimkan donasinya ke rekening mbah Putri: Bank Mandiri an SRI SUPRATINI NO REK: 141 001159 796 0 Mbah Man sangat berterima kasih atas partisipasi para CanMen, merupakan bentuk kepedulian para CanMen dalam mendukung Mbah Man untuk terus berkarya Bagi CanMen yang SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH Satu karya paneMBAHan MANdaraka setelah menamatkan TADBM di jilid 416. Semoga rumah baru di Padepokan Gagakseta masih bisa digunakan untuk bergojek bagi sanak-kadang sebagaimana biasanya. SINOPSIS Pemberontakan Pangeran Jayaraga di Panaraga masih menyisakan luka bagi Mataram. Adi Prabu Panembahan Hanyakrawati berniat untuk tetirahsekaligus berburu
NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
TADBM-410 | GAGAKSETA-2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 10 (Jilid 410) Bagian 1 “ALANGKAH dahsyatnya kemampuan orang ini dalam menyerap bunyi dan mengaburkan pengamatan batin sehingga kehadirannya telah luput dari pantauan ajiku sapta pangrungu,” desis Kiai Sabda Dadi NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) STSD-31 | GAGAKSETA-2 STSD-31 halaman 79-80. Beberapa kali mereka berdua harus merunduk menghindari sulur-sulur yang menjulur dan saling membelit. Bahkan tak jarang mereka berdua juga harus melompati semak belukar yang sulit ditembus. Tiba-tiba jantung Ki Rangga berdesir tajam.BENDE MATARAM
Panjenengan klik setiap halaman Bende Mataram, kemudian pada setiap jilid klik halaman 2, dihalaman dua bisa diunduh setiap episode-nya lengkap semua berjumlah 49 episode dari 15 jilid BM..monggo. Balas. On 20/01/2010 at 07:25 Ajar Gurawa said: Sampun dangan Ki Is. STSD-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali ke TADBM-416 | Lanjut ke STSD-02 SEJENGKAL TANAH SETETES DARAH (Lanjutan TADBM) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo STSD Jilid 1 Bagian 1 Malam baru saja lewat sirep bocah. Angin malam yang bertiup cukup keras telah menggugurkan daun-daun kering pepohonan yang tumbuh di halaman istana Kepatihan. Di ruang dalam, tampak limaorang
SW-23 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Kembali | TAMAT Hadu.. dimana rontalnya tadi pasti ada yang menyembunyikan harus digeledah satu-satu nih para cantriknya nah.., ternyata Ki Gultom dan Donoloyo ternyata tidak mengakuinya. hadu. untung masih ada serepnya, semoga masih bisa dinikmati yang lainnya. monggo Sawer Wulung_23 Sawer Wulung_23 kalau yang ini tidak bisa juga, satpam menyerah deh tidak tahu NSSW-II-01 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-11>>|lanjut ke NSSW-II-02 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yanghilang)
NSSW-II-06 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE balik ke nssw-ii-05>>|lanjut ke NSSW-II-07 >> NAGA SILUMAN SAWER WULUNG bAGIAN 2 Karya - S. Djatilaksana Ilustrator - Hartojo Diterbitkan Oleh : UP. "MARGADJAYA" Surakarta Tahun 1967 ===== NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) NSSW-II-14 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 3TRANSLATE THIS PAGE NSSW-II-14. NSSW seri II sumbangan dari Nyi Dewi KZ, dengan satu pesan: Mohon sanak kadang bisa membantu halaman yang kosong (karena buku aslinya ada beberapa halaman yang hilang) dan satu jilid yang menurut beliau tidak ada. Terima kasih NYi Dewi yang telah menyumbangkan NSSW-II SW-22 | GAGAKSETA-2TRANSLATE THIS PAGE Matur Nuwun mas. Satpam, ki ismoyo,sw 22 sampun berhasil.kagem kadang GS, monggo dipun download.. PEDANG SAKTI TUNGGUL WULUNG Rontal ini sumbangan dari Ki Truno Prenjak. Judul: Pedang Sakti Tunggul Wulung Karya : Herman Pratikto Penerbit: Badan Penerbit CV Muria, Jodjakarta terbitan pertama tahun 1968 PSTW-Jilid 1 , PSTW-Jilid 2, PSTW-Jilid 3, PSTW-Jilid 4, PSTW-Jilid 5 STSD-23 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 STSD Jilid 23. Bagian 1. KI GEDE yang melihat putrinya dalam kesulitan segera melangkah mendekat. Namun prajurit berwajah kasar itu telah membentak, “Diam di tempatmu atau aku pluntir kepalamu sampai patah!”. Bergetar dada Ki Gede mendapat perlakuan seperti itu. Namun ketika dia sempat berpaling ke arah Ki Rangga, tampak Ki Ranggamemberi
SAWER WULUNG _1
Alhamdulillah akhirnya bisa Download Juga..saya sudah coba convert ke dalam PDF dengan program DJVU to PDF EBOOK sayang ukurannya menjadi lebih besar,sekitar 23MB..Matur Nuwun Sampun Di Upload,ini adalah salah satu serial Cersil yang paling saya tunggu TADBM-415 | GAGAKSETA-2 | LAMAN 2 > TERUSAN ADBM (Lanjutan ADBM versi mbah_man) karya mbah_man Padepokan "Sekar Keluwih" Sidoarjo ADBM Seri V Jilid 15 (Jilid 415) Bagian 1 TANPA sadar Ki Demang menatap tajam ke arahnya sehingga dengan cepat orang itu menundukkan wajahnya. “Baiklah,” akhirnya Ki Demang tidak dapat mengelak lagi walaupun dengan NAGA SILUMAN SAWER WULUNG On 24/11/2011 at 18:04 gagakseta said: Ki James Anatramdipura (hiks asma dapukane Nyi Dewi), Kalau nggak salah Naga Siluman Sawer Wulung – bag II “Pusaka Nagasiluman” sepertinya stok ada.. Tapi yaitu Ki.rontalnya hancur-hancuran banyak dimakan apa itu NGET ya alias rayap pada bolong-bolong, maka scanning njlimet hati-hati takut TADBM-410 | GAGAKSETA-2 On 27/07/2015 at 12:01 P. Satpam said: Gandok TADBM-410 segera ditutup, gandok TADBM-411 sudah bisa digunakan untuk gojegan setelah beberapa kali buka tutup.GAGAKSETA-2
MELESTARIKAN CERITA SILAT INDONESIASTSD-18
BAGIAN 2
“Ah!” hampir bersamaan kedua perempuan itu berdesah. Betapa kedua wajah perempuan itu sekarang terlihat sedikit pucat. “Jangan khawatir,” berkata Ki Kamituwa selanjutnya untuk menentramkan hati kedua perempuan itu, “Semua telah teratasi dan sekarang Ki Gede menunggu kehadiranku di banjar padukuhan induk.” “Siapakah yang meninggal kakang?” sela Nyi Kamituwa dengan nada cepat, “Apakah salah satu pengawal Matesih? Atau siapa?” Kembali Ki Kamituwa menarik nafas panjang. Jawabnya kemudian dengan suara datar agar tidak terlalu mengejutkan kedua perempuan itu, “Aku belum tahu. Menurut pengawal yang datang kemari tadi, ada dua orang penyusup yang ingin membuat keonaran di banjar padukuhan induk. Untunglah semua sudah selesai. Namun karena dipandang keamanan di perdikan Matesih ini belum terjamin sepenuhnya, maka Ki Gede telah berpesan agar keberangkatan Nyi Selasih ke kediaman Ki Gede ditunda beberapa saat, mungkin sore nanti atau bahkan sekalian besok pagi untuk meyakinkan perdikan ini benar benar sudah aman.” Ada sepercik kekecewaan yang membayang di wajah Nyi Selasih yang tertangkap mata Ki Kamituwa. Namun wajah itu sejenak telah kembali semula. Wajah yang tunduk dan pasrah, pasrah terhadap _jantraning ngaurip_ yang akan membawanya entah ke mana. Sejenak suasana menjadi sunyi. Masing-masing tenggelam dalam lamunan yang tak berujung pangkal. “Aku harus berkemas,” tiba-tiba suara Ki Kamituwa memecah keheningan. Kemudian sambil bangkit berdiri Ki Kamituwapun melanjutkan kata-katanya, “Sebaiknya Ki Prana dan Gandhung diberitahu. Aku akan menghadap Ki Gede di banjar padukuhan induk.” Selesai berkata demikian tanpa menunggu tanggapan kedua perempuan itu, Ki Kamituwapun kemudian melangkah ke dalam biliknya untuk berkemas dan terutama mengambil senjatanya untuk menghadapi keadaan yang setiapsaat dapat berubah.
Dalam pada itu Matahari telah memanjat langit sebelah timur semakin tinggi. Sinarnya terasa mulai menggatalkan kulit. Di rumah Ki Dukuh Klangon tampak Ki Dukuh sedang duduk duduk di dalam pringgitan bersama putut Panengah dan Jaka Purwana. “Putut Panengah,” berkata Ki Dukuh kemudian, “Aku tidak habis mengerti mengapa guru kalian nekat mencari Ki Rangga ke Matesih? Apakah semua itu nantinya tidak akan membahayakan kedudukanku sebagai kepala padukuhan Klangon?” “Maaf Ki Dukuh,” jawab putut Panengah sambil menggeser duduknya sejengkal ke depan, “Aku tidak tahu jika guru mempunyai rencana untuk mencari Ki Rangga ke Matesih. Kami berdua, aku dan adi putut Brajayekti hanya mendapat tugas untuk menyelesaikan orang yang mencuri dengar pembicaraan kita semalam yang ternyata adalah Jagabaya dukuhKlangon.”
“Mengapa guru tidak mengajak aku?” tiba-tiba Jaka Purwana menyela, “Seharusnya jika guru mempunyai sebuah rencana, aku harus dilibatkan, karena aku juga murid goa Langse.” Ki Dukuh menarik nafas dalam-dalam mendengar kata-kata anak laki lakinya itu. Dia maklum jika Jaka Purwana merasa tersinggung tidak dilibatkan dalam tugas itu. Namun sebenarnyalah Ki Dukuh menyadari, bahka kemampuan Jaka Purwana yang baru berguru itu masih sangat jauh dari cukup untuk mengemban sebuah tugas berbahaya. Terbukti putut Brajayekti pun telah menemui ajalnya di tangan Ki Jagabaya dukuhKlangon.
“Apa rencanamu sekarang Panengah?” bertanya Ki Dukuh kemudian ketika dilihatnya murid kedua goa Langse itu hanya berdiam diri. Untuk sejenak Panengah ragu-ragu. Namun kemudian jawabnya sambil menggelengkan kepala, “Aku tidak tahu Ki Dukuh. Sebenarnya aku diajak oleh kakang Acarya untuk menyusul guru ke Matesih. Namun aku takut dan aku memilih untuk pulang kerumah Ki Dukuh.” Kembali Ki Dukuh menarik nafas dalam-dalam. Keadaan ini benar-benar tidak menguntungkan dirinya. Jika Pertapa dari goa Langse itu membuat keonaran atau apapun yang membuat rusuh perdikan Matesih, tentu dirinya akan disangkut pautkan jika peristiwa itu kemudian dirunut sampai ke dukuh Klangon. “Aku tidak bisa hanya dengan berdalih memberi mereka tempat menginap,” berkata Ki Dukuh dalam hati dengan perasaan yang gelisah, “Apalagi jika Jagabaya itu kemungkinannya tidak mati. Dia akan banyak berbicara tentang hubunganku dengan Sapta Dhahana. Namun jika dia mati kehabisan darah di tempat persembunyiannya, mungkin aku masih dapat mengelak semua tuduhan.” Semakin dipikirkan masalah itu, hati Ki Dukuh menjadi semakin gelisah. Namun akhirnya ayah Jaka Purwana itu telah mengambil sebuah keputusan. “Baiklah. Untuk mengetahui keadaan gurumu dan saudara seperguruanmu, sebaiknya engkau mengadakan penyelidikan ke Matesih,” berkata Ki Dukuh pada akhirnya sambil memandang tajam ke arah Panengah, “Engkau harus bisa mencari sisik melik tentang gurumu dan Acarya. Pergilah ke banjar padukuhan induk Matesih karena jika memang tujuan gurumu ingin menantang Ki Rangga Agung Sedayu, aku dengar Ki Rangga dan kawan-kawannya itu bermalam di sana.” Sejenak tampak keragu-raguan di wajah Panengah. Sambil berpaling sekilas ke arah Jaka Purwana akhirnya murid kedua goa Langse itu memberi tanggapan, “Maaf Ki Dukuh. Bagaimana jika dalam mengadakan penyelidikan ini aku ditemani oleh Jaka Purwana?” “Tidak!” sahut Ki Dukuh dengan serta merta yang membuat Panengah dan Jaka Purwana terkejut. “Mengapa ayah?” bertanya Jaka Purwana dengan nada penasaran. _Demikianlah akhirnya ketiga orang itu segera berunding untuk menentukan langkah-langkah mereka dalam mengadakan penyelidikan ke banjar padukuhan induk Matesih._ “Banyak orang Matesih yang mengenalmu, Jaka Purwana,” jawab Ki Dukuh kemudian dengan suara tegas, “Berbeda jika Panengah yang mengadakan penyelidikan. Aku yakin tidak ada seorang pun di Matesih yang mengenalnya.” “Bagaimana dengan Ki Jagabaya dukuh Klangon?” sela Jaka Purwana tiba-tiba yang membuat ayahnya mengerutkan keningnya dalam-dalam. Namun orang tua itu tidak kehabisan akal. Jawabnya kemudian sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak mungkin Ki Jagabaya akan keluar dari persembunyiannya hari ini jika dia masih hidup. Setidaknya dia memerlukan barang dua tiga hari untuk menyembuhkan luka-lukanya.” Tampak kepala kedua anak muda itu terangguk-angguk. Memang perhitungan Ki Dukuh itu sangat masuk akal. Namun bagi Panengah mengadakan penyelidikan seorang diri ke Matesih sama saja dengan memasuki sarangserigala.
Ketika Panengah masih diliputi keragu-raguan, tiba-tiba Jaka Purwana berkata, “Ayah, aku mempunyai sebuah usul!” Ayahnya berpaling sekilas sambil berkata “Katakan!” Jaka Purwana menarik nafas terlebih dahulu sambil memandang Panengah. Hati Panengah pun berdesir tajam. “Ayah,” berkata Jaka Purwana kemudian, “Aku akan mengikuti kakang Panengah mengadakan penyelidikan ke Matesih, namun aku akan mengamat-amati saja dari jauh. Aku khawatir jika kakang Panengah mendapat halangan dan memerlukan bantuan. Maka aku akan dapatmembantunya.”
Untuk sejenak Ki Dukuh termenung. Usul anak laki lakinya itu memang baik dan masuk akal. Jika keadaan memaksa dan Panengah memerlukan bantuan, setidaknya Jaka Purwana akan dapat membantu. “Namun Jaka Purwana kemampuannya masih sangat rendah,” membatin Ki Dukuh dengan jantung yang berdebaran. Dia tidak tega jika anak laki-laki yang diharapkan akan menjadi penerusnya itu mengalamimasalah.
“Baiklah,” berkata Ki Dukuh pada akhirnya, “Aku akan menemani kalian berdua. Panengah dapat bergerak terlebih dahulu, kemudian aku dan Jaka Purwana akan mengikuti pada jarak tertentu. Kita harus membuat isyarat yang kita sepakati bersama jika ada bahaya. Kita tentukan juga tempat tempat untuk bertemu jika keadaan berkembang semakin membahayakan bagi keselamatan kita.” Tanpa sadar putut Panengah telah tersenyum dan menarik nafas dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. emikianlah akhirnya ketiga orang itu segera berunding untuk menentukan langkah-langkah mereka dalam mengadakan penyelidikan ke banjar padukuhan induk Matesih. Dalam pada itu di banjar padukuhan induk, ternyata Ki Gede telah menyambut kedatangan para pengawal yang selama ini menempati padepokan Sapta Dhahana didampingi oleh Ki Kamituwa dan Ki Wiyaga. “Atas nama perdikan Matesih, aku mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa kalian para pengawal perdikan Matesih,” berkata Ki Gede sambil berdiri di ujung tlundak pendapa, “Keadaan masih memungkinkan untuk berkembang ke arah yang tidak menentu. Maka aku perintahkan kalian tetap menjagakewaspadaan.”
Para pengawal yag berbaris rapi sedikit bergeremang. Sebenarnya yang mereka tunggu adalah perintah untuk segera kembali ke rumah masing-masing untuk bertemu dengan anak istri yang telah beberapa hari mereka tinggalkan karena tugas. “Seperti yang kalian saksikan,” berkata Ki Gede selanjutnya, “Di tengah tengah pendapa ini telah terbujur sesosok jasad orang yang mengaku sebagai Pertapa dari goa Langse. Kedatangannya pagi tadi menjelang Matahari terbit memang sengaja untuk membuat keonaran. Demikian juga orang yang mengaku sebagai muridnya, telah berhasil kita tangkap hidup-hidup dan tidak menutup kemungkinan akan kita jadikan sumber keterangan tentang perguruan goa Langse.” Tampak beberapa kepala terangguk-angguk. Namun selebihnya banyak yang menjadi gelisah. Matahari telah memanjat langit sebelah timur semakin tinggi. Sinarnya telah membuat para pengawal yang berbaris di halaman banjar itu menjadi semakin gelisah. Selepas Matahari tergelincir ke barat, akan kita antarkan jenasah ini ke pekuburan padukuhan induk,” Ki Gede berhenti sejenak. Sambil berpaling ke arah Ki Wiyaga yang berdiri di sebelahnya dia melanjutkan, “Aku minta Ki Wiyaga dibantu para pengawal yang sedang bertugas jaga untuk mengatur penyelenggaraan jenasah ini.” Hampir bersamaan Ki Kamituwa dan Ki Wiyaga mengangguk-anggukkan kepalamereka.
“Nah, sambil menunggu waktu Matahari tergelincir, kalian aku ijinkan untuk pulang ke rumah masing-masing,” berkata Ki Gede selanjutnya. Agaknya kalimat itulah yang sedari tadi di tunggu tunggu oleh para pengawal. Segera saja terdengar tepuk tangan yang membahana dan teriakan-teriakan membakar semangat. “Hidup Ki Gede Matesih!” “Hidup perdikan Matesih!” Suara sorak sorai itu terdengar membahana dan gegap gempita. Suara itu baru mereda ketika Ki Wiyaga mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar para pengawal itu tenang kembali. “Jangan lupa sampaikan salam kami kepada keluarga di rumah yang telah dengan sabar menunggu kepulangan kalian,” berkata Ki Gede selanjutnya yang kelihatannya sudah tidak begitu menarik bagi para pengawal yang sudah benar-benar rindu dengan keluarganya, “Sampaikan juga rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya atas kerelaan dan pengorbanan keluarga para pengawal perdikan Matesih ini untuk tetap berjuang menegakkan kedaulatan perdikan Matesih di bawah panji panji kebesaran Mataram.” Keadaan benar-benar sudah hampir tak tertahankan. Maka Ki Gede pun tanggap. Akhirnya Ki Gede menutup sesorahnya, “Sekali lagi aku sebagai pribadi dan kepala tanah perdikan Matesih mengucapkan ribuan terima kasih dan pengharagaan yang tak ternilai. Selanjutkan kalian akan diatur oleh kepala pengawal perdikan Matesih, Ki Wiyaga. Terimakasih!”
Kembali terdengar gemuruh sorak sorai. Kali ini bahkan para penghuni sekitar banjar padukuhan induk yang menonton di luar pagar ikut bersorak. Sementara Ki Gede segera memberi isyarat Ki Kamituwa untuk mengikutinya memasuki pringgitan. Sedangkan Ki Wiyaga segera memanggil para pemimpin kelompok untuk mendapatkan arahan seperlunya. Demikianlah halaman banjar padukuhan yang semula penuh oleh para pengawal serta para penghuni padukuhan induk sekitar banjar yang ingin menyaksikan penyambutan kedatangan pengawal itu berangsur angsur mulai susut. Khususnya para pengawal yang sudah beberapa hari meninggalkan keluarganya dengan bergegas segera meninggalkan halaman banjar. “Sesampainya di rumah aku akan tidur sampai Matahari terbenam,” berkata seorang pengawal yang berkumis lebat sambil berjalan cepat. “Ah, aku tidak percaya,” sahut kawan di sebelahnya sambil menjajari langkah pengawal berkumis lebat itu, “Apakah engkau tidak kangen sama si thole? Si thole pun pasti kangen juga. Dia pasti rewel dan akan minta gendong terus seharian sampai rasa kangennya hilang.” “Waduh!” desah pengawal berkumis lebat itu kemudian, “Kalau si thole minta gendong terus, kapan waktunya aku menggendong ibunya?” “Ah!” kawannya tertawa masam. Jawabnya kemudian, “Nanti malam kan waktunya sangat panjang. Tidurkan dulu si thole, baru engkau dapatmengurus ibunya.”
Pengawal berkumis lebat itu tampak tersenyum sambil mengangguk-angguk. Tiba-tiba sebuah pertanyaan meloncat begitu saja dari bibir, “Nah, terus kapan kamu mau kawin? Ingat, seorang laki-laki dapat dikatakan tidak begitu perduli dengan umurnya yang semakin merambat tua, tapi bagaimana dengan calon istrimu? Aku rasa orang tuanya sudah semakin resah tiap hari digunjing tetangga. Bukankah Tinah sudah cukup umur? Bahkan mungkin sudah kelewat menurut hitunganku.” Kawannya yang terlihat masih muda itu tidak menyahut. Hanya kepalanya saja yang tertunduk sambil memandangi langkahnya satu-satu menyusurijalan yang berdebu.
“He? Kapan?” pengawal berkumis lebat itu setengah berteriak sambil mengguncang bahu kawannya. Kawannya sejenak tersentak dari lamunannya. Sambil menengadahkan wajahnya memandang selembar awan yang melintas di langit yang jernih dia berdesis perlahan, “Mungkin pertunangan itu lebih baikdibatalkan saja.”
“He?!” kali ini pengawal berkumis lebat itu benar-benar terkejut sehingga telah menghentikan langkahnya. Kawannya pun akhirnya ikutberhenti.
Sejenak pengawal berkumis lebat itu terdengar menggeram. Katanya kemudian sambil memandang lekat-lekat ke arah kawannya, “Jangan bermain api! Ingat! Pertunanganmu sudah disetujui oleh kedua belah pihak keluarga. Jika seenaknya saja engkau membatalkan secara sepihak tanpa ada alasan yang jelas dan dapat diterima, kakaknya Tinah yang berbadan besar dan sedikit berangasan itu pasti akan memluntir lehermusampai patah!”
Pengawal yang berusia muda itu tampak menundukkan kepalanya dalam-dalam. Berkali kali dia menarik nafas dalam-dalam seolah olah ingin dipenuhinya rongga dadanya dengan udara yang segar. “Sebenarnya aku dan Tinah sudah berjanji untuk melangsungkan pernikahan kami dengan sangat sederhana, sesederhana keadaan keluargaku dan keluarga Tinah.” berkata pengawal muda itu setelah sejenak mereka terdiam. “Jadi? Apa masalah yang sebenarnya?” sahut pengawal berkumis tebal itu dengan serta merta. Kakak laki-laki Tinah itulah sumber permasalahannya,” jawab pengawal muda itu sambil menggeleng gelengkan kepalanya, “Dia telah mempengaruhi orang tuanya untuk menuntut _asok tukon_ yang berlebihan, sehingga keluargaku merasa keberatan.” “Harus dicarikan jalan tengah,” desis pengawal berkumis itu sambil melangkahkan kakinya kembali diikuti oleh pengawal muda itu. “Aku akan mencoba membantu, semampuku,” berkata pengawal berkumis itu kemudian sambil terus melangkah, “Keluargaku memang masih terhitung kerabat dengan orang tua Tinah. Kapan-kapan aku akan mendatangi orang tua Tinah dan mengajak berunding agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa keberatan.” “Terima kasih kakang,” berkata pengawal muda itu kemudian. Pengawal berkumis tebal itu tidak menjawab. Hanya tampak ebuah anggukan kepala dan sebuah senyum yang tersungging di bibnya. Keduanya pun kemudian meneruskan langkahnya menuju ke rumahmasing-masing.
Dalam pada itu di pringgitan banjar padukuhan induk tampak Ki Gede dan Ki Rangga beserta beberapa orang sedang berkumpul dan membicarakan sesuatu yang kelihatannya sangat penting. “Ki Gede,” berkata Ki Rangga yang duduk di hadapan Ki Gede Matesih, “Menurut berita yang dibawa Ki Jayaraga dan Glagah Putih semalam, pasukan segelar sepapan cantrik padepokan Sapta Dhahana telah meninggalkan gunung Tidar dan berjalan ke arah timur.” Ki Gede sejenak mengerutkan keningnya. Bertanya Ki Gede kemudian, “Ki Rangga, kemanakah tujuan pasukan itu?” “Menurut keterangan yang diperoleh Ki Jayaraga dan Glagah Putih, pasukan itu sedang bergerak ke timur. Ke sebuah padepokan yang terletak di antara lembah Merapi dan Merbabu.” Sejenak wajah wajah yang berada di dalam pringgitan itu menjadi tegang. Ki Kamituwa yang duduk di sebelah kanan Ki Gede segera menyahut, “Lembah Merapi dan Merbabu cukup jauh. Jika ditempuh dengan berjalan kaki tanpa henti mungkin sampai tiga hari lebih mereka baru akan sampai.” “Ki Kamituwa benar,” sahut Ki Bango Lamatan yang duduk sebelah kiri Ki Rangga, “Aku pernah melintasi daerah itu dan memang saat itu aku menemukan reruntuhan sebuah padepokan, tapi itu sudah terjadi lama sekali sebelum aku menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra.” Ki Gede dan Ki Kamituwa yang belum pernah mendengar nama Panembahan Cahya Warastra telah mengerutkan kening mereka dalam-dalam sambil memandang ke arah Ki Bango Lamatan dengan penuh tanda tanya. Menyadari kedua orang tua itu tentu bertanya-tanya tentang Panembahan Cahya Warastra, Ki Bango Lamatan segera meneruskan ucapannya, “Itu semua sudah menjadi masa laluku. Tidak ada yang aneh sama sekali dan aku sudah melupakannya.” Ki Rangga tersenyum menanggapi penjelasan Ki Bango Lamatan. Akan tetapi kedua perangkat perdikan Matesih itu tampak masih kebingungan. “Sudahlah,” berkata Ki Rangga kemudian, “Agaknya Ki Bango Lamatan memang tidak ingin bercerita tentang masa lalu. Namun yang penting adalah, reruntuhan padepokan yang pernah dilihat Ki Bango Lamatan itu sekarang sudah berkembang menjadi padepokan yang besar dan disebut padepokan Panembahan Agung.” “Padepokan Panembahan Agung?” hampir bersamaan mereka yang hadir itu menyebut kembali nama padepokan itu. “Ya, padepokan Panembahan Agung,” sahut Ki Rangga kemudian, “Sebuah nama padepokan yang pernah dipergunakan oleh seseorang yang menyebut dirinya Panembahan Agung yang mempunyai cita-cita ingin merajai tanah Jawa.” “O,” kembali mereka yang hadir di tempat itu berdesis perlahan sambil mengangguk-anggukkan kepala mereka, walaupun sebenarnya nama padepokan itu pun baru mereka dengar sekarang ini, kecuali Ki Waskitadan Ki Rangga.
“Nah, dengan demikian untuk sementara perdikan Matesih dapat dikatakan aman,” berkata Ki Rangga selanjutnya yang membuat mereka yang hadir menarik nafas dalam-dalam, tak terkecuali Ratri yang duduk di belakang ayahnya. Tanpa sadar Ratri begitu mendengar keterangan Ki Rangga segera menggamit punggung ayahnya. Ki Gede yang terkejut itu segera berpaling ke belakang. Tampak seraut wajah Ratri dalam pakaian laki-laki tanpa ikat kepala sedang memandangke arahnya.
Ki Gede menarik nafas dalam-dalam sambil kembali memalingkan wajahnya ke depan. Ketika Ki Gede kemudian memandang ke arah Ki Rangga, tampak agul agulnya Mataram itu sedang tersenyum ke arahnya. “O, maafkan kami Ki Rangga,” berkata Ki Gede kemudian sambil menganggukkan kepalanya, “Sebenarnyalah aku ini tidak bisa menjadi orang tua yang baik.” Orang-orang yang hadir di ruangan itu mengerutkan kening mereka kecuali Ratri. Diam-diam gadis itu merasa sedikit malu jika permasaahan keluarganya dibicarakan di hadapan orang banyak. “Semua orang tua mempunyai masalah yang hampir sama, Ki Gede,” berkata Ki Rangga menanggapi, “Namun jika memang Ki Gede ingin berbagi, aku tentu akan menyediakan waktu untuk menjadi pendengar yangbaik.”
Ki Gede tersenyum sambil menarik nafas dan menegakkan punggungnya. Ketika dia menyempatkan diri berpaling ke belakang, tenyata Ratri sedang menundukkan kepalanya dalam dalam. “Ki Rangga,” berkata Ki Gede kemudian sambil pandangannya menyapu ke seluruh ruangan, “Sebenarnya kedatanganku ke banjar padukuhan pagi ini untuk meminta bantuan Ki Rangga dan kawan-kawan.” Beberapa pasang mata tampak menatap Ki Gede dengan penuh tanda tanya, tak terkecuali Ki Rangga sendiri. “Bantuan apakah kiranya yang dapat kami lakukan, Ki Gede?” Ki Waskita yang sedari tadi hanya berdiam diri ikut bersuara. Untuk sejenak Ki Gede menarik nafas panjang untuk melongarkan dadanya yanga tiba-tiba saja menjadi pepat. Namun Ki Gede merasa sudah waktunya untuk menuntaskan persoalan yang membelit keluarganya, walaupun dia tidak akan menceritakan permasalahan itu dengan gamblang dan jelas. Mungkin hanya seperlunya saja sebagai gambaran bagi Ki Rangga dan kawan-kawan. “Ki Waskita,” berkata Ki Gede kemudian, “Ada permintaan dari anakku Ratri yang ingin mempelajari olah kanuragan sebagai bekal bagi dirinya untuk membentengi diri dari segala kemungkinan buruk yang dapat menimpanya.” “O,” hampir bersamaan orang-orang yang hadir di tempat itu berdesah sambil menarik nafas dalam dalam. Jika permasalahannya hanya keinginan Ratri untuk mempelajari ilmu olah kanuragan, bukankah Ki Gede sendiri mempunyai kemampuan untuk mengajarinya? Namun tidak ada seorang pun yang mengungkapkan pemikiran itu. Mereka menunggu keterangan lebih lanjut dari pemimpin tanah perdikan Matesihitu.
“Ki Rangga,” akhirnya Ki Gede meneruskan kata-katanya, “Atas anjuran Ki Ajar Mintaraga, Ratri disarankan untuk pergi ke Menoreh, belajar ilmu olah kanuragan kepada Nyi Sekar Mirah, istri Ki RanggaAgung Sedayu.”
Ki Rangga sedikit terkejut nama istrinya telah disebut. Sejenak Senapati pasukan khusus Mataram yang berkedudukan di Menoreh itu mengerutkan keningnya dalam-dalam. “Mengapa harus jauh-jauh ke Menoreh, Ki Gede?” bertanya Ki Rangga kemudian setelah berpikir sejenak, “Bukankah Ki Gede sendiri mempunyai kemampuan untuk mengajarinya?” “Aku tidak mau belajar olah kanuragan kepada laki-laki, ayah,” tiba tiba terdengar suara Ratri dari balik punggung ayahnya, “Aku hanya mau belajar olah kanuragan kepada sesama perempuan!” Hampir bersamaan orang-orang yang hadir di pringgitan itu menghela nafas panjang sambil tersenyum. Alasan yang dikemukakan oleh Ratri itu memang masuk akal. Jika seorang guru laki-laki mengajarkan ilmu olah kanuragan kepada perempuan, tentu akan banyak mengalami _ewuh pekewuh_, walaupun laki laki itu ayahnya sendiri. “Baiklah,” berkata Ki Rangga kemudian, “Aku tidak berkeberatan jika putri Ki Gede ingin belajar ilmu olah kanuragan kepada istriku, namun dengan satu syarat. Istriku bersedia menerima murid lagi.” Hampir bersamaan Ki Gede dan Ratri mengangkat kepala dan memandang ke arah Ki Rangga. Ki Gede lah yang kemudian bertanya, “Apakah Nyi Sekar Mirah sudah pernah mengangkat seorang murid?” “Ya,” sahut Ki Rangga cepat, “Namanya Rara Wulan dan dia telah menjadi istri Glagah Putih.” “He?” kembali Ki Gede dan Ratri terkejut. Namun Ratri yang menyadari dirinya sebagai perempuan segera menundukkan kepalanya dalam-dalam, sedang Ki Gede telah bertanya kembali, “Jadi Glagah Putih sudah beristri?” “Ya Ki Gede,” jawab Ki Rangga kemudian, “Bahkan sekarang Rara Wulan sedang mengandung muda, sehingga dia tidak dapat kami ajak dalamrombongan ini.”
Tampak kepala Ki Gede dan Ki Kamituwa terangguk-angguk. Sedangkan Ratri, gadis yang baru tumbuh menjelang dewasa itu terlihat semakin tunduk. Entah apa yang sedang berkecamuk di dalam dadanya. “Nah, Ki Rangga,” berkata Ki Gede selanjutnya, “Untuk itulah aku menyempatkan diri mampir ke banjar padukuhan induk untuk sekedar berpamitan dan meminta bantuan Ki Rangga dan kawan-kawan untuk menjaga perdikan Matesih ini selama aku tinggal.” “He? Secepat ini? Mengapa?” bertanya Ki Rangga dengan nada keheranan. Demikian juga Ki Waskita dan Ki Bango Lamatan yang duduk beberapa jengkal di belakang Ki Rangga. Sejenak Ki Gede terlihat ragu-ragu. Namun akhirnya dia hanya dapat memberikan alasan yang tidak menyangkut permasalahan keluarganya. “Aku secara pribadi memang tidak tergesa-gesa,” jawab Ki Gede kemudian perlahan-lahan, “Namun Ratri, puteriku satu satunya ini agaknya masih dihantui oleh tingkah laku adik Trah Sekar Seda Lepen yang pernah menjalin hubungan khusus dengannya.” Terdengar Ratri berdesah perlahan di belakang punggung Ki Gede. Namun Ki Gede pura-pura tidak mendengar. Dalam benak Ki Gede, hanya itulah satu-satunya alasan yang masuk akal. Tidak mungkin bagi Ki Gede untuk mengungkap hubungan yang tidak serasi antara Ratri dan ibu tirinyaselama ini.
Namun Ki Waskita yang mendengar desah Ratri justru telah mengerutkan keningnya. Orang tua yang dikaruniai mata batin yang sangat tajam itu agaknya sedikit menangkap ketidak sesuaian antara keterangan Ki Gede dan hati nurani Ratri. “Itu urusan keluarga Ki Gede,” membatin Ki Waskita dalam hati, “Biarlah angger Sedayu memutuskan, langkah apa yang terbaik untuk mengatasi permasalahan ini.” Untuk beberapa saat suasana menjadi sunyi. Ki Rangga tampak sedang mengerutkan keningnya dalam-dalam sambil menundukkan wajahnya. Ki Waskita yang berada di sampingnya menjadi berdebar-debar. Ayah Rudita itu sedikit banyak telah mengetahui perkembangan mata batin Ki Rangga, sehingga dia menjadi berdebar-debar jika Ki Rangga mencoba meraba kejadian sebenarnya yang sedang membelit keluarga Ki Gede. Namun Ki Waskita segera menarik nafas lega ketika Ki Rangga kemudian berkata, “Baiklah Ki Gede. Kalau memang Ki Gede telah memutuskan untuk berangkat hari ini ke Menoreh, aku tidak mempunyai hak untuk melarang,” Ki Rangga berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Namun jika Ki Gede berkenan sabar untuk menunggu sehari atau dua hari lagi, dengan senang hati aku akan menemani perjalanan Ki Gede ke Menoreh.” Jika saja ada petir yang menyambar di ruang pringgitan saat itu, tentu mereka tidak akan seterkejut ketika mendengar keterangan Ki Rangga,kecuali Ki Waskita.
Ki Gede dan Ratri benar-benar tidak mempercayai pendengaran mereka. Bahkan Ratri telah mengangkat wajahnya dan bergeser sejengkal merapat ke punggung ayahnya. “Ayah,” bisik Ratri kemudian di dekat telinga ayahnya, “Jika Ki Rangga sendiri yang berkenan mengantar kita ke Menoreh, Nyi Sekar Mirah dengan senang hati pasti akan menerima aku sebagai muridnya, karena yang mengantar suaminya sendiri.” Tanpa sadar Ki Gede tersenyum mendengar bisikan Ratri. Mereka yang hadir di ruangan itupun telah menahan senyum mereka, kecuali Ki Kamituwa yang tidak mampu menangkap bisikan Ratri. “Nah, semua terserah Ki Gede,” berkata Ki Rangga selanjutnya begitu melihat ayah dan anak itu terlihat sedang berpikir, “Namun aku tidak dapat berangkat hari ini juga karena Glagah Putih masih memerlukan perawatan yang sungguh sungguh.” “Aku kira berangkat hari ini ataupun besok tidak banyak bedanya,” berkata Ki Bango Lamatan kemudian ikut memberi saran, “Melakukan perjalanan di pagi hari rasa-rasanya lebih segar dan bersemangat dari pada siang hari seperti sekarang ini.” “Sebenarnya kami memang sudah berencana untuk melakukan perjalanan di pagi hari, Ki Bango Lamatan,” sahut Ki Gede dengan serta merta, “Namun kehadiran orang yang mengaku Pertapa dari goa Langse itu yang membuat rencana kami berantakan.” “Tentu tidak,” kini Ki Waskita yang menyahut, “Perjalanan itu hanya tertunda sehari dan aku sependapat dengan Ki Bango Lamatan. Apalah bedanya sehari itu jika besok Ki Gede dan rombongan dapat melakukan perjalanan dengan lebih segar dan bersemangat di pagi hari dengan diantar oleh Ki Rangga.” Tampak semua kepala terangguk-angguk. Ketika Ki Gede kemudian berpaling ke belakang, tampak anak gadisnya itu memandangnya dengan sinar mata yang penuh tanda tanya. Bisiknya kemudian, “Terus aku tidur di mana, ayah? Aku tidak mau pulang lagi ke rumah jika..” Belum sempat Ratri menyelesaikan kata-katanya, Ki Gede segera menyahut, juga dengan berbisik, “Ratri, semuanya sudah aku perhitungkan sebelumnya. Aku telah memerintahkan kepada Ki Kamituwa untuk memberitahukan Ki Prana tentang kemungkinan perubahan perjalanankita.”
Sengaja Ki Gede menyebut nama ayah Nyi Selasih agar mereka yang hadir di ruangan itu tidak mengetahui persoalan yang sesungguhnya kecuali KiKamituwa.
Ratri pun kemudian menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatahkata lagi.
Tiba-tiba terdengar pintu pringgitan dikethuk tiga kali berturut turut. Serentak pandangan orang-orang yang sedang berada di dalam ruang pringgitan itu pun berpaling ke arah pintu yang masih tertutuprapat.
“Masuklah!” seru Ki Gede kemudian dengan suara yang sedikit keras. Sejenak kemudian pintu pringgitan pun terbuka dan kepala pengawal perdikan Matesih, Ki Wiyaga melangkah masuk. “Silahkan Ki Wiyaga,” berkata Ki Gede kemudian mempersilahkan. “Terima kasih Ki Gede,” berkata Ki Wiyaga kemudian sambil mengambil tempat duduk di sebelah Ki Gede. “Apakah persiapan penyelenggaraan jenasah sudah siap?” bertanya Ki Gede kemudian sambil beringsut dan berpaling ke arah Ki Wiyaga. “Sudah Ki Gede,” jawab Ki Wiyaga cepat sambil menganggukkan kepalanya, “Para penggali kubur pun sudah mengirim utusan bahwa liang lahat sudah siap.” “Baiklah,” berkata Ki Gede kemudian sambil mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, “Matahari agaknya memang belum tergelincir ke barat. Kita menunggu sejenak,” Ki Gede berhenti sejenak. Kemudian sambil berpaling ke arah Ki Rangga, Ki Gede pun bertanya, “Bukankah sebaiknya memang demikian Ki Rangga?” Ki Rangga tersenyum sambil mengangguk. Jawabnya, “Memang sebaiknya demikian Ki Gede. Saat Matahari tergelincir tinggal sesaat lagi. Sebaiknya kita antar jenasah itu ke liang lahat setelah kita usai menunaikan kewajiban kita.” “Ya, aku setuju,” sahut Ki Waskita dengan serta merta. Kembali Ki Rangga tersenyum sambil mengangguk ke arah Ki Waskita. Katanya kemudian, “Aku kira pertemuan kali ini sudah cukup. Aku akan menengok keadaan Glagah Putih kembali. Aku harus yakin keadaan Glagah Putih sebelum aku berangkat mengantar Ki Gede ke Menoreh.” “Ah,” tanpa sadar Ki Gede telah berdesah. Lanjutnya kemudian, “Aku merasa telah banyak merepotkan Ki Rangga dan kawan-kawan. Entah bagaimana aku harus membalas budi semua kebaikan ini.” “Ah sudahlah Ki Gede,” sahut Ki Rangga cepat, “Semua yang kita kerjakan itu dilandasi tugas serta penggilan kewajiban untuk tetap tegaknya panji panji Mataram.” Orang-orang yang hadir di tempat itu pun tampak mengangguk anggukkan kepala mereka. Berkata Ki Gede kemudian, “Sambil menunggu pemberangkatan jenasah, biarlah aku dan Ratri beristirahat di gandhok kanan bersama Ki Kamituwa.” “Jika diijinkan aku akan pulang sebentar, Ki Gede,” menyela Ki Kamituwa sambil mengangguk hormat, “Aku nanti akan ikut mengantar jenasah dari depan rumahku. Bukankah jalan ke pekuburan itu lewatdepan rumahku?”
Orang orang yang mendengar kata kata permohonan Ki Kamituwa itu telah tersenyum. Namun akhirnya Ki Gedepun mengangguk anggukkan kepala sambil menjawab, “Silahkan Ki Kamituwa. Agaknya tadi sebelum berangkat ke banjar ini, Ki Kamituwa masih meninggalkan pekerjaan yang belum diselesaikan.” “Ah,” Ki Kamituwa tertawa pendek diikuti oleh mereka yang hadir di pringgitan itu. Jawab Ki Kamituwa kemudian, “Memang benar Ki Gede. Tadi pagi aku sedang mengawasi para tukang batu yang sedang membetulkan dinding belakang rumah ketika utusan Ki Gede datang.” “Baiklah, silahkan,” berkata Ki Gede kemudian sambil bangkit berdiri. Yang lain pun kemudian ikut bangkit berdiri. Demikianlah akhirnya mereka telah meninggalkan ruang pringgitan dan meneruskan kegiatan masing-masing. Ki Rangga segera bergegas masuk ke ruang dalam untuk melihat keadaan Glagah Putih yang sedang ditunggui Ki Jayaraga diikuti oleh Ki Waskita dan Ki Bango Lamatan. Dalam pada itu putut Panengah tampak sedang menyusuri jalan padukuhan induk perdikan Matesih. Putut Panengah berjalan sambil menundukkan kepalanya. Sesekali saja dia mengangkat wajahnya jika ada seseorang yang berpapasan menyapanya. “Agaknya penghuni padukuhan ini masih menjunjung tinggi nilai nilai peradaban manusia,” membatin Panengah sambil terus mengayunkan langkahnya, “Aku tadi sempat curiga ketika ada seseorang yang sedang berpapasan telah menyapaku. Ternyata memang itu sudah menjadi tradisi di padukuhan ini. Mereka selalu menyapa orang yang mereka jumpai, kenal maupun tidak kenal.” Berbekal keyakinan itulah, putu Panengah kemudian tidak ragu ragu lagi berjalan sambil menegakkan kepalanya. Ketika di bawah sebatang pohon yang rindang, seorang penjual cendol dawet sedang duduk di belakang pikulannya sambil melepas lelah menyapanya, putut Panengah pun telah menyempatkan diri untuk berhenti. “Masih adakah dawetmu, Ki Sanak ?” sapa putut Panengah kemudian. Penjual dawet itu tertawa pendek. Jawabnya kemudian, “Habis. Engkau tidak beruntung Ki sanak. Cobalah ke kedai dekat banjar. Mungkin di sana masih ada.” “Baiklah, terima kasih,” sahut Panengah sambil kembali mengayunkanlangkahnya.
Beberapa puluh tombak di belakang Panengah, tampak dua orang berjalan beriringan dengan caping lebar yang menutupi wajah. Seorang yang sudah cukup tua tampak memanggul sebuah cangkul sedang yang muda membawa pikulan di pundaknya dengan dua buah keranjang yang kosong. “He? Ada apa Panengah berhenti di depan penjual dawet itu?” terdengar yang tua menggerutu sambil mengamat-amati Panengah dari balik caping lebarnya. “Mungkin dia kehausan, ayah,” jawab yang masih muda tanpa berpaling. Keduanya tetap melanjutkan langkah mereka. Ketika Panengah kemudian berbelok dan memasuki kedai dekat banjar, kedua orang yang mengikutinya dari jauh itu telah mengumpat umpat. “Gila!” geram yang tua, “Putut itu memang benar benar bebal. Seharusnya dia ingat tugasnya untuk mengadakan penyelidikan, tapi malah enak enakan masuk kedai.” “Biarlah ayah,” jawab yang muda sambil tertawa pendek, “Kita berjalan terus. Aku khawatir jika kita ikut mampir di kedai itu, ada orang yang akan mengenali kita berdua.” “Engkau benar Jaka Purwana,” sahut yang tua, “Kemungkinannya sangat besar karena aku memang sering mampir di kedai itu. Kedai yang paling enak di perdikan Matesih ini.” Anak muda yang ternyata Jaka Purwana itu tersenyum, namun tidak berkata-kata lagi. Keduanya pun kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Ketika keduanya kemudian melewati kedai itu, mereka sama sekali tidak berpaling sehingga telah membuat putut Panengah menahansenyum.
_“Apakah persiapan penyelenggaraan jenasah sudah siap?” bertanya Ki Gede kemudian sambil beringsut dan berpaling ke arah Ki Wiyaga._ “Nah, sekarang aku punya kesempatan untuk menikmati makan siang,” membatin Panengah sambil tertawa dalam hati, “Panas-panas begini berjalan dengan perut dalam keadaan lapar serta tenggorokan kering, benar benar menyiksa diri. Aku sudah yakin jika kedua orang itu pasti tidak akan berani mampir di kedai ini. Mereka takut ketahuanpenyamarannya.”
Dalam pada itu Ki Dukuh dan anak laki lakinya ternyata telah sampai di depan banjar. Alangkah terkejutnya kedua orang itu, ketika mereka sekilas berpaling, dari pintu regol yang terbuka lebar, dengan sangat jelasnya mereka berdua melihat pemandangan yang sangat mendebarkan. Di tengah-tengah pendapa itu terlihat sebuah amben kecil. Bukan amben kecil itu yang membuat jantung ayah dan anak itu bagaikan terlepas dari tangkainya. Namun sesosok jenasah yang terbaring di atas amben itulah yang telah membuat keduanya terperanjat. Beberapa pengawal pun tampak sedang mengerumuninya. “Mayat siapakah, ayah?” bisik Jaka Purwana kemudian sambil berpaling ke arah Ki Dukuh yang dengan sengaja sedikit memperlambatlangkahnya.
“Mana aku tahu,” jawab ayahnya juga sambil berbisik, “Agaknya jenasah itu sudah selesai dimandikan dan mungkin akan segera dibawa kepekuburan.”
“Kita ikut ke pekuburan,” desis Jaka Purwana kembali sambil mengikuti langkah ayahnya yang bergegas berlalu dari tempat itu. Ayahnya tidak menanggapi. Hanya tampak kerut merut di dahinya yang semakin dalam. Dia segera menggamit anaknya agar tidak terlalu mencolok melihat ke dalam banjar. Beberapa pengawal yang sedang berjaga di depan regol tampak sedang mengawasi tingkah laku keduaorang itu.
Demikianlah akhirnya langkah-langkah mereka telah sampai di kelokan jalan. Ketika kedua orang itu merasa sudah lepas dari pandangan para mengawal penjaga regol, Ki Dukuh segera berhenti dan meletakan cangkulnya diikuti oleh anaknya. “Kita berhenti disini,” berkata Ki Dukuh kemudian sambil duduk di bawah sebatang pohon yang rindang. Angin sepoi sepoi yang bertiup perlahan terasa sedikit menyegarkan sekujur tubuh mereka yang telah basah oleh keringat. “Apa rencana ayah?” bertanya Jaka Purwana kemudian sambil ikut duduk di samping ayahnya. Ayahnya menggeleng sambil memandang ke kejauhan. Dari sorot mata orang tua itu terlihat betapa kebimbangan sedang melanda hatinya. “Ayah, sebaiknya kita ikuti iring iringan jenasah itu menuju ke pekuburan,” berkata Jaka Purwana kemudian setelah sejenak mereka terdiam, “Kita dapat bertanya kepada orang-orang yang mengantar jenasah itu sambil lalu seolah olah kita sama sekali tidakberkepentingan.”
Tampak Ki Dukuh menarik nafas dalam, dalam sekali. Panggraitanya mengatakan bahwa mayat yang terbujur di pendapa itu pasti guru JakaPurwana.
“Jika yang terbunuh itu Ki Rangga atau salah satu dari kelima perantau itu, pasti kawan-kawannya akan menyempatkan diri untuk merawatnya atau sekedar duduk-duduk di pendapa sambil membacakan doa-doa,” membatin Ki Dukuh sambil pandangan matanya menerawang ke langit, “Namun kenyataannya mayat itu hanya diurusi oleh parapengawal.”
“Ayah?” sergah Jaka purawana kemudian mengagetkan Ki Dukuh, “Aparencana ayah?”
_Bersambung ke bagian 3_SHARE THIS:
*
MENYUKAI INI:
Suka Memuat...
Laman: 1 2
3 4
Telah Terbit on 24/01/2020 at 23:00 Comments (256) The URI to TrackBack this entry is: _https://cersilindonesia.wordpress.com/stsd-18/trackback/_ RSS feed for comments on this post. 256 KOMENTARTINGGALKAN KOMENTAR*
On 27/02/2020 at 05:54 Ki Banguntopo said: Nyuwun pangapunten. FBalas
*
On 27/02/2020 at 13:37 soeparno said: isinya sangat menarik banget ,perlu dilestarikanBalas
*
On 28/02/2020 at 13:42 Abdulwachid Hadi Warsito said: Dah 4 hari kok gak ada gerbong lewat, po bannya gembos yaBalas
*
On 28/02/2020 at 18:54 Mulyono said: Ngaputen Jakarta banjir dados radi terhambat perjalananipun heheheBalas
*
On 29/02/2020 at 14:15 Putut Risangsaid:
60
“Nanti Ki Gede pasti akan memberitahukan kepada kita,” sahut seorang laki laki paro baya yang berdiri tidak jauh dari kakek tua itu, “Tapi menurut dugaanku, yang meninggal itu pasti bukan warga perdikan Matesih.” “Ya, aku juga menduga demikian,” sahut kakek tua itu sambilmendesak ke depan.
Tiba tiba terlintas dalam benak kakek tua itu sesuatu dugaan. Maka katanya kemudian, “Jangan–jangan salah satu tamu Ki Gede yang tinggal di banjar ini yang meninggal dunia. Aku dengar selepas penyerbuan ke padepokan Sapta Dhahana, ada salah satu dari mereka yang terluka dan jatuh sakit.” Orang-orang di sekitarnya yang mendengar kata kata kakek tua itu telah berpaling sambil mengerutkan kening. Tanpa sadar mereka kembali melayangkan pandangan ke pendapa. Walaupun mereka kebanyakan tidak mengenal Ki Rangga dan kawan kawannya orang perorang. Namun mereka segera mengenali dari wajah wajah asing yang berdiri di sekitar KiGede.
“He! Mereka katanya ada berlima?!” seru salah seorang yang berjanggut dan berkumis lebat, “Tapi mengapa yang aku lihat di pendapa itu hanya bertiga? Ke mana yang dua lagi? Ataukah aku yangsalah hitung?”
Beberapa orang yang mendengar ucapan orang itu telah menjadi berdebar debar. Tanpa sadar mereka segera mengamat amati wajah wajah yang tampak asing bagi mereka. Wajah wajah yang belum pernah terlihat selama ini di perdikan Matesih. Berbagai dugaan pun telah memenuhibenak mereka.
Namun agaknya kakek tua itu segera menyadari bahwa dugaannya akan dapat membawa ke perdebatan yang tak berujung pangkal. Maka katanya kemudian, “Sudahlah. Aku juga tidak begitu paham dengan kelima tamu Ki Gede itu. Lebih baik kita tunggu penjelasan Ki Gedesaja.”
Balas
*
On 29/02/2020 at 14:20 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 62-64 Agaknya orang-orang yang berada di sekitar kakek tua itu pun akhirnya menyadari. Tidak ada gunanya mereka menduga duga peristiwa yang mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Lebih baik menunggu saja keterangan resmi dari pemimpin tanah perdikan Matesih itu. Dalam pada itu di pendapa Ki Gede telah maju selangkah. Setelah mengucapkan salam terlebih dahulu, barulah Ki Gede memulai sesorahnya. “Siang hari ini kita akan mengantarkan jenasah menuju ke tanah pekuburan, “ berkata Ki Gede kemudian memulai sesorahnya, “Jenasah ini adalah jenasah seseorang yang menyebut dirinya Pertapa dari goaLangse.”
Segera saja terdengar kerumunan orang di halaman banjar itu saling bergeremang antara satu dengan lainnya. Beberapa orang yang mempunyai dugaan yang keliru pun telah menarik nafas dalam dalam. “Pertapa dari goa Langse?” desis kakek yang sebelumnya menduga jika salah satu kawan Ki Rangga yang meninggal. “Siapa itu?” lanjutnya kemudian dengan nada penuh tanya. “Aku juga tidak tahu, kek,” sela orang yang berdiri di sebelahnya, “Akan tetapi dari julukannya, dia pasti berasal dari tempat yangjauh.”
“Ya, ya. Engkau benar,” sahut kakek itu dengar serta merta. Kemudian dengan kerut merut di dahi, kakek itu mencoba mengumpulkan ingatannya. Lanjutnya kemudian, “Goa Langse itu kalau aku tidak salah berada di pantai laut selatan.” “Memangnya kakek pernah ke sana?” tiba tiba seseorang menyela. Kakek itu berpaling ke arahnya sambil tersenyum mengejek. Jawabnya jemudian, “Jelek jelek begini, di masa muda hampir seluruh tempat di tanah Jawa ini telah aku jelajahi. Dari ujung kulon sampai ujunwetan.”
“Tapi, seumur-umur aku belum pernah melihat kakek meninggalkan Matesih,” tiba tiba terdengar suara seseorang menyeluthuk dari arahbelakangnya.
Ketika kakek tua itu kemudian berpaling ke belakang, terlihat seseorang yang setua dirinya sedang tersenyum ke arahnya. Wajah kakek itu pun menjadi merah padam seperti udang direbus. Sementara di sekeliling kakek itu pun kemudian terdengar suara tawa yang tertahan-tahan. Kakek itu pun hanya dapat menggeram sambil memelototkan sepasang matanya ke arah mereka. “Jadi, kewajiban kita sebagai sesama insan hamba Tuhan, adalah memberikan penghormatan terakhir dan menyelenggarakan pemakamannya, apapun peran yang telah dilakukan oleh orang yang menyebut dirinya Pertapa dari goa Langse ini kepada tanah perdikan Matesih,” terdengar kembali suara Ki Gede meneruskan sesorahnya. “Nah, marilah kita bersama sama memanjatkan doa kepada yang Maha Pemurah agar peristiwa yang terjadi di perdikan Matesih selama ini dan khususnya peristiwa di banjar padukan induk pagi tadi, tidak akan terulang kembali. Semoga perdikan Matesih selalu jaya dan dalam lindungan serta bimbingan Yang Maha Kuasa,” _Namun alangkah terkejutnya Ki Rangga begitu pandangan matanya menangkap sesosok tubuh tua renta….. ___Balas
*
On 29/02/2020 at 14:22 Putut Risangsaid:
Ngapunten, ada bagian kalimat yang tertinggal. Kalimat sebelum gambar mestinya ada tambahan: _berkata Ki Gede kemudian mengakhiri sesorahnya.___Balas
*
On 29/02/2020 at 14:23 Putut Risangsaid:
kepala mereka.
“Baiklah Ki Gede, mari kita antar jenasah itu sampai ke liang lahat,” jawab Ki Rangga kemudian sambil mengikuti langkah Ki Gede menuruni tlundak pendapa. Demikianlah Ki Gede dan Ki Rangga beserta Ki Waskita segera bergabung dengan arus orang-orang yang berjalan ke tempat pekuburan. Sedangkan Ki Wiyaga dan Ki Bango Lamatan tampak berjalan di belakang sambil asyik bercakap cakap. “Ki Bango Lamatan,” bertanya Ki Wiyaga kemudian sambil melangkahkan kakinya, “Bagaimana keadaan Glagah Putih yang sebenarnya? Mengapa aku tadi tidak diijinkan untuk menengok ke dalambiliknya?”
“Bukan begitu, Ki Wiyaga,” sahut Ki Bango Lamatan sambil mengikuti langkah kepala pengawal perdikan Matesih itu, “Luka Glagah Putih memang sangat parah. Bukan dalam arti luka yang terbuka terkena senjata tajam. Namun luka Glagah Putih adalah luka di dalam tubuhnya. Tenaga cadangannya bagaikan terperas habis dari dalam tubuhnya. Bahkan darahnya pun telah ikut merembes keluar dari pori pori sekujurtubuhnya.”
“Gila!” geram Ki Wiyaga tanpa sadar sambil mengepalkan kedua tangannya, “Ilmu apakah yang dimiliki oleh lawan Glagah Putih itu sehingga Glagah Putih telah mengalami cidera seperti itu?” Ki Bango Lamatan menarik nafas dalam-dalam. Angannya sejenak melayang ke peristiwa tadi pagi. Seandainya Ki Rangga mengetahui Pertapa goa Langse itu memiliki sebuah ilmu yang nggegirisi seperti itu dan akibat yang dapat ditimbulkannya, tentu Ki Rangga tidak akan mengijinkan Glagah Putih untuk menghadapinya. Ki Wiyaga yang melihat Ki Bango Lamatan justru telah termenung menjadi heran. Tanyanya kemudian, “Apakah sebenarnya yang telah terjadi, KiBango Lamatan?”
Ki Bango Lamatan bagaikan terjaga dari tidurnya mendapat pertanyaan dari Ki Wiyaga. Setelah menarik nafas panjang, barulah dia menjawab, “Lawan Glagah Putih itu memiliki sejenis ilmu yang mampu menyedot kekuatan lawan, khususnya tenaga cadangannya. Dengan demikian apabila kedua tangan lawan Glagah Putih itu telah menempel di tubuh bagian mana saja, ilmu itu akan bekerja. Jika tenaga cadangan lawannya masih dibawah kekuatannya, dengan cepat dia akan mampu membuat lawannya mati lemas dengan sekujur tubuh bersimbah darah.”Balas
*
On 29/02/2020 at 16:30 Munirul Hadi said: Matur nuwun mbah Man dan ki Putut barokallohBalas
*
On 29/02/2020 at 17:51 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 29/02/2020 at 14:25 Putut Risangsaid:
Minggu ini, kegiatan sedemikian padatnya, sehingga tidak memungkinkan mampir gandok untuk memberangkatkan kereta. Ngapunteeeennn…………….Balas
*
On 29/02/2020 at 17:41 Mulyono said: Alhamdulillah geh Ki Putut, nanging niki pun, sampun saget damel nglipur ati hehehe lan mugi2 segat sedanten Aamiin Yaa RobbBalas
*
On 29/02/2020 at 16:35 Abdulwachid Hadi Warsito said: Makasih ki, disore yang hujan dan dingin ini telah diberangkatkan gerbong2nya, semoga sehat2 selalu tuk semuanyaBalas
*
On 29/02/2020 at 20:54 widiaxa said: Matur nuwun mBahMan,MasPutut Risang,atas wedarannyaBalas
*
On 29/02/2020 at 21:39 Halim said: Terimakasih Mbah Man dan Mas Putut Risang di tengah2 kesibukannya masih sempat berbagi, semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat,aamiin….
Balas
*
On 02/03/2020 at 04:38 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 67-68 “Sekujur tubuh bersimbah darah?” ulang Ki Wiyaga dengan nada keheranan, “Bukankah dia sama sekali tidak bersenjata?” “Ki Wiyaga benar,” sahut Ki Bango Lamatan kemudian cepat, “Namun ilmu menyedot tenaga cadangan lawan itu akan membuat darah di dalam tubuh lawan mengalir keluar melalui pori pori di sekujur tubuhnya.” Ki Wiyaga diam diam bergidik ngeri. Betapa dahsyatnya ilmu itu dan kelihatannya dapat digunakan untuk menghabisi lawan tanpa belaskasihan.
“Lawan akan mati dalam keadaan mengenaskan,” membatin Ki Wiyaga sambil terus menjajari langkah Ki Bango Lamatan, “Tubuhnya akan kering karena darah di dalam tubuhnya seakan akan telah terperas keluar. Benar benar sebuah ilmu yang nggegirisi dan mengerikan.” Tanpa terasa langkah kedua orang itu sudah sampai di gerbang pekuburan. Tampak jenasah Pertapa goa Langse itu sudah diturunkan ke liang lahat. Beberapa orang pun sudah mulai menimbuni kembali liang lahat itu dengan tanah bekas galiannya. “Apakah kita terlambat?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian Ki Wiyaga menggelengkan kepalanya. Jawabnya kemudian, “Belum, Ki. Setelah selesai mengubur jenasah itu, masih ada doa yang akan dipanjatkan. Setelah itu barulah kita bubar kembali ke tempat masingmasing.”
Ki Bango Lamatan mengangguk anggukkan kepalanya. Ketika dia kemudian melemparkan pandangan matanya ke depan, tampak Ki Gede sedang berbisik bisik dengan Ki Rangga. Sementara beberapa langkah di samping mereka Ki Waskita dan Ki Kamituwa tampak sedang asyik membicarakan sesuatu. Ada keinginan Ki Bango Lamatan untuk mendekat. Namun niat itu segera diurungkannya ketika melihat Ki Wiyaga justru telah bergeser ke bawah sebatang pohon untuk berteduh dari teriknya sinar Matahari . Ki Bango Lamatan pun kemudian mengikutinya. Dalam pada itu, orang orang yang menimbuni liang lahat itu ternyata telah selesai dan sepasang nisan pun telah terpasang. “Pertapa goa Langse,” desis Ki Rangga tanpa sadar membaca sekilas tulisan yang terpasang pada nisan tersebut. Ki Gede hanya tersenyum mendengar desis Ki Rangga. Kemudian Ki Gede pun mempersilahkan Ki Waskita untuk kembali memimpin doa. Demikian lah akhirnya penyelenggaraan jenasah Pertapa dari goa Langse itu telah selesai. Orang-orang yang hadir di dalam pekuburan itu pun berangsur angsur telah keluar dari area pekuburan. Ki Rangga dan yang lainnya pun telah melangkahkan kaki mereka meninggalkan tempat itu. Ketika langkah Ki Rangga dan kawan kawan itu hampir mencapai pintu gerbang pekuburan, tanpa sadar Ki Rangga telah berpaling ke belakang, memandang ke tempat Pertapa goa Langse itu dimakamkan. Namun alangkah terkejutnya Ki Rangga begitu pandangan matanya menangkap sesosok tubuh tua renta berpakaian kumal sedang duduk menghadap ke kuburan yang tanahnya masih basah. Orang itu tidak tampak wajahnya karena membelakangi Ki Rangga. Namun dari ujudnya, orang itu terlihat sudah sangat tua renta dan kurus kering tinggal tulang belaka. Rambutnya yang panjang dan berwarna putih bagaikan kapas itu digelung keatas tanpa selembar ikat kepala, hanya diikat dengan secarik kain yang berwarna hitam kelam.Balas
*
On 02/03/2020 at 04:40 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 69-70 Berdesir tajam jantung Ki Rangga. Segera saja dia berpaling ke arah Ki Waskita yang berjalan di samping kirinya sambil berbisik, “Ki Waskita, ada seseorang yang tampaknya sedang meratapi kubur Pertapa dari goa Langse itu.” Ki Waskita pun terkejut bukan alang kepalang. Secepat kilat dia segera berpaling ke belakang. Namun ayah Rudita itu hanya melihat gundukan tanah yang masih basah. Ki Rangga yang ikut kembali berpaling itu darahnya bagaikan tersirap. Sesosok bayangan orang tua renta dengan tubuh kurus kering serta pakaian kumal itu sudah tidak dilihatnya lagi. “Aneh,” desis Ki Rangga kemudian. Hampir saja dia menghentikan langkahnya. Namun karena khawatir akan membuat yang lain gelisah dan bertanya-tanya, Ki Rangga pun memutuskan untuk tetap melangkahkankakinya.
“Jika apa yang dilihat angger tadi memang benar benar ada, aku jadi teringat cerita Ki Jayaraga,” desis Ki Waskita perlahan lahan sambil tetap menjajari langkah Ki Rangga. Langkah kedua orang itu sengaja dibuat perlahan agar mereka berdua agak terpisah dari rombongan para pelayat yang sedang kembali ke banjar. “Mungkinkah yang aku lihat sekilas tadi adalah Pertapa goa Langse yang sebenarnya?” bertanya Ki Rangga kemudian setelah sejenak merekaberdua terdiam.
“Aku rasa memang demikian, ngger,” jawab Ki Waskita sambil menarik nafas panjang, “Jika memang orang yang mengaku Pertapa dari goa Langse itu benar benar murid dan sekaligus anak dari Pertapa goa Langse yang sebenarnya, Glagah Putih benar benar dalambahaya.”
Mendengar penjelasan Ki Waskita itu, tiba tiba saja hati Ki Rangga menjadi gelisah. Seolah olah Ki Rangga sedang meninggalkan seorang anak kecil bermain main di pinggir sungai. “Akan tetapi ada Ki Jayaraga,” membatin Ki Rangga mencoba menghibur dirinya, “Seandainya Pertapa tua itu mendatangi banjar, semoga dia masih mengenal Ki Jayaraga.” Namun hati Ki Rangga masih belum tenang. Maka katanya kemudian, “Ki Waskita, sebaiknya kita segera kembali ke banjar. Aku mengkhawatirkan segala sesuatunya dapat berkembang ke arah yang tidak terduga.” “Baiklah ngger,” jawab Ki Waskita sambil ikut mempercepat langkahnya mengikuti Ki Rangga. Orang orang yang sedang berjalan di sekitar mereka berdua pun menjadi heran. Pada awalnya kedua orang itu tampak berjalan perlahan lahan. Namun tiba tiba saja sekarang kedua orang itu berjalan seperti sedang dikejar hantu. Begitu tergesa gesanya sehingga seolah olah mereka berdua sedang berlomba jalan cepat. Ketika kedua orang itu kemudian melewati Ki Gede dan Ki Kamituwa, Ki Rangga pun menyapa keduanya sambil berkata, “Maaf Ki Gede, kami mendahului. Ada sesuatu yang harus kami kerjakan.” Ki Gede yang melihat kedua orang itu berjalan dengan bergegas telah mengerutkan keningnya. Tanyanya kemudian, “Apakah Ki Rangga perlubantuan?”
Balas
*
On 02/03/2020 at 06:07 Karsam said: Ah teringat waktu membaca ADBM kembali, terima kasih embah Man lan putut Risang salam pa SatpamBalas
*
On 02/03/2020 at 06:29 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 02/03/2020 at 11:28 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Mas Putut Risang … tetap semangat !Balas
*
On 02/03/2020 at 15:15 Halim said: Terimakasih mbah Man dan mas Putut Risang, moga sehat dan suksesselalu, aamiin…
Balas
*
On 02/03/2020 at 16:39 Mulyono said: Alhamdulillah matur nuwun ki putut risang, mbah man lan ki satpam atas wedaran ipun, mugi2 pinaringan sehat2 sedoyo kemawon, AamiinBalas
*
On 02/03/2020 at 19:13 Putut Risangsaid:
STSD-18 ALAMAN 71-72 “O, tidak…tidak Ki Gede,” sahut Ki Rangga sambil berpaling sekilas dan tersenyum. Tanpa mengurangi laju langkahnya Ki Rangga menjawab singkat, “Kami berdua ada keperluan yang sangat pribadi.” Ki Gede dan Ki Kamituwa pun saling berpandangan sejenak. Namun akhirnya kedua orang itu pun telah tersenyum maklum. Demikianlah langkah kedua orang itu benar benar bagaikan sedang dikejar hantu. Ketika keduanya melewati Ki Bango Lamatan dan Ki Wiyaga, Ki Rangga pun berbisik perlahan, “Maaf Ki Wiyaga, aku perlu bantuan Ki Bango Lamatan. Ijinkan Ki Bango Lamatan berjalan mendahuluibersama kami.”
“O, silahkan…silahkan,” jawab Ki Wiyaga kemudian. Ki Bango Lamatan yang telah digamit oleh Ki Rangga segera mengangguk ke arah Ki Wiyaga terlebih dahulu sebelum mempercepat langkahnya menyusul Ki Rangga dan Ki Waskita. Ketika regol banjar padukuhan induk itu sudah terlihat, ketiga orang itu hampir saja tidak mampu menahan diri untuk berlari. Namun Ki Rangga segera berkata, “Jangan membuat para pengawal yang sedang berjaga menjadi cemas. Kita pertahankan langkah kita agar tidak menimbulkan kesan yang berlebihan dan kegelisahan.” Kedua kawannya itu hanya mengangguk dan tetap berjalan cepat disamping Ki Rangga.
Sebenarnyalah para pengawal penjaga regol itu menjadi heran melihat ketiga orang itu. Mereka terlihat sangat tergesa gesa memasuki banjar padukuhan induk. Namun tidak ada satupun dari pengawal jaga itu yangberani bertanya.
Barulah ketika ketiga orang itu telah hilang di balik pintu pringgitan, pemimpin pengawal jaga hari itu telah menarik nafas panjang sambil berkata, “Ada ada saja Ki Rangga dan kawan kawannya itu. Aku kira tadi ada serangan lagi di banjar padukuhan ini. Ternyata tidak. Mungkin mereka hanya ingin pergi ke pakiwan saja.” “Mungkin , Ki,” sahut pengawal di sebelahnya, “Namun agak aneh juga jika ketiga-tiganya ingin pergi ke pakiwan semua.” “Bukankah di banjar ini pakiwannya ada lebih dari satu?” seorang pengawal yang duduk bersandaran dinding gardu menyela. Serentak para pengawal yang sedang berbincang itu menengok ke arahnya. Namun kemudian tampak kepala mereka terangguk angguk. Dalam pada itu Ki Rangga dan Ki Waskita serta Ki Bango Lamatan segera memasuki bilik yang digunakan untuk merawat Glagah Putih. Agar tidak mengejutkan Ki Jayaraga, Ki Rangga memerlukan mengetuk pintu bilik itu sebelum masuk. “Masuklah!” terdengar suara Ki Jayaraga yang berat dan dalammempersilahkan.
Sejenak kemudian mereka bertiga pun berturut turut telah memasukibilik.
Ki Rangga segera mengambil sebuah dingklik kayu dan kemudian duduk di dekat amben. Sedang Ki Waskita dan Ki Bango Lamatan segera menyesuaikan diri mencari dingklik kayu yang lain dan kemudian bergabung di sekitar amben.Balas
*
On 02/03/2020 at 19:14 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 73-74 “Bagaimana keadaannya, Ki?” bertanya Ki Rangga kemudian kepada Ki Jayaraga sambil meraba kening Glagah Putih. “Tadi sudah sempat siuman dari pingsannya,” jawab Ki Jayaraga kemudian, “Aku sudah meminumkan obat cair yang telah Ki Rangga siapkan. Syukurlah cairan obat itu bisa dihabiskan Glagah Putih dan agaknya dia sekarang ini sedang tidur lelap.” Ki Rangga menarik nafas dalam dalam. Sejenak murid tertua perguruan orang bercambuk itu merenungi tubuh Glagah Putih yang terbujur diam. Hanya dadanya saja yang terlihat naik turun dalam irama yang ajeg. “Luka dalam Glagah Putih ini sangat parah,” desis Ki Rangga kemudian sambil memutar tubuhnya menghadap kawan kawannya, “Aku akan meramu sejenis makanan khusus untuk luka dalam yang cukup parah. Untuk sementara Glagah Putih tidak diperbolehkan makan makanan padat terlebih dahulu sampai lambungnya siap.” Tampak orang orang yang berkumpul dalam bilik itu mengangguk anggukkankepala mereka.
“Ki Rangga benar benar telah menjelma menjadi gurunya sendiri, Kiai Gringsing. Baik dalam ilmu olah kanuragan jaya kawijayan maupun dalam ilmu pengobatan,” berkata Ki Jayaraga dalam hati dengan penuhkekaguman.
“Ki Jayaraga,” tiba-tiba Ki Rangga berkata membuyarkan lamunan Ki Jayaraga, “Apakah selama kami mengantar jenasah ke pekuburan tadi Ki Jayaraga menerima tamu?” Orang orang yang hadir di dalam bilik itu terkejut mendengar pertanyaan Ki Rangga, kecuali Ki Waskita. Ki Jayaraga segera menggeser dingkliknya sejengkal ke depan. Jawabnya kemudian, “Dari mana Ki Rangga mengetahui kalau tadi aku menerima tamu di dalam bilik ini?” Tanpa sadar Ki Rangga berpaling ke arah Ki Waskita. Ki Waskita pun tampak mengangguk anggukkan kepalanya. Sedangkan Ki Bango Lamatan yang belum mengetahui duduk permasalahannya tampak mengerutkan keningnyadalam dalam.
“Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga selanjutnya, “Tadi sebelum meninggalkan tanah pekuburan, secara tidak sengaja aku telah melihat sesuatu yang sangat mendebarkan?” “Apakah itu Ki Rangga?” Ki Bango Lamatan lah yang justru mendahului bertanya dengan nada yang tidak sabar. Ki Rangga tersenyum. Jawabnya kemudian, “Selepas kami meninggalkan makan Pertapa goa Langse itu, ketika mendekati pintu gerbang pekuburan, aku telah menyempatkan diri untuk menengok kebelakang,” Ki Rangga berhenti sejenak. Lanjutnya kemudian, “Namun aku menjadi sangat tekejut ketika melihat sebuah pemandangan yang sangat ganjil. Di depan makam Pertapa goa Langse itu aku melihat seorang kakek tua renta dengan tubuh yang kurus kering tinggal tulang belulang saja dan berpakaian kumal tampak sedang meratapi makam itu.” Ki Jayaraga segera menarik nafas panjang sambil berdesis perlahan lahan, “Dia lah Pertapa goa Langse yang sesungguhnya.” Ki Rangga dan Ki Waskita yang sudah mempunyai dugaan sebelumnya masih tampak terkejut. Apalagi Ki Bango Lamatan. Orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu bahkan telah menggeser duduknya lebih mendekat.Balas
*
On 02/03/2020 at 20:25 Munirul Hadi said: Matur suwun ki Putut ugi mbah Man mugiyo pinaringan rahayu barokahBalas
*
On 03/03/2020 at 17:54 haryo penangsang XXIV said: Matur nuwun Mbah Man dan Ki Putut RisangBalas
*
On 03/03/2020 at 18:08 Bidadari Kecilsaid:
Semakin mendebarkan,sungguh luar biasaBalas
*
On 03/03/2020 at 08:34 Mulyono said: Alhamdulillah ki Putut Risang, matur nuwun lan mugi2 pinaringan kesehatan lan salam kangen kagem Ki Satpam sekalian Mbah Man.Balas
*
On 03/03/2020 at 11:24 Hendra Permana said: Untuk seluruh pengasuh gandok ini semoga selalu diberikan kesehatan agar selalu menciptakan karya terbaik dan segenap canmen salam kenal salm persaudaraan dari JAMBI…Terima kasih untuk karya yg luarrrrbiasaaa.
Balas
*
On 03/03/2020 at 13:53 Djoko_thole said: Alhamdulillah, setelah beberapa hari tdk absen di gandok , ternyata banyak rontal yang sudah wedar , dan ceritanya tambah mendebarkan , akankah ada peristiwa setelah Pertapa goa Langse KW ini..? Maturnuwun Mbah_Man & Mas Putut Risang , salam sehat dan suksesselalu.
Balas
*
On 03/03/2020 at 18:23 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 75-77 “Pertapa goa Langse yang sesungguhnya? Apa maksud Ki Jayaraga?” bertanya Ki Bango Lamatan kemudian. Kembali Ki Jayaraga menarik nafas panjang. Pandangan matanya terlempar ke langit langit yang sedikit kotor terkena jelaga lampu dlupak. Tampaknya Ki Jayaraga sedang mengingat-ingat masa lalunya. “Bagaimana Ki Jayaraga?” Ki Rangga mencoba membangunkan guru Glagah Putih itu dari mimpi masa lalunya. Ki Jayaraga tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Jawabnya kemudian, ”Aku sama sekali tidak menyangka jika Pertapa tua itu ternyata mempunyai anak angkat yang dipungutnya dari pinggir jalan,” Ki Jayaraga berhentui sejenak. Lanjutnya kemudian, “Pertapa tua itu begitu menyayanginya seperti menyayangi anak sendiri. Pertapa tua itu tidak mempunyai keluarga sehingga seluruh perhatian dan kasih sayangnya semua tercurah kepada Anggara.” “Anggara? Jadi namanya Anggara?” sela Ki Rangga kemudian. “Ya, nama sebenarnya lawan Glagah Putih itu adalah Anggara,” jawab Ki Jayaraga kemudian. Sejenak suasana menjadi sunyi. Masing masing sedang mencoba untuk menilai apa yang telah diceritakan oleh Ki Jayaraga itu. “Jadi, Pertapa tua itu telah menyempatkan diri untuk datang ke bilik ini, Ki Jayaraga?” pertanyaan Ki Rangga itu telah membangunkan semua orang dari lamunan mereka. “Ya, Ki Rangga,” jawab Ki Jayaraga sambil menarik nafas dalam-dalam. Orang orang yang hadir di dalam bilik itu pun menjadi tegang. Lanjut Ki Jayaraga kemudian, “Untunglah dia masih mengenaliaku.”
Ki Rangga dan yang lainnya pun sejenak saling pandang. Bertanya Ki Waskita kemudian, “Apakah dia datang untuk mencari pembunuh anakangkatnya?”
Untuk sejenak Ki Jayaraga termenung. Namun jawabnya kemudian, “Sebenarnya dia tidak mengetahui jika anak angkatnya itu sudah meninggal. Dia dapat meraba di mana keberadaan anaknya itu untuk terakhir kalinya. Dan dia mendapat isyarat bahwa terakhir kali Anggara berada di banjar ini.” Wajah-wajah di dalam bilik itu pun menjadi semakin tegang. Agaknya Pertapa tua itu memiliki sejenis ilmu untuk memantau keberadaan seseorang yang dikehendakinya. “Itu tidak aneh menurutku, Ki Jayaraga,” sahut Ki Rangga kemudian. Sambil berpaling ke arah Ki Waskita, dia melanjutkan, “Ki Waskita juga mendapat anugrah dari Yang Maha Agung kemampuan seperti itu.” Kini semua pandangan beralih ke arah Ki Waskita. Orang tua ayah Rudita itu pun tersenyum maklum sambil menjawab, “Apa yang aku terima hanyalah berupa sebuah isyarat yang kemudian harus aku urai dan aku terjemahkan menurut kemampuan pemahamanku. Kadang karena pengetahuan dan kepahamanku yang terlalu dangkallah, yang membuat aku bisa saja salah dalam membaca isyarat itu.” Yang hadir di dalam bilik itu pun menarik nafas panjang. Berkata Ki Jayaraga kemudian, “Memang ilmu seperti itu benar adanya. Bahkan hubungan seorang ibu dengan anak kandungnya secara alamiah mempunyai ikatan yang erat tanpa harus menekuni ataupun mempelajari ilmu seperti itu. Demikian hal itu kadang juga berlaku terhadap saudara kembar.” Tampak kepala orang orang yang hadir di dalam bilik itu pun teranggukangguk.
“Nah, Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga kemudian, “Kami semua ingin mengetahui apa saja yang dilakukan Pertapa tua itu di banjarini.”
Kembali untuk ke sekian kalinya Ki Jayaraga menarik nafas panjang. Dipandanginya wajah Glagah Putih yang terlihat tidur pulas. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Bahkan nafasnya pun sudah lancar dan teratur sebagaimana orang yang sedang tidur biasa. Agaknya Ki Rangga mengikuti arah pandangan Ki Jayaraga. Maka katanya kemudian, “Aneh. Menurut kitab pengobatan yang aku pelajari, diperlukan sehari dua hari untuk mengembalikan tata letak urat nadi dan syaraf di dalam tubuh Glagah Putih sehingga aliran darahnya menjadi lancar. Demikian juga aliran pernafasannya.” Ki Jayaraga mengangguk angguk. Katanya kemudian, “Aku juga merasa heran Ki Rangga. Ketika Pertapa tua itu tiba tiba saja sudah berada di sampingku, aku sudah pasrah dengan apa yang akan dilakukannya kemudian. Untung dia masih mengenalku sebagai Jayaraga.” “Apa yang dilakukanya kemudian, Ki?” sahut Ki Bango Lamatan. Orang yang pernah menjadi kepercayaan Panembahan Cahya Warastra itu agaknya menjadi tidak sabar untuk menahan diri. Ki Jayaraga tersenyum. Sambil berpaling ke arah Ki Bango Lamatan dia menjawab, “Dia hanya duduk di bibir amben itu.Balas
*
On 03/03/2020 at 18:26 Putut Risangsaid:
STSD-18 HALAMAN 78-80 Kemudian dia meraba dada Glagah Putih beberapa saat. Ketika Pertapa tua itu kemudian melepaskan tangannya dari dada Glagah Putih, aku melihat Glagah Putih yang sebelumnya bernafas dengan sedikit berat, tiba tiba saja sudah bisa bernafas dengan longgar sebagaimanabiasanya.”
“Syukurlah,” hampir berbareng orang orang itu berdesis perlahan. Ki Rangga pun kemudian melanjutkan, “Aku yakin Pertapa tua itu sebenarnya berhati sangat mulia. Akan tetapi aku tidak habis pikir, mengapa Anggara sebagai murid dan sekaligus anak angkatnya kemudian mempunyai sikap seperti itu?” “Mungkin lingkungan yang telah mengubah cara bepikir serta pandangan hidupnya,” sahut Ki Waskita dengan serta merta, “Atau ada seseorang yang telah mempengaruhinya.” “Ki Waskita benar,” sela Ki Jayaraga kemudian, “Pertapa tua itu memang sekilas mengeluhkan murid sekaligus anak angkatnya. Memang Anggara dipelihara sejak dia masih belum mengetahui jati dirinya dan Pertapa tua itu selalu mengaku sebagai ayah kandungnya.” “Perhatian serta kasih sayang yang berlebihan kadang dapat menjerumuskan seseorang,” berkata Ki Waskita kemudian menanggapi, “Apalagi Anggara tidak pernah mengenal dunia luar sebelumnya. Sehingga ketika dia diberi kesempatan untuk melihat dunia luar, mungkin dia menjadi silau dan keseimbangan penalarannya punterganggu.”
Kembali terlihat setiap kepala terangguk angguk. Berkata Ki Rangga selanjutnya kemudian, “Kita wajib berterima kasih kepada Pertapa tua itu atas pertolongannya kepada Glagah Putih.” “Ki Rangga benar,” sahut Ki Jayaraga cepat, “Namun ada satu hal yang membuat aku gelisah, bahkan aku takut untuk mengatakannya.” Wajah wajah yang telah tenang itu pun menegang kembali. Pandangan mata semua orang pun kini tertuju kepada Ki Jayaraga dengan kening yangberkerut merut.
“Maksud Ki Jayaraga?” sela Ki Rangga cepat. Kembali sebuah tarikan nafas yang panjang dan dalam terdengar sebelum Ki Jayaraga menjawab. Namun bagaimana pun keadaannya, senang atau tidak senang pesan itu harus disampaikan. “Ki Rangga” berkata Ki Jayaraga kemudian dengan nada yang setenang mungkin, “Sebelum meninggalkan bilik ini, Pertapa tua itu telah menitipkan sebuah pesan untuk Ki Rangga.” “Pesan?” hampir bersamaan mereka yang hadir di dalam bilik itumengulang.
“Ya, sebuah pesan,” sahut Ki Jayaraga kemudian. Sekarang suaranya terdengar sedikit bergetar. Dada Ki Rangga pun terasa berdesir tajam. Namun sebagai kakak sepupu dan sekaligus sebagai salah satu guru Glagah Putih, dia memang telah siap mengambil alih semua tanggung jawab atas terjadinya peristiwaitu.”
“Ki Jayaraga,” berkata Ki Rangga kemudian, “Seperti yang telah aku sampaikan sebelumnya. Apa yang telah terjadi ini menjadi tanggung jawabku. Tanggung jawab sebagai kakak dan sekaligus guru dari Glagah Putih,” Ki Rangga berhenti sejenak sekedar untuk menarik nafas. Lanjutnya kemudian, “Namun lebih dari itu, semua adalah tanggung jawabku sebagai kepala rombongan kecil ini atas perintah dari penguasa Mataram melalui Ki Patih Mandaraka.” Tanpa terasa, dada orang orang yang hadir di dalam bilik itu telah bergetar. Ki Rangga benar benar seorang pemimpin yang dapat dicontoh dan diteladani. Jika telah ditunjuk menjadi seorang pemimpin, kesalahan apapun yang diperbuat anak buahnya akan menjadi tanggung jawabnya juga, tanpa melepaskan tanggung jawab yang harus dipikul oleh anak buah yang melakukan kesalahan itu. Seorang pemimpin memang pantang untuk tinggal glanggang colong playu. “Nah, sampaikan saja pesan itu, Ki Jayaraga,” berkata Ki Ranggakemudian.
Sejenak suasana menjadi sunyi. Semua menunggu Ki Jayaraga untuk menyampaikan pesan dari Pertapa tua itu. “Ki Rangga,” berkata Ki Jayaraga pada akhirnya, “Pertapa tua itu hanya berpesan bahwa, urusan seorang murid biarlah menjadi urusan sesama murid, sedangkan urusan seorang guru, tentu saja menjadi urusan dengan sesama guru.” Tergetar semua jantung mereka yang hadir. Untuk beberapa saat suasana menjadi sangat sunyi sekali. Yang terdengar hanyalah suara desah nafas Glagah Putih yang terdengar dalam irama yang teratur. —————–oOo————— _Bersambung ke jilid 19___Balas
*
On 03/03/2020 at 19:07 Jokowono said: Matur nuwun Mbah Man, Mas Putut Risang … tetap semangat, lanjut STSD19 !
Balas
*
On 03/03/2020 at 18:28 Putut Risangsaid:
Alhamdulillah…
Dua gerbong panjang terakhir rontal STSD 18 sudah bisa diberangkatkan. Monggo…., teman sambil ngopi saat hujan gerimis menggericik sepanjang siang-sampai sore ini. Gandok selanjutnya akan segera dibangun.Balas
*
On 03/03/2020 at 18:46 Munirul Hadi said: Alhamdulillah Ki Putut dan mbah Man semoga pinaringan sehat saget nglanjutaken wedaran STSD 19 amienBalas
*
On 03/03/2020 at 19:19 Halim said: Alhamdulillah jilid 18 sdh khatam, terimakasih atas kesediaannya berbagi dan semoga Mbah Man dan Mas Putut Risang selalu dalam keadaan sehat wal afiat, aamiin…Balas
*
On 03/03/2020 at 21:40 Karsam said:Amin, Amin YRA
Balas
*
On 03/03/2020 at 21:34 Mulyono said: Alhamdulillah… ki Putut R, mugi2 tansah pinaringan keseger warasan, rejeki ingkang cukup, lan umur panjang Aamiin…Aamiin…. Aamiin YaaRobbal Aallamiin
Balas
*
On 04/03/2020 at 06:58 Dwi said: Alhamdulillah jilid 18 udah selesai semakin menegangkan dan siap2 pindah gandok… Matur nuwun mbah Man dan Ki Putut Risang..Balas
*
On 04/03/2020 at 14:31 widiaxa said: Maturnuwun mBahMan KiPutut Risang atas wedarannya,Balas
*
On 04/03/2020 at 14:31 Sunartedjo said: Alhamdulillah, matur nuwun Sambil menebak gambar sampul, apakah perjalanan ke Perdikan Menoreh?Balas
*
On 04/03/2020 at 15:25 Bidadari Kecilsaid:
Hari demi hari semakin mendebarkanBalas
*
On 07/03/2020 at 20:44 Agus Supriyadi said: Untuk stsd jilid 19 halaman 13 dst dimana mbah?Balas
*
On 28/03/2020 at 05:15 Mulyono said: Alhamdulillah, geh suwun ki Arema, ngaputen saget kulo namung dongo mugi2 ki Areman kalian mbah Mbah dipun paringi seger kawaras lan katah rejekine Aamiin…Aamiin…Aamiin Yaa Robbal Aallamiin.Balas
Komentar Lebih Lama TINGGALKAN BALASAN BATALKAN BALASAN Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:*
*
*
*
*
Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)Nama (wajib)
Situs Web
You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout /Ubah )
You are commenting using your Google account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Twitter account. ( Logout / Ubah ) You are commenting using your Facebook account. ( Logout /Ubah )
Batal
Connecting to %s
Beri tahu saya komentar baru melalui email. Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.*
NGINGUK GANDHOK
*
TOTAL KUNJUNGAN
* 8.034.098 kali
*
TAUTAN BLOG LAIN
Pelangi di Langit Singasari Api di Bukit Menoreh*
KOMENTAR
Mulyono pada STSD-32Santo pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Ubaid pada STSD-32
Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Pak Breng Ronggo Law… pada STSD-32 Prajurit Sandi padaSTSD-32
Rahardjo pada STSD-32 widiaxa pada STSD-32 prasetyoroem pada STSD-32 Angon raos pada STSD-32 Edy gambas pada STSD-32 Ki Subas pada STSD-32sisol pada STSD-32
sisol pada STSD-32
*
DAFTAR ISI
Pedang Sakti Tunggul Wulung Naga Siluman Sawer WulungSumpah Palapa
Manggala Majapahit Gajah KencanaDendam Empu Bharada
Halaman Unduh
Arya Manggada
Tembang Tantangan
Matahari Esok Pagi
Bende Mataram
Mencari Bende MataramBunga Ceplok Ungu
Mata Air di Bayangan Bukit Bunga di Batu karang 01-15 Bunga di Batu karang 16-28mbah_man
dongeng punakawan
Sawer Wulung
Cinta dan Tipu MuslihatDendam Kesumat
Menebus Dosa
Terbentur Nasib
Ki Ageng Ringin Putih RSS 2.0 Comments RSS 2.0| Tema:
Quentin.
Surel (Wajib) Nama (Wajib) Situs webMemuat Komentar...
Komentar
×
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie %d blogger menyukai ini:* IkutiMengikuti
* Gagakseta-2
*
Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.*
* Gagakseta-2
* Sesuaikan
* IkutiMengikuti
* Daftar
* Masuk
* Salin shortlink
* Laporkan isi ini
* Kelola langganan
* Ciutkan bilah ini
Details
Copyright © 2024 ArchiveBay.com. All rights reserved. Terms of Use | Privacy Policy | DMCA | 2021 | Feedback | Advertising | RSS 2.0